by Zeng Wei Jian
semarak.co– Ngga pernah ada Gerakan Moral. Semuanya politik. Moral Foundations Theory (MFT) menyatakan, “Moral judgments are driven by political beliefs”. Jadi moralitas itu tergantung struktur ideology yang dianut.
Mulut bicara moral. Aslinya political realists. Michael Laban Walzer memperlihatkan para political realists selalu memperdagangkan slogan moral relatif-nya sendiri sebagai alat to justify their claims. Tidak ada moral rules dalam kamus political realists.
David S. Meyer menulis “A political movement is a collective attempt by a group of people to change government policy or society with mainly political goals.”
Artinya apabila ada sekelompok orang bergerak secara kolektif coba-coba mengubah policy pemerintah ya itu Gerakan Politik.
Ralph W. Nicholas dalam Annual Review of Anthropology berjudul “Social and Political Movements” mengatakan “Political movements biasanya bersifat oposisi status quo dan terasosiasi dengan ideology tertentu”.
Berdasarkan “Political opportunity theory”, Ruud Koopmans menduga Gerakan Politik berasal dari “opportinity” dan ngga ada kaitannya dengan penderitaan masyarakat (grievances in society).
Covid-19 bisa dilihat sebagai celah oportunitas. Provokasi & hasut. Kelompok yang selalu merasa dizolimi disebut “Insurgent Consciousness group”.
Orang-orang ini berkumpul & berserikat. Rilis maklumat. Deklarasi sana-sini. Memaksakan perasaan. Gencar teriak moral. Mereka memainkan “politics of parasitism” yang merupakan karakter vulgar dari aristocratic class politics.
Mereka adalah Gelandangan Politik. Usung topeng “Gerakan Moral” di saat tidak mampu mengais dukungan mayoritas & takut digebuk rezim.
Friedrich Nietzsche menyebut golongan orang-orang macam begini dengan istilah “the mediocrity of the herd”. Sekelompok orang dungu tanpa kualitas. Sekumpulan pengidap Dunning Krugger syndrome i.e. Orang bego yang merasa diri super genius.
THE END