STAI Thawalib Jakarta Gelar Wisuda Sarjana Sekaligus Milad Ke-35

Ketua Sekolah Tinggi Thawalib Jakarta Syamsuddin Kastoer memberi sambutan sekaligus membuka sidang senat wisuda STAI Thawalib

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Publisistik Thawalib Jakarta menggelar wisuda sarjana strata satu (S1) tahun ajaran 2016/2017 sekaligus Milad STAI ke-35 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta Timur, Kamis (14/9). Sidang senat wisuda atau pelepasan sarjana yang dihadiri perwakilan Kementerian Agama (Kemenag) dan perwakilan Kopertis dibuka Ketua Sekolah Tinggi Thawalib Jakarta Syamsuddin Kastoer.

“Hari ini adalah langkah awal dimana kalian memantapkan langkah kemana kalian akan berjuang. Dengan ketulusan hati, dengan keyakinan bahwa apa yang setiap kata, setiap kalimat, dan setiap tulisan akan memberikan manfaat dan keberkahan untuk agama bangsa dan Negara,” jelas Syamsuddin di hadapan 95 wisuda.

Syam, panggilan akrabnya alumni Thawalib juga. “Saya berpesan untuk tidak berhenti belajar dan membaca. Karena apa yang saat ini terjadi bukanlah akhir tetapi awal dari perjalanan panjang di masyarakat. Jangan berhenti belajar dan jangan berhenti membaca. Bencana sesungguhnya bangsa ini adalah manakala dosen, guru, ia berhenti belajar dan ia berhenti membaca. Bencana besar,” sindirnya.

Di tahun ajaran 2017/2018, Syam tidak berjanji tapi mengatakan, STAI Publisistik Thawalib Jakarta sudah bisa memberikan kualitas yang lebih baik lagi. “Pada tahun akademik 2017-2018 kampus STAI Publisistik pun akan melakukan tindakan renovasi akademik dan infrasruktur yang memadai untuk keperluan mahasiswa. Sehingga kualitas alumni yang akan datang akan lebih baik lagi,” ujarnya mengakhiri sambutan.

Sampai saat ini, ketika nama Thawalib telah menjadi STAI Publisistik Thawalib Jakarta, maka terus berupaya meningkatkan mutu dan kualitas setiap mahasiswanya sehingga sebelum luluspun keberadaanya sudah dirasakan oleh masyarakat luas. “Sehingga mahasiswanya sebelum dan setelah selesai dapat diterima dengan baik ditengah masyarakat,” timpal Syamsuddin.

Pria kelahiran Lamongan itu juga mengajak kepada seluruh alumni untuk saling bersinergi dalam mengembangkan kampus. “Dalam pengembangan kampus kami mengandeng alumni- alumni yang kompeten dalam bidangnya. Terakhir dengan segala kerendahan hati, saya menyimpulkan agar tidak berhenti belajar. Jangan berhenti belajar, agar menjadi suatu kebanggan bersama untuk kita,” tuntasnya.

“Kuliah di Thawalib barangkali penuh ketidaksempurnaan, penuh kekurangan. Tetapi ada satu hal yang kita semua perlu tahu. Bahwa setiap kakak-kakak alumni kita mengabdikan ilmunya dengan ketulusan hati, dengan keyakinan bahwa setiap apa yang dilakukan di tengah masyarakat akan memberi manfaat dan keberkahan,” jelas Syam di awal sambutan.

“Ketidaksempurnaan selama masa perkuliahan harus disempurnakan di tengah-tengah masyarakat. Hari ini jelas bukan sebagai akhir melainkan awal. Anda setelah ini menjadi agen pembelajaran dan dakwah di tengah masyarakat. Kesantunan harus anda jaga dan jangan lupa meletakkan orang yang belum wisuda di bawah. Itu salah. Tetapi setelah di wisuda kesantunan akan lebih dijaga,” pesannya.

