Tanam Tanaman Rumah Tangga di Roop Top
Bertepatan dengan Hari Bumi, pada 22 April 2017 kemarin, pusat perbelanjaan Super Indo meluncurkan Komunitas Berkebun (SIB) dengan mengusung konsep urban farming. Ini ditandai pula dengan melakukan tanam perdana di kebun tanaman produktif (food garden) Super Indo. Kegiatan tanam Perdana dan berkebun yang dijalankan komunitas SIB di belakang gerai Super Indo di bilangan RE Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan.
CFO & SFV Business Development Super Indo Lany S Budianto mengatakan, di Super Indo, peringatan Hari Bumi dimaksudkan untuk membangun kolaborasi dan eksplorasi kegiatan hijau terutama dengan, mengajak dan melibatkan secara aktif masyarakat serta stake holders gerai terbesar di Indonesia secara umum, dalam menjaga sumber pangan alami yang merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia.
“Kegiatan kolaborasi yang kami maksudkan tersebut adalah “Super Indo Berkebun”, project urban farming yang secara holistic akan dibangun melalui kegiatan menanam tanaman produktif seperti buah dan sayur”. Kegiatan Berkebun diinisiasi Super Indo karena membawa banyak manfaat bagi manusia dan bumi,” ujar Lany dalam sambutannya dalam tanam perdana yang dihadiri Dirjen Pengelolaan Sampah & Limbah B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih.
Kegiatan menanam yang sangat sederhana ini, lanjut Lany, bisa menjawab masalah-masalah sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan secara bersamaan. Implementasinya sangat mudah dan murah karena bisa dilakukan dimana saja, termasuk di rumah-rumah perkotaan dengan menggunakan konsep urban farming.
“Super Indo sendiri mempunyai delapan pilar dalam ambisi sustainability atau keberlanjutan. Dua di antaranya meningkatkan gaya hidup sehat melalui konsumsi buah dan sayur, serta upaya Zero Waste yang dijalankan melalui program 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace). Berkebun dalam konsep urban farming kami lihat sebagai solusi dalam meningkatkan gaya hidup sehat baik fisik maupun mental,” ungkapnya.
Head of Corporate Communications & Sustainability Super Indo D. Yuvlinda Susanta menambakan, kegiatan ini dapat memperbesar akses kosumsi sayuran dan buah secara mandiri, hanya saja masih belum banyak masyarakat yang mengerti cara menanam dan mendapatkan benih yang baik untuk mulai ber-urban farming. “Karenanya Super Indo mendedikasikan sebagian lahannya untuk digunakan sebagai laboratorium dan media training menanam tanaman produktif secara gratis bagi public,” imbuhnya.
Program Super Indo Berkebun ini didukung PT East West Seed Indonesia, produsen bibit Cap Panah Merah, yang mempunyai visi yang selaras dengan Super Indo dalam hal peningkatan gaya hidup masyarakat yang lebih sehat dengan memperbesar akses konsumsi buah dan sayur. Sejak tahun 2015 Super Indo telah menawarkan produk Cap Panah Merah di beberapa gerai yang menginspirasi para pelanggan menanam tanaman produktif secara mandiri.
Dalam program ini, anggota SIB akan mendapatkan kelas berkebun dari tim Panah Merah dengan materi cara mengolah tanah, cara memilih benih, cara merawat tanaman hingga cara memanen. Kelas ini diadakan setiap awal batch. Selain kelas berkebun, peserta juga akan memperoleh kelas nutrisi dan kelas memasak, di mana peserta diajarkan cara mengolah hasil kebun dan cara memasak menu makanan lezat dengan cara sehat.
Hadirnya Super Indo Berkebun diharapkan dapat semakin mendorong masyarakat untuk mulai berkebun walaupun di lahan yang terbatas dan menumbuhkan kecintaan menanam tanaman produktif untuk konsumsi sendiri. “Berkebun di lahan tidur perkotaan tidak hanya meningkatkan kembali kualitas tanah yang sempat tergerus oleh kegiatan pembangunan, namun juga menambah daerah resapan hujan sehingga mencegah banjir, memperbaiki kualitas udara yang sempat menurun karena polusi kendaraan, menurunkan suhu udara yang panas, meningkatkan keanekaragaman hayati, serta menurunkan emisi karbon yang memicu pemanasan global,” ungkapnya.
Manager Marketing PT East West Seed Indonesia (Ewindo) Ignatius Agung Pratama menambahkan, pasar bibit tanaman ini kebanyakan konsumen individual. Tapi belakang makin banyak konsumen-konsumen korporat yang masuk. Karena mereka ini ada namanya edukasi ke level pegawai-pegawainya. Ini yang membuka akses kerja sama dengan beberapa perusahaan yang memiliki lantai-lantai kosong di atas gedung. Selain kerja sama dengan ritel untuk pasar penjualannya.
“Kami perusahan produsen benih paling tua berumur 27 tahun di Indonesia. Kami yang memproduksi benih dengan kerja sama tujuh ribu petani di seluruh Indonesia, pada akhirnya dijual,” imbuh Agung usai membimbing tanam perdana.
Lebih jauh dikatakan Agung, luas tanah di Jakarta 11 ribu hektar dan 78 persennya sudah jadi lahan perumahan. Kalau misalnya punya lahan 2 x 2 m atau 3 x 4 m, atau berapa pun itu, lanjut dia, sudah ada ketahanan pangan di level mikro atau rumah tangga. “Jadi selama ini sector urmah tangga kami lihat banyak sekali terganggu sama kenaikan harga komoditas, seperti cabai bawang, dan sejenisnya. Sekarang mereka bisa menanam sendiri dan itu pangsa pasar yang luar biasa,” klaimnya.
Penduduk Jakarta sebanyak delapan juta orang, lanjut dia, belum lagi di wilayah-wilayah pinggiran sekitar atau Tangerang, Depok, dan Bogor. “Ini pasara potensial. Kehidupan di Jakarta sekarang makin vertical, tapi di gedung-gedung tinggi pun rupanya banyak lantai-lantai atas atau roop top merupakan lahan-lahan yang belum terpakai. Sehingga bisa juga, kami bikinkan seperti media-media tanam untuk dibawa ke lantai atas. Lalu dijadikan media untuk penanaman sayuran,” ungkapnya.
Adapun jenis tanaman yang diminat, dia mengaku, semua jenis tanaman diminat pasar. Itu ditandai dalam tiga tahun terakhir penjualan semakin meningkatm dari tanaman daun yang sifatnya mudah sampai akhirnya mencoba tanam cabai n tomat,” tutupnya. (lin)