PT Taspen menggandeng PT Bank Tabungan Negara (BTN), PT Bank Mandiri Taspen, dan DPP Realestat Indonesia (REI) untuk menginisiasi penyediaan hunian bagi para peserta Taspen di seluruh Indonesia. Dengan demikian, para peserta Taspen semakin dimudahkan untuk memiliki rumah yang lebih layak. Termasuk buat mereka yang mendekati usia pensiun.
Direktur Utama Taspen Iqbal Latanro mengungkapkan, peserta Taspen yang dapat mencicil hunian adalah peserta yang masih aktif, peserta Taspen yang akan memasuki masa pensiun, dan yang telah pensiun. Sehingga, kerja sama ini dapat meringankan beban cicilan peserta setiap bulannya. Perjanjian ini, kata Iqbal, merupakan langkah Taspen untuk mendukung percepatan perkembangan ekonomi melalui peningkatkan kesejahteraan peserta Taspen dalam penyediaan hunian.
“Inisiasi Taspen dalam membangun hunian ini untuk meningkatkan peran BUMN sebagai agen pembangunan dan dilatarbelakangi data dari Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil (Bapertarum-PNS),” ujar Iqbal usai melakukan penandatanganan kerja sama bersama Direktur Utama BTN Maryono, Direktur Utama Bank Mantap Josephus K Triprakoso, dan Ketua Umum REI Soelaeman S di gedung PT Taspen Pusat, kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Senin (12/2).
Berdasarkan data pada 2016, sebut Iqbal, terdapat 960.000 orang dari 4,5 juta aparatur sipil negara (ASN) di Indonesia masih belum memiliki hunian karena banyak faktor. Contohnya, kendala finansial dan lokasi hunian yang jauh dari kata strategis. “Dalam perjanjian kerja sama ini, Taspen bertanggung jawab akan informasi dan data peserta yang membutuhkan hunian atau berminat memiliki hunian yang layak untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga peserta,” ujarnya.
Bank Mandiri Taspen sebagai anak perusahaan Taspen, serta BTN menyediakan fasilitas kredit pembiayaan kepada peserta untuk membeli hunian perumahan dari pihak pengembang anggota REI. “Diharapkan dengan adanya kerja sama antara Taspen, pihak perbankan dan pengembang, para peserta Taspen menjadi lebih mudah dalam mencari dan mendapatkan hunian yang lebih layak,” tutup Iqbal.
Selama ini, kata dia, bank kurang berminat memberi kredit perumahan buat ASN. Karena pensiun kecil. “Karena itu kita bersinergi. Anda mau bayar uang muka dengan kredit panjang ada BTN. Tidak mau bayar DP, tapi angsuran mahal, ada Bank Mantap.Mau rumah bagus, ada REI,” jelas Iqbal.
Taspen memberi jaminan. Nanti dia pensiun, bulannya masuk ke BTN dan Bank Mantap, yang bisa dijadikan angsuran. “Tadinya BTN dan Mantap tidak berani, sekarang berani. Ini tentu menjadi market buat BTN dan Bank Mantap,” pungkasnya.
Klaim Kredit BTN
BTN mengklaim telah menyalurkan kredit sekitar Rp437 triliun selama 68 tahun perseroan berdiri. Sejak kali pertama mengucurkan kredit ke masyarakat yaitu pada tahun 1976, total kredit yang digelontorkan tersebut telah dinikmati oleh hampir 4,5 juta masyarakat Indonesia.
Kredit tersebut berdampak kepada banyak lini industri terutama sektor perumahan. Alhasil sektor lain yang bersinggungan dengan pembiayaan perumahan yang disalurkan ikut terkerek naik. “Selama 68 tahun Bank BTN hadir di negeri ini adalah bukti kerja perseroan dan dinikmati khususnya oleh masyarakat menengah bawah (MBR) yang kami berikan akses pembiayaan melalui KPR BTN,” Maryono, Dirut BTN.
Peran Bank BTN dalam mendukung program pemerintah untuk memenuhi kebutuhan rumah rakyat tidak dapat dipungkiri. Porsi BTN selalu mendominasi lebih dari 95%. “Saat ini BTN sudah masuk pada urutan ke-6 Bank terbesar di tanah air berdasarkan aset. Kami optimistis dalam waktu dekat BTN akan naik kelas menjadi nomor 5 sebagai bank terbesar di Indonesia,” tegasnya.
Dia menyebutkan, jika pihaknya juga juga membantu pemerintah dalam mengurangi backlog perumahan, dimana tugas ini juga diemban pihak lain yang terkait dengan pembangunan dan pembiayaan perumahan. “Ini penting dan menjadi tugas kita untuk bersama-sama menyelesaikan masalahkebutuhan rumah rakyat,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri BUMN Rini M Soemarno memberikan target yang cukup tinggi kepada bank ini. “Kalau bisa dalam tiga tahun aset Bank BTN ditingkatkan tiga kali lipat dari posisi saat ini atau diatas Rp500 triliun karena harus mengejar kebutuhan rumah masyarakat. Semakin besar aset, maka makin besar kredit yang akan dapat disalurkan BTN,” tuturnya. (lin)