Di atas langit, lanjut Syam mengandaikan, ada langit. Artinya sepintar apapun kita, ada orang yang lebih pintar. “Itu artinya kita jangan sombong dengan status sarjana kita. Rasullullah telah mengajarkan kita dalam bersikap, sikap kepada teman, sikap kepada guru, sikap antara kita dengan orang yang lebih muda bahkan kita diajarkan tentang toleransi beragama. Sarjana mesti cerdas, kekurangan kita kemarin menjadi pelajaran buat diri kita. Agar lebih dewasa. Peristiwa yang terjadi harus terus diikuti perkembangannya,” ujarnya.

“Islam mengajarkan kita memahami mereka. Sekalipun kita berbeda. Apa yang kita pikirkan dan rasakan belum tentu orang sama dengan kita. sehingga level torelan kita perkuatkan. Kita pertinggi dengan tidak menusuk dan menyakiti perasaan orang lain. Mari kita jaga keutuhan Negara kesatuan republik Indonesia dengan keberagamannya. Anda agen perubahan dan seharusnya memimpin, tentu kalian orang yang paling depan dalam mengembangkan kebinekaan. Jangan seperti mereka-mereka yang sok tahu,” sindir Syam sebagai aktivis Islam mengakhiri.

Di tengah euphoria milad Thawalib, Syamsuddin mengakui, kalau usia kampus Thawalib sudah cukup tua dan sudah begitu panjang perjalanan proses yang dilalui. “Jadi bukan barang baru Thawalib ini, kalau melihat usianya yang ke-35,” ujarnya disambut tepuk tangan rius semarak.

Ketua Yayasan Islam Thawalib Dr Dedi Oktarinto menambahkan, harapan yayasan seluruh wisuda paham dan mengerti sejarah Thawalib. “Thawalib dilahirkan dan melahirkan tokoh-tokoh besar. Orang tua seperti Mohamad Natsir, Buya Hamka, Adam Malik adalah teladan buat kita. Jangan berkecil hati ini modal besar kita. Mereka adalah pendiri tenaga dan pendidik di Thawalib,” ungkap Dedi di tengah sambutannya

Akademi Dakwah dan Publisistik Thawalib Jakarta dipimpin Prof Zainal Abidin Ahmad, lanjut Dedi, yang merangkap jabatan sebagai ketua yayasan dan ketua sekolah tinggi, sampai wafat tahun 1983. Lantas perjuangan itu dilanjutkan KH Oemar Bakri Datuk Tan Besar. Di tahun inilah, pada 19 Agustus 1983, Akademi Dakwah dan Publisistik Thawalib diresmikan Adam Malik, persis setahun usai menjabat Wakil Presiden

Thawalib kembali bertransformasi menjadi Sekolah Tinggi Dakwah Publisistik (STD) Thawalib Jakarta. Tapi karena adanya beberapa aturan pemerintahan bahwa kepala yayasan tidak boleh merangkap ketua Sekolah Tinggi, Dr. Mohammad Natsir mengundang Prof Anton Timur Djaelani, mantan Dirjen Departemen Pendidikan Agama sekaligus mantan pendiri Pelajar Islam Indonesia (PII) diangkat dan ditetapkan menjadi ketua Sekolah Tinggi Dakwah Publisistik Thawalib Jakarta. Seterusnya Sekolah Tinggi Dakwah Publisistik Thawalib dipimpin Prof Mbiyo Saleh, Dr Syafruddin Tajuddin MA, Prof Dr. Nainggolan, Prof. Dr Sidi Ibrahim Buchori. (zim)

Sebanyak 95 wisudawan dan wisudawati mengikuti sidang senat pelepasan kesarjanaan dari STAI Thawalib di TMII, Kamis (14/9)
Sebanyak 95 wisudawan dan wisudawati mengikuti sidang senat pelepasan kesarjanaan dari STAI Thawalib di TMII, Kamis (14/9)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *