@amm, Laporan berdasar Investigasi Sentana Podcast
semarak.co-Foto dalam ijazah Presiden Jokowi yang dipublikasikan kader partai memicu gelombang investigasi digital. Analisis forensik wajah mengarah pada nama baru: Dumatno Budi Utomo.
Pekan lalu, Sentana Podcast kembali mencuatkan isu yang telah lama menjadi bisik-bisik di ruang-ruang diskusi politik: keaslian ijazah Presiden Joko Widodo. Namun kali ini, bukan sekadar polemik administratif atau tudingan konspiratif.
Yang mereka hadirkan adalah hasil analisis forensik visual—sesuatu yang berbicara dengan angka, piksel, dan algoritma. Roy Suryo, mantan Menpora yang juga dikenal sebagai pakar telematika, hadir membawa satu koper penuh bukti digital.
Di hadapan kamera, ia menayangkan hasil pengolahan citra wajah menggunakan software pengenal wajah yang digunakan dalam investigasi internasional. “Kami tak sedang beropini. Ini hasil pemrosesan data biometrik,” ujarnya.
Roy dan timnya membandingkan foto pada ijazah yang diunggah seorang kader partai dengan foto-foto Jokowi dari berbagai fase kehidupannya. Dari algoritma BRISK, FAST, hingga ORB, semua hasil mengarah pada satu simpulan: foto dalam ijazah tersebut tidak cocok dengan wajah Presiden Joko Widodo.
Yang lebih mencengangkan, wajah dalam foto ijazah itu—berdasarkan kecocokan lebih dari 80% dalam software pengenal wajah—mengarah pada sosok lain: Dumatno Budi Utomo, pria asal Solo, yang disebut-sebut memiliki pertalian darah dengan Presiden.
Dumatno kini masih hidup dan berdomisili di Indonesia. “Bukan hanya mismatch. Tapi ada potensi pemalsuan identitas dalam dokumen resmi negara,” ujar Janes, pengamat hukum yang turut hadir dalam podcast.
Ia menyebut Pasal 266 KUHP tentang pemalsuan dokumen bisa dikenakan kepada pihak-pihak yang terlibat jika dugaan ini terbukti. Tim Investigasi menelusuri lebih lanjut identitas Dumatno Budi Utomo.
Pria kelahiran 1970-an ini tercatat pernah aktif di sektor energi dan sempat menjabat sebagai direktur utama sebuah perusahaan tambang batu bara. Dalam foto-foto lawas, wajahnya mencerminkan struktur yang sama dengan foto dalam ijazah Jokowi: bibir tebal, kacamata minus, hidung mancung, dan susunan gigi rapi.
Kemiripan visual ini didukung oleh teknologi analisis wajah yang membaca 68 titik anatomi wajah, seperti sudut mata, panjang hidung, hingga lekuk dagu. Bahkan ketika wajah berubah akibat usia, teknologi ini mampu membaca pola dasar wajah dengan presisi tinggi.
“Sama seperti sidik jari, wajah juga punya sidik unik,” ujar Roy. Pengakuan dari pihak UGM, sejauh ini, belum keluar. Pihak kampus bersikukuh bahwa dokumen Jokowi sah dan tidak ada rekayasa. Namun hingga kini, permintaan pengadilan untuk menghadirkan ijazah asli belum juga dipenuhi.
Jejak Kuasa dan Keheningan Institusi
Pertanyaan besar mencuat: jika benar terjadi pemalsuan foto, siapa yang bertanggung jawab? Siapa yang menyusun skenario ini? Dan lebih dalam lagi: bagaimana sebuah dokumen pribadi bisa menjadi pintu masuk untuk menyelami rekayasa kekuasaan?
Tim Investigasi mendapatkan informasi bahwa nama Dumatno sempat dikaitkan dengan keluarga Presiden secara tidak langsung. Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak Dumatno maupun istana.
Upaya konfirmasi kepada Kantor Staf Presiden belum membuahkan hasil. Sementara itu, laporan hukum telah dilayangkan oleh sejumlah tokoh, termasuk Eggi Sujana dan aktivis Dr. Tifa. Mereka menuntut Mabes Polri menindaklanjuti dugaan pidana atas nama negara.
Tak Ada Kejahatan yang Sempurna
Dalam sejarah modern Indonesia, belum pernah terjadi kasus seperti ini. Jika dugaan ini terbukti, maka bisa berdampak panjang pada legitimasi kekuasaan, keabsahan kebijakan negara, bahkan sejarah demokrasi pascareformasi.
Pakar tata negara yang ditemui Tim Investigasi menyatakan bahwa jika terbukti, bukan hanya ijazah palsu yang gugur. “Semua keputusan yang ditandatangani Jokowi bisa dikategorikan tidak sah. Ini efek domino. Sangat besar,” ujar salah satu pakar yang enggan disebut namanya.
Namun semua itu masih dalam tahap investigasi awal. Diperlukan audit forensik lanjutan oleh institusi netral dan terbuka. Yang jelas, narasi lama soal “bukti sudah selesai” tampaknya tak lagi bisa berdiri kokoh. Teknologi telah membuka tabir. Dan wajah di balik ijazah itu… ternyata bukan Jokowi.
Sumber: Klik untuk baca: https://aidigital.id/berita?id_item=1009/ 11 April 2025: 22.54 di WAGroup FORUM INDONESIA BERSATU (postJumat2/5/2025/)