Teknologi Modifkasi Cuaca (TMC) mulai dioperasikan untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi. Saat ini kedua wilayah tersebut mendekati puncak musim kemarau.
semarak.co-Pembukaan resmi kegiatan TMC pencegahan karhutla dilaksanakan secara hybrid oleh Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) secara daring dan dari Posko TMC di Lanud Sri Mulyono Herlambang Palembang, Sumsel secara luring, Kamis (10/6/2021).
Dirjen PPI KLHK Laksmi Dewanthi mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah menyiapkan pelaksanaan kegiatan TMC 2021 dalam bentuk dukungan teknis, dukungan fasilitas, dukungan data dan informasi serta lainnya.
“Upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan yang dilakukan melalui sinergitas beberapa Kementerian dan Lembaga telah berhasil dengan baik dalam beberapa tahun terakhir sehingga akan terus kita laksanakan secara rutin dan terencana,” ujar Laksmi dalam rilis humas BBTMC by email semarak.redaksi@gmail.com, Jumat (11/6/2021).
Deputi Bidang TPSA BPPT Yudi Anantasena mengatakan, kegiatan TMC merupakan tugas BPPT dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan, sesuai INPRES RI Nomor 3 Tahun 2020. Keberhasilan pencegahan karhutla tentunya sangat bermanfaat untuk pemerintah, masyarakat, termasuk perusahaan hutan tanaman industri dan perkebunan.
“Dengan tidak adanya kebakaran hutan dan lahan maka tidak akan ada asap yang diekspor ke negara tetangga sehingga hubungan regional international dengan negara tetangga akan selalu harmonis,” paparnya.
Operasi TMC Pencegahan Karhutla di Sumsel dan Jambi akan dilaksanakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melalui Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) mulai 10 Juni 2021 hingga 15 sampai 20 hari ke depan.
Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian mengatakan, TMC menjadi solusi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan serta pembasahan lahan gambut. “TMC merupakan upaya intervensi proses pertumbuhan awan dengan memasukkan inti kondensasi ke dalam sistem awan untuk mengoptimalkan kejadian, volume dan durasi hujan,” ujarnya.
Berdasarkan pola curah hujan historis di Provinsi Sumsel, diketahui titik curah hujan terendah terjadi pada Juli. “Saat ini beberapa fenomena yang mempengaruhi curah hujan di Indonesia dalam kondisi netral,” ujar Jon.
Termasuk wilayah Sumsel, lanjut Jon, tidak ada fenomena global yang berpengaruh sehingga pola curah hujan di Sumatera Selatan akan mengikuti pola curah hujan normal harian. Operasi TMC di Sumsel dan Jambi didukung TNI AU, Skadron 4 Malang dengan mengerahkan armada pesawat Casa 212 A-2105 dan 11 kru pesawat.
Posko TMC dipusatkan di area Lapangan Udara Sri Mulyono Herlambang, Palembang. BBTMC-BPPT menerjunkan 7 orang yang bertugas di Posko dan 4 orang di Pos Pengamatan Meterorologi (Posmet), serta 1 orang forecaster dari BMKG.
Koordinator Bidang Pelayanan TMC BBTMC-BPPT Sutrisno mengatakan, Tim TMC telah menyiapkan bahan semai berupa serbuk NaCl sebanyak 10 ton yang dikirim dari Serpong, Tangerang dan di simpan di Posko TMC.
“Strategi penentuan daerah target penyemaian awan yang akan dilaksanakan tim TMC. Mengingat luasnya daerah target kegiatan TMC, kami membuat prioritas dalam melakukan penyemaian yang dibagi dalam 4 kriteria,” ujar Sutrisno.
Yaitu awan di atas titik api yang berada dilahan gambut dan tidak mendapatkan curah hujan selama beberapa hari akan menjadi prioritas utama penyemaian awan. Apabila tidak ditemukan kriteria pertama, dicari awan di sekitar titik api di daerah gambut yang sudah beberapa hari tidak hujan.
Sedangkan kriteria ketiga yaitu awan dilahan apapun dengan curah hujan yang sedikit. Jika ketiga kriteria tidak ditemui, maka awan-awan dimana saja yang masih mendukung pencegahan kebakaran hutan dan lahan dapat menjadi target penyemaian awan,” paparnya.
Koordinator Lapangan BBTMC-BPPT Purwadi mengatakan, daerah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin merupakan daerah dengan lahan gambut terluas di Sumatera Selatan. “Kami akan memprioritaskan awan-awan di atas lahan gambut sebagai target penyemaian awan, yang dipantau menggunakan radar milik BMKG,” ujar Purwadi.
Meskipun saat ini wilayah Sumatera dan Selatan tengah menuju puncak musim kemarau, lanjut Purwadi, potensi awan pertumbuhan awan potensial masih ada. “Saat ini daerah Sumatera Selatan dan Jambi masih ada potensi pertumbuhan awan akibat faktor cuaca lokal yang bisa disemai,” tuturnya.
Seperti diketahui, bahwa daerah Sumatera Selatan dan Jambi memiliki area lahan gambut yang cukup luas yang rentan terjadi kebakaran saat kering. Sehingga lahan gambut ini harus selalu dalam keadaan basah untuk mencegah terjadinya kebakaran lahan dan hutan. (bbtmc/smr)