Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen mengumumkan kalau dirinya tidak akan membiarkan negara yang dipimpinnya menjadi kelinci percobaan untuk vaksin Covid-19 Sinovac dari China yang masih dalam tahap pengembangan. Terlebih vaksin tersebut belum disertifikasi Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).
semarak.co-Meski vaksin tersebut diberikan gratis, Hun Sen menegaskan, pihaknya tetap akan menolak menerimanya demi menjaga keselamatan dan kesehatan rakyat Kamboja. Menurut Hun Sen, lebih baik rakyatnya duduk santai dengan menggunakan masker sambil menunggu vaksin yang sudah disertifikasi WHO.
“Jika vaksin tidak disetujui WHO untuk digunakan dan kami tetap menggunakannya untuk menyuntik orang. Lantas vaksin tersebut menyebabkan kematian atau sangat mempengaruhi kesehatan manusia. Hal itu akan sangat disayangkan,” jelas Hun Sen, Kamis (17/12/2020) seperti dilansir indopos.co.id.
Jadi, lanjut Hun Sen, pihaknya lebih baik duduk santai dengan memakai masker sambil menunggu vaksin yang sudah disertifikasi (WHO). Ditegaskan Hun Sen lagi kalau pemerintahannya tidak akan mengizinkan warga negara Kamboja menerima vaksin dari perusahaan farmasi manapun kecuali sudah disetujui WHO.
“Saya tidak akan mengizinkan warga Kamboja digunakan untuk menguji coba vaksin yang dilakukan oleh negara atau perusahaan manapun kecuali yang sudah disetujui oleh WHO. Kamboja akan membeli dosis vaksin dari negara-negara hanya jika WHO yang menyetujui vaksin tersebut,” lontar Hun Sen.
Beberapa negara memang telah memproduksi dan meluncurkan vaksin Covid-19, terang dia, tapi belum ada yang disetujui WHO bahkan yang berasal dari Rusia, China, Amerika Serikat, Inggris, atau Jerman belum satu pun disertifikasi WHO.
Untuk diketahui Kamboja akan memperoleh satu juta dosis untuk batch pertama vaksin Covid-19 namun tidak memilih vaksin Sinovac China pada tahap ini. Hingga saat ini, belum diketahui data keamanan dan efikasi (kemanjuran) dari uji klinis tahap ketiga vaksin Sinovac China ini.
Hal yang berbeda dari vaksin Pfizer yang telah mengeluarkan data efikasi 90% efektif, dan Moderna dengan klaim tingkat efektifitas hingga 94,5%. Selain itu, Hun Sen mengatakan stok vaksin telah dipesan melalui fasilitas COVAX yang didukung PBB, yang mensubsidi vaksin untuk 92 negara berpenghasilan rendah.
Hun Sen juga mengatakan Kamboja berniat memperoleh 26 juta dosis vaksin yang sudah tersertifikasi WHO untuk memvaksin 13 juta dari 16 juta warga Kamboja secara gratis. “Yang jelas Kamboja bukan tempat sampah, dan bukan tempat untuk uji coba vaksin,” tandas Hun Sen.
Sementara itu, Indonesia malah sudah menjadi negara yang memesan vaksin Sinovac dari China. Bahkan pengiriman pertama Sinovac telah tiba di Indonesia sebanyak 1,2 juta pada pekan lalu.
Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto mengatakan, belum ada rilis yang melaporkan efikasi atau hasil uji klinis dari vaksin Sinovac itu. “Hingga saat ini belum ada rilis terkait dengan efikasi atau hasil uji klinisnya, apakah itu efikasi atau inhomogeneity,” ujar Bambang dua hari lalu.
Jadi efektivitasnya belum ada yang disampaikan tim klinis, kata Bambang, karena hasil uji klinisnya nanti akan dilaporkan tim uji klinis vaksin Covid-19 kepada Badan POM. (nst/pos/smr)