Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Publisistik Thawalib menggelar sidang senat wisuda dan Milad ke-37 ratusan mahasiswa di gedung Perpustakaan Nasional, kawasan Salemba, Jakarta Pusat, Kamis pagi (3/10/2019). Kepada semua wisudawan/wisudawati yang akan turun di tengah masyarakat diminta jadi pejuang-pejuang religious.
Ketua STAI Publisistik Thawalib Syamsuddin Kastoer mengatakan, STAI Publisistik Thawalib membutuