Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menjajal pengalaman wisata petik jeruk siam madu di Desa Wisata Wringinanom, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
semarak.co-Desa Wisata Wringinanom merupakan salah satu dari 50 desa yang terpilih dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Desa ini juga merupakan salah satu Desa Penyangga wilayah TNBTS yang berada di Kabupaten Malang. Desa Wringinanom berada di dataran tinggi memiliki tanah yang subur untuk segala jenis pertanian atau perkebunan, serta peternakan.
“Salah satunya adalah adalah jeruk. Saya berkesempatan untuk mencoba wisata petik jeruk di Desa Wisata Wringinanom. Sangat menyenangkan,” kata Menparekraf Sandi Uno dirilis humas usai acara melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf, Minggu (28/7/2024).
Ketua Pokdarwis Desa Wisata Wringinanom, Galuh Prasetyo, menjelaskan wisata petik jeruk siam madu di desa ini bermula dari kegelisahan para pelaku pariwisata desa yang dahulunya menyediakan wisata petik apel.
Galuh menjelaskan bahwa petani apel dahulu kerap mengeluh karena biaya perawatannya yang mahal, namun harga jual yang rendah. “Jadi petani banyak yang merugi dan pada akhirnya banyak yang dibongkar untuk diganti dengan budidaya jeruk,” cetus Galuh.
“Karena jeruk biaya operasionalnya itu lebih murah daripada apel dan harga jualnya tak kalah bagus. Harga jual jeruk ini selalu tinggi petani pasti dapat untung. Maka dari yang awalnya apel terus sekarang 100 persen sudah tergantikan dengan wisata petik jeruk,” kata Galuh.
Wisatawan yang ingin melakukan wisata petik jeruk di Desa Wisata Wringinanom ini hanya perlu membayar Rp25.000 lalu bisa memetik buah jeruk madu siam dengan sepuasnya. Namun, jika ingin membawa pulang sebagai oleh-oleh wisatawan dikenakan Rp25.000 untuk per kilogramnya.
“Jadi nanti jeruk yang dipetik juga bisa dibuat olahan es jeruk, jeruk hangat dan perasan jeruk. Saya berharap dengan kehadiran Menparekraf ke Desa Wisata Wringinanom bisa meningkatkan wisatawan untuk berkunjung ke desa ini. Terima kasih untuk Menparekraf, semoga dengan kehadiran Pak Menteri bisa memicu wisatawan untuk mencoba wisata petik jeruk di sini,” kata Galuh.
Hadir mendampingi Menparekraf, Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis, Ario Prawiseso; Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf/ Baparekraf, Florida Pardosi; dan Kadisbudpar Provinsi Jawa Timur, Evy Afianasari. Serta turut hadir Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto.
Di bagian lain dirilis humas Kemenparekraf terbaru, Menparekraf Sandi Uno memberikan kiat sukses dalam mengembangkan gastronomi di Kota Malang kepada sejumlah komunitas yang hadir di acara Nemuin Komunitas (Netas) di Ada Apa Dengan Kopi (AADK), Malang, Sabtu (27/7/2024).
Gastronomi bukan hanya tentang makanan, terang dia, tapi juga tentang budaya, sejarah, dan identitas sebagai bangsa. Karena itu, dalam pengembangannya diperlukan konten kreatif yang mengedepankan narasi dengan menggunakan kekuatan budaya sebagai nyawa dari sebuah kuliner atau biasa yang disebut dengan storynomics.
“Jadi betul-betul memiliki filosofi, ada budaya yang terlibat, sejarah, ada story telling bagaimana oleh siapa, berapa yang terlibat bagaimana yang terlibat, resepnya seperti apa,” kata Menparekraf Sandi Uno dirilis humas usai acara melalui WAGroup SiaranPers Kemenparekraf, Minggu (28/7/2024).
Ia mencontohkan seperti Ronde Titoni Malang yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Menurut Sandiaga, ini bisa dikemas dengan narasi sejarah awal kemunculan dan caranya bisa bertahan hingga sekarang.
Sandiaga menilai cerita seperti itulah yang membuat orang akan penasaran dengan sebuah produk yang dihasilkan sehingga kemudian akan dicari oleh masyarakat luas. Dampaknya produk yang dikenalkan bisa dikenal hingga mendunia.
“Cerita-cerita seperti itu yang harus dikemas dan harus diceritakan kepada pelanggan sehingga potensi dari kuliner Malang ini bisa lebih banyak dikenal oleh nusantara dan dunia,” kata Menparekraf.
Pada kesempatan ini Menparekraf juga mencicipi berbagai kuliner khas Malang yang sedang viral, salah satunya adalah Bakso Kirun, Ondenesia, dan Ronde Titoni. Menurutnya kuliner tersebut memiliki potensi yang besar untuk mendunia, jika dikemas dengan narasi yang menarik.
Menparekraf berharap acara Netas yang bertema gastronomi ini bisa menjadi wadah bagi komunitas untuk meningkatkan kesadaran, kolaborasi, dan inovasi bagi para pelaku gastronomi. “Saya ingin mengajak seluruh komunitas yang hadir di sini untuk beraksi dan berkolaborasi secara langsung. Kita memiliki tanggung jawab besar untuk bersama-sama menerapkan gastronomi berkelanjutan di Indonesia,” katanya.
Ketua Program Studi Perhotelan Diploma Kepariwisataan Universitas Merdeka Malang Rulli Krisnanda, menyampaikan bahwa kuliner dan gastronomi adalah dua hal yang berbeda, namun tetap menjadi satu kesatuan. “Bagaimana gastronomi ini kalau kita kupas dari dalam jadi bukan hanya tentang makanan tapi bagaimana perjalanan makanan ini dari awal sampai menjadi sesuatu,” katanya.
Sementara Pemimpin Redaksi Trigger.id Isa Anshori, menyampaikan bahwa media turut andil dalam pengembangan gastronomi. “Jadi banyak hal yang dikupas oleh media tentang pengembangan gastronomi. Misalnya, mengangkat tentang filosofi dari nasi tumpeng, dan sebagainya,” kata Isa.
Hadir mendampingi Menparekraf, Staf Khusus Menparekraf Bidang Pengamanan Destinasi Wisata dan Isu-isu Strategis, Ario Prawiseso; Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf/Baparekraf, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani; serta Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf/Baparekraf, Dwi Marhen Yono. (smr)