Suku Bunga BI Diperkirakan Stabil Hingga Akhir 2017

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan, tetap bertahan BI7Day RRR karena risiko kenaikan inflasi. Konsekuensi dari kebijakan fiskal kontraktif di 2016 masih akan terasa dampaknya di 2017 terutama dari sisi inflasi. Kenaikan harga barang-barang yang diatur oleh pemerintah berpeluang mendorong inflasi yang lebih tinggi di 2017 (lihat Ancaman kenaikan harga BBM).

“Tren kenaikan inflasi akan mulai menajam di April 2017 akibat efek tahun dasar rendah. Saat yang sama tahun lalu pemerintah memangkas harga BBM Premium 8,5%. BI melihat inflasi bisa melebihi 4% YoY, titik tengah target BI sekaligus asumsi di APBN 2017,” kata dia di Jakarta, Jumat (20/1).

Meskipun ia memprediksi suku bunga acuan RI akan bertahan hingga akhir tahun ini. Ruang pelonggaran masih akan terjadi, namun hanya sampai kuartal I-2017.”Kami melihat 2017 akan menjadi titik akhir siklus pelonggaran moneter walaupun tidak berarti awal siklus pengetatan; selain inflasi yang akan naik, level PDB yang mulai beranjak mendekati potensinya serta likuiditas global yang perlahan mengetat menjadi alasan utama akan berakhirnya siklus pelonggaran moneter,” kata dia.

Sementara likuiditas dollar dan ketidakpastian global, lanjut dia, BI menjadi lebih optimistis di tengah ketidakpastian global melihat aliran dana asing yang mulai kembali semenjak awal tahun aliran dana asing masuk ke SUN di sekitar $1 miliar.

Selain itu, kata dia, BI juga perkirakan Current Account Defisit (CAD) kuartal IV-16 akan di bawah 2%. CAD yang rendah sejalan dengan kenaikan harga komoditas serta membaiknya partumbuhan Tiongkok. CAD yang menipis didukung terutama oleh surplus dagang yang melebar, sumber likuiditas dollar dalam 4 bulan terakhir yang juga membantu daya tahan rupiah – di tengah penguatan dollar NEER dan REER rupiah menguat cukup signifikan sekitar 5% YoY.

“CAD diperkirakan di 1,8% terhadap PDB di kuartal IV-2016 sehingga di sepanjang 2016 akan mencapai 2%. Sementara pertumbuhan PDB 4Q16 diperkirakan melambat ke 4,9% YoY sehingga akumulasinya di 2016 akan tumbuh 5% YoY,” jelas dia. (wiyanto)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *