Kementerian Pertanian (Kementan) menggelar Talkshow with Milea (Milenial & Agripreneur) dengan tema Peluang Bisnis Generasi Milenial pada Sektor Agribisnis di Kampus Binus University, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa siang (25/2/2020).
semarak.co -Kegiatan yang dihadiri 200an peserta mahasiswa ini dimaksudkan untuk meningkatkan perhatian kaum milenial terhadap industri pertanian. Sebab 15 tahun ke depan, 34 persen penduduk Indonesia adalah generasi milenial yang identik dengan generasi digital.
CEO & Chief Editor Warta Ekonomi, Muhammad Ihsan mengatakan, mereka dapat aktif berperan mempertahankan industri pertanian dengan memanfaatkan peluang bisnis yang dikombinasikan dengan teknologi yang berkembang saat ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik, kutip Ihsan, petani di Indonesia 65 persennya berusia di atas 45 tahun. Baru 15,2 persen petani yang menggunakan internet. Padahal pengguna internet dan pengguna gadget kita termasuk yang terbesar.
“Untuk itulah kita ingin milenial menjadi pengusaha di bidang pertanian dengan memanfaatkan teknologi ini,” kata Ihsan dalam presentasinya didampingi pembicara lain, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri, Head of Partnership and Social Impact TaniHub Group Daeng Sanyoto, dan Incubator Coach Binus Gatot Hendro Prakoso.
Target pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045 seperti yang dicita-citakan Presiden Joko Widodo (Jokowi), lanjut Ihsan, bisa jadi hanya khayalan.
“Itu jika pertanian dan agribisnis tidak lagi dilirik sebagai pekerjaan menjanjikan oleh generasi milenial. Satu-satunya jalan untuk mengatasi hal ini adalah dengan mengajak kaum milenial turut aktif di sektor pertanian,” terangnya.
Kabiro Humas dan Informasi Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri menambahkan, kalau dibilang pertanian itu bukan pekerjaan menjanjikan bagi milenial, justru terbalik.
“Sektor pertanian kita cukup baik. Kita lihat dari neraca perdagangan yang positif dengan kontribusi besar dari sektor pertanian,” kata Kuntoro dalam acara yang diselenggarakan Kementan bekerja sama media Warta Ekonomi yang dimoderatori Audrey Chandra (presenter tv berita nasional).
Untuk meningkatkan produksi pertanian, lanjut Kuntoro, kini Kementan mengembangkan pusat data berbasis teknologi, Agriculture War Room, yang akan menyajikan single data mengenai lahan dan produksi serta melakukan kontrol terhadap pembangunan pertanian.
“Pertanian sekarang bukanlah sektor yang dianggap rendah tetapi sektor yang menjanjikan,” katanya.
Daeng Sanyoto mengaku bangga pada lulusan perguruan tinggi sekarang. Karena kalau dulu, para lulusan langsung berpikir mau kerja di instansi. Utamanya menjadi pegawai negeri, tapi sekarang begitu lulus tidak berpikir mau jadi apalagi. “Karena mereka sudah langsung inginnya usaha untung-untung jadi pengusaha,” imbuh Daeng.
Petani kita, lanjut Daeng, masalah pada atituted, edukasi, culture, dan teknologi dalam hal ini digital. “Padahal jadi petani sekarang ini peluang makmurnya sangat besar. Buktinya, empat negara yang jadi incaran investor di bidang pertanian, termasuk Indonesia. Ini setelah India, Amerika, dan China,” terangnya.
Kuntoro menambahkan, sektor pertanian sekarang adalah sektor harapan yang masuk sebagai job maker. Jadi pertanian bukan untuk perekonomian negara saja, tapi juga kesejahteraan petaninya. “Pertanian sekarang jadi sektor andalan, seperti di Malaysia, Amerika, Argentina, dan lainnya,” pungkasnya. (lin)