Suara Rakyat adalah Suara Tuhan dan Suara Tuhan adalah Suara Rakyat

Infografis modus kecurangan Pemilu. Foto: internet

Oleh Jacob Ereste *)

semarak.co-Pemilihan presiden (Pilpres) 2024 sangat dikhawatirkan akan dilakukan dengan cara curang. Sebab kegandrungan untuk memaksakan kemenangan – sehingga dengan cara apapun dilakukan – pasti akan membuat rakyat berlipat ganda mendapat kerugian.

Bacaan Lainnya

Pertama karena Pilpres yang dilakukan secara itu tidak memberi pelajaran yang baik bagi rakyat, kecuali itu suara rakyat yang selama ini dipercaya sebagai suara Tuhan jadi meluntur atau kehilangan pamornya.

Jadi suara rakyat yang ditilep dengan cara curang itu boleh saja tidak dianggap dosa oleh mereka yang melakukannya. Tetapi rakyat akan mengutuk hingga ketika mempraktekkan kekuasaannya dengan cara yang culas itu tidak akan mendatangkan berkah apa-apa, kerena akan menimbulkan bencana dalam kehidupan mereka yang mempraktekkan perilaku jahat itu

Kemenangan dalam Pilpres 2024 yang bisa diperoleh dengan baik dan benar, pasti akan mendapat restu dan do’a sepenuhnya dari rakyat. Karena rakyat pasti paham pilpres yang dilakukan secara jujur, beretika serta bermoral itu akan mendapat kekuatan tambahan dalam alam raya yang ikut menyaksikan, meski dalam bahasa ucapnya yang khas, diam.

Namun alam pun akan ikut bekerja dengan caranya sendiri untuk mereka yang mengikuti tata cara Pilpres dengan baik, maupun terhadap mereka yang bersiasat jahat hanya semata-mata demi dan untuk kemenangan semata.

Karena hakekatnya Pilpres 2024 ini pun bagian dari pembelajaran demokrasi untuk rakyat dengan tetap menjunjung etika, moral dan akhlak mulia manusia yang harus dan patut dapat lebih beradab.

Karena kecurangan dalam Pilpres 2024 bukan hanya akan dicatat oleh sejarah perjalan bangsa Indonesia dalam memaknai kemerdekaan yang sejati dan luhur itu, tetapi kecurangan dalam Pilpres itu menjadi pertanda bahwa hasrat dari keinginan berkuasa itu telah ditempatkan sebagai tujuan utama.

Sehingga makna dari pengabdian – ibadah – utau hasrat untuk melanjutkan cita-cita luhur dari proklamasi bangsa Indonesia yang ditebus dengan segenap jiwa dan raga itu adalah omong kosong.

Seyogyanya hasrat untuk menjadi Presiden Indonesia pada 2024-2029 itu adalah keinginan untuk mengabdi, membangun bangsa dan negara Indonesia agar dapat lebih baik dalam segenap segi kehidupan.

Tidak hanya sebatas kesejahteraan ekonomi,l yang berkeadilan, tapi juga berpolitik yang elegan, beretika dengan moral  serta akhlak yang mulia, hingga dapat menata kerukunan hidup umat untuk menunaikan tuntunan dan ajaran agama masing-masing dengan baik dan benar.

Orientasi dari Pilpres yang semata-mata membidik kemenangan dengan cara menghalalkan segala cara, pada akhirnya dapat dipastikan tidak akan mendatangkan berkah  bagi kekuasaan itu sendiri yang diraih secara culas.

Sebab manipulasi yang dilakukan itu akan mengabaikan kebenaran dari pilihan orang banyak yang akan menjadi pendukung dan sekaligus penopang semua program yang hendak dilaksanakan selama pemerintahan itu sedang berlangsung.

Artinya, bila dalam pemilihan Pilpres itu sendiri tidak mendapat dukungan mayoritas dari rakyat, maka bisa segera dipastikan apa yang hendak dilakukan itu pun tidak akan mencerminkan kebutuhan maupun keperluan yang paling mendasar dari apa yang diinginkan oleh rakyat.

Dari perspektif pemahaman serupa ini agaknya pengertian dari suara rakyat adalah suara Tuhan itu dapat dimengerti, sebagaimana suara Tuhan yang sesungguhnya pasti  disuarakan oleh rakyat banyak.

*) penulis kolumnis

Banten, 16 Desember 2023

Pos terkait