Sudahlah, Terima saja. Demokrasi itu Memang Brengsek

Grafis Demokrasi Oligarki. Foto: nalarpolitik.com

Oleh Ahmad Khozinudin *)

semarak.co-Penulis prihatin, karena masih ada saja umat Islam yang berharap ada keadilan dari putusan MK. Masih ada, yang berpraduga bahkan meyakini MK akan membatalkan kemenangan Prabowo – Gibran, dan memerintah KPU untuk melakukan Pilpres ulang tanpa Paslon 02.

Bacaan Lainnya

Padahal, secara hukum dan politik pintu itu sudah tertutup rapat. Secara hukum, MK hanya mengadili soal perselisihan hasil Pilpres. Bukan menentukan Paslon layak atau tak layak. Perselisihan Pilpres, ujungnya juga hanya perhitungan angka.

MK hanya mengadili, adakah kecurangan, apakah kecurangan itu TSM, adakah kaitan kecurangan yang TSM itu dengan perolehan suara Paslon, dan seperti apa hitung-hitungan perolehan suara versi yang tidak curang, lalu hasil akhirnya siapa yang menjadi pemenang.

Maka, MK itu ya memang Mahkamah Kalkulator. Mau curang, tetap saja akan dihitung berapa suara yang curang. Mau curang TSM, tetap saja akan dihitung selisih suaranya berapa, kalo tidak ada pengaruh signifikan pada selisih suara, ya wassalam.

Secara politik, Amerika dan China sudah ucapkan selamat ke Prabowo. Sejumlah petinggi partai sudah saling silaturahmi lebaran. Wacana koalisi sudah hangat diperbincangkan. Bahkan, NasDem sudah sejak awal ancang-ancang untuk merapat.

PKB juga sudah memberi signal tidak punya pengalaman menjadi oposan. Lalu, mau membaca indikator politik apa lagi? Kesimpulannya? Ya kecurangan akan menjadi pemenang. Demokrasi itu cuma soal menang suara. Entah suara itu dari curang, ga penting.

Entah suara itu suara maling, ga penting. Dalam demokrasi, suara kiai dan WTS dihitung sama. Lalu, bagaimana dengan politik gentong babi? Bukankah itu brutal? Menggunakan anggaran publik untuk kepentingan politik? Bansos 500 triliun untuk kepentingan Prabowo Gibran?

PDIP meradang?

Ah, itu semua hanya karena PDIP tidak menikmati gentong babinya. Kalau PDIP menikmati, pasti bungkam. Pilpres 2019, itu juga ada gentong babinya. Jokowi menang Pilpres 2019 juga karena politik gentong babi. Tapi karena Jokowi belum jadi Malin Kundang, PDIP dukung penuh.

PDIP juga menikmati politik gentong babinya. Semua Kepala Daerah Incumbent (Petahana) saat ikut Pilkada, itu pasti menikmati politik gentong babi. Bansos, itu jadi instrumen umum bagi pertahana untuk menang lagi Pilkada. Itu semua demokrasi. Itu semua gentong babi.

Jadi, demokrasi itu memang babi. Menjijikkan! Tidak ada halal haram. Asal menang, semua bisa halal. Saat berkuasa, demokrasi juga menghalalkan semua yang Allah SWT haramkan. Sebaliknya, justru mengharamkan apa yang Allah SWT wajibkan.

Dalam Islam, Allah SWT haramkan riba, zina, dan miras. Demokrasi, menghalalkannya. Dalam Islam, Allah SWT wajibkan Syariah & Khilafah. Demokrasi, mengharamkannya. Dalihnya, radikal dan intoleran. Dalam Islam, tambang diharamkan bagi swasta, asing dan aseng.

Demokrasi, membuat swasta, asing dan aseng pesta pora tambang. Pilpres 2019 umat sudah ditipu MK. Saat itu harapan umat begitu besar, tapi akhirnya putusan MK hanya melegitimasi kecurangan.

Sekarang, mau mengulangi berharap pada MK? Tidak mau berguru pada pengalaman? Mau ngotot pasang kacamata kuda, dan taklid buta pada harapan palsu, yang nantinya akan menambah rasa sakit hati?

Sudahlah, kembalilah kepada Islam. Kembalilah, pada perjuangan syariah Islam dan Khilafah. Karena Allah SWT dan Rasul-Nya, menjanjikan kebangkitan umat Islam dengan syariah & Khilafah. Bukan dengan demokrasi. [].

*) Sastrawan Politik

 

sumber: WAGroup INDONESIA MENUJU MAKMUR (postJumat19/4/2024/abulwafaromli1)

Pos terkait