Sunat pun ada musimnya terutama pada anak-anak. Kalau musim ujin sekolah usai, maka musim sunat terjadi atau kebanyakan di pertengahan tahun. Saking maraknya, ini seperti bisnis kesehatan. Sehingga memunculkan promosi atau penawaran dari penyelenggara sunat dengan berbagai metode dan cepat sembuh. Utamanya sunat laser.
dokter Irfan Wahyudi SpU (k) dari Rumah Sakit Siloam Asri mengingatkan masyarakat agar jangan gampang tergoda oleh tawaran sunat laser. Sunat atau istilah kedokteran sirkumsisi dengan menggunakan laser, menurut Irfan, pada praktiknya di Indonesia tidak menggunakan laser yang sebenarnya. Dokternya pun tidak kompeten. Pasalnya, kalau sirkumsisi menggunakan laser itu, dipastikan Irfan, harganya tidak murah.
“Hati-hati yang menawarkan sirkumsisi laser murah. Itu saya yakini bohong dan tidak kompeten. Begitu pula sunat dengan laser versi medsos, perlu diwaspadai. Pasalnya, sunat laser tersebut, diragukan sterilisasinya yang bisa membuat infeksi pada penis. Pada prakteknya di Indonesia, yang disebut dengan sunat laser tidak menggunakan laser, tetapi elektrokauter atau thermal couter,” papar Irfan pada wartawan di Restoran Raden Bahari, Warung Buncit Jakarta Selatan, Kamis (7/12).
Metode elektrokauter atau thermal couter, terang Irfan, itu merupakan proses yang menggunakan arus DC atau AC melalui eletrode metal wire, yang menghasilkan panas. Ini kemudian digunakan untuk mengontrol pendarahan atau melakukan pemotongan. “Dipastikan, sirkumsisi dengan laser jarang dipakai untuk prosedur sunat karena dua hal. Pertama tidak mempunyai kelebihan yang signifikan dibandingkan yang lain dan juga biayanya mahal,” ujarnya.
“Sunat laser dengan pembayaran murah dipastikan bukan menggunakan alat laser yang sebenarnya. Karena laser, adalah sejenis sinar energi yang dipakai untuk berbagai tujuan. Terdiri dari berbagai tipe dengan energi dan panjang gelombang yang berbeda. Dalam pembedahan, laser digunakan untuk memotong jaringan, mengontrol perdarahan dan membuang mengangkat jaringan,” ulangnya.
Sedangkan komplikasi sunat dengan laser, rinci dia, seperti perdaharan, infeksi, kulit kulup yang diambil tidak adekuat. Kulit kulup yang diambil terlalu banyak dan cedera glans penis. “Komplikasi sirkumsisi dengan laser, bisa kehilangan bagian dari penisnya. Karena untuk mengganti jaringan yang mirip penis susah. Itu bisa dihindari, jika dikerjakan dokter kompeten. Jadi jangan cari murah, tapi carilah tenaga medis yang kompeten,” imbaunya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum disunat, kata Irfan, adanya pemeriksaan indikasi dan kontraindikasi sirkumsisi dan mengetahui teknik sirkumsisi. Sirkumsisi merupakan prosedur pembedahan yang umum dilakukan. Jadi sebelum sirkumsisi diperlukan untuk menilai kesiapan anak dan ada tidaknya kontraindikasinya. Karena ada penis yang terbenam atau sembunyi, penis seperti ini boleh disunat tapi khusus.
“Jadi Orangtua harus menanyakan teknik sunatnya seperti apa yang dilakukan nantinya. Apalagi saat ini berkembang informasi metode sunat yang berkomplikasi berbahaya. Saat ini berkembang banyak disinformasi mengenai metode sunat, sebagian menyesatkan dan dapat memberikan komplikasi yang berbahaya. Jadi lakukanlah sirkumsisi pada tempat layanan kesehatan yang baik, dengan tenaga ksehatan dokter yang kompeten,” katanya.
Adapun teknik sirkumsisi, sebut dia, ada metode konvensional dorsal slit. Metode ini dapat dilakukan pada semua usia, di pelayanan kesehatan dengan instrument bedah dasar. Kekurangan metode ini, membutuhkan keterampilan bedah, agar menghindari risiko kecil cedera saluran kencing.
Kedua, untuk metode plastibell, membutuhkan alat khusus dan ukuran harus disesuaikan. Untuk metode ini, direkomendasikan hanya pada pelayan kesehatan yang telah secara teratur melaksanakan prosedur ini dan pasien harus kontrol kembali.
Ketiga ada metode mogen clam, untuk metode ini klem yang digunakan membutuhkan sterilisasi yang baik, karena metode ini terdapat risiko glans penis tertarik dan terjepit. Sedangkan metode gomci clamp, menurunkan risiko amputasi penis. “Untuk metode ini, membutuhkan dorsal slit, jadi butuh alat dengan berbagai ukuran dan alatnya harus dirakit,” ucapnya.
Sedangkan untuk teknik pembiusan lokal lebih direkomendasikan oleh WHO. Sedangkan pembiusan umum dapat dilakukan untuk anak yang kurang kooperatif, tapi memiliki risiko yang lebih besar. Dari sisi kesehatan, kapan harus disunat, tidak menjadi masalah. Hanya saja lelaki yang memilih bersunat saat usia dewasa, pemulihan luka sunatnya akan lebih lama, dibanding disunat saat usia anak-anak. “Idealnya, disunat itu saat usia anak-anak, kalau sudah dewasa, lukanya semakin lama sembuhnya,” katanya.
Setelah disunat, lanjutnya, luka tersebut dapat dibiarkan terbuka atau dibalut dengan kasa. Juga dapat dirawat seperti biasa, dibasuh dan dikeringkan. Umumnya, luka akan sembuh setelah satu minggu, bila masih merasa nyeri, demam, luka beubah warna, terdapat celah luka, pembengkakan atau perdarahan yang tidak biasa dan sulit buang air kecil, maka harus segera ke dokter untuk diperiksa. “Harus segera ke dokter untuk diperiksa, apakah inveksi atau tidak,” ucapnya.
Lelaki yang tidak bersunat, kata dia, tidak menjadi masalah, sepanjang lelaki tersebut menjaga kebersihan area penisnya. Karena kulit yang berhadapan dengan penis akan menempel kotoran, jika tidak dibersihkan itu akan menjadi sarang penyakit sehingga akan meningkatkan resiko bagi kesehatan.
Saat ditanya soal sisi medis pada anak yang disunat oleh jin, Irfan mengatakan, tidak punya argumennya. Tapi kalau yang lahir, lantas kelihatan seperti sudah disunat, menurut dia, itu malah pertanda alat kelamin anak tidak normal dan perlu diperiksa ke dokter.
Begitu pun pada anak autis, menurut dia, biasanya dilakukan pembiusan atau obat tidur. Sehingga bisa tenang. “Tapi kalau soal cepat sembuh, itu standar. Tidak ada yang lebih cepat. Rata-rata lima hari untuk penyembuhan luka,” pungkasnya. (lin)