Susilo Enggan Mandito

Zeng Wei Jian. foto: pp WA

by Zeng Wei Jian

semarak.co-George W. Bush doesn’t like Trump. Dia tau American democracy dalam bahaya. Tapi Bush 43 pegang teguh a long tradition of decorum and decency: Ex-President to never speak against his successor. Dia ngga pernah kritik Obama.

Bacaan Lainnya

Bagi Bush 43, mengecam penerusnya, He feels it undermines the office of the presidency. “I don’t think it’s good for the country to have a former president undermine a current president; I think it’s bad for the presidency for that matter.

Secondly, I really have had all the fame I want. I really don’t long for publicity,” kata Bush 43 di video posted by Mediaite. Susilo beda. Dia ngga ngerti Former President’s tradition of decorum and decency. Sering banget kritik, ngeluh, curhat & nyerang President Jokowi.

Sering nyinyirin President Jokowi supaya “jangan cepet marah”. Kritik SBY ada banyak; soal pengangguran, daya beli turun, pajak, utang, subsidi BBM, UU Pemilu, pindah ibukota, dan sebagainya. Ahok pun ngga lolos dari serangan SBY. “Sampe lebaran kuda, Ahok akan didemo,” katanya.

Akibat sering curhat di twitter, Susilo dapet predikat “Jenderal Baper”.

Saat Tim Hukum BPN 02 bertarung di MK, Mayor Agus ke Istana menghadap President Jokowi. Tampaknya Susilo tau situasi. Buru-buru manuver. Merapat. Desas-desus Mayor Agus bakal jadi Menpora.

Susilo lupa semua antagonisme-nya kepada President Jokowi. Seolah ngga perna ada. Ngga merasa punya dosa. Ditolak. Ga masuk kabinet. Akhirnya terpaksa jadi oposisi. Dia mungkin ngerasa paling hebat. Padahal Susilo sebagai ahli-strategi & bhagawan politik cuma mitos.

KLB Sibolangit tak terditeksi. Espionage-nya payah. Duit tipis ngga mampu gerakin massa bubarkan. Miskalkulasi. Akhirnya curhat. Menyesal. Ngatain KSP Moeldoko darah dingin. Angkat glorifikasi masa lalu.

Over reliance on past glory is the past tense of success and the present tense of failure.

Gus Dur mengangkat Susilo sebagai Menteri Pertambangan & Energi. Lalu naik jadi Menkopolkam. President Megawati mempertahankan Susilo di post Menkopolkam.

Akhirnya Gus Dur mengatakan Susilo-JK acak-acak PKB tahun 2008. Gus Dur terpental. Muhaimin Iskandar rilis brilliant coup de théâtre at the end of the play & took over PKB.

Serangan Susilo kepada KSP Moeldoko merupakan coping mechanism adjusting to distressing situations yang disebut “Denial”.

Susilo tolak fakta kalah dipecundangin KSP Moeldoko sedemikian mudah. Libido politik yang besar menghalangi batinnya “Madeg Pandito Ratu”. Akibatnya dia semakin tidak dihormati orang. Alih-alih Mandito, Susilo lebih suka main politik praktis.

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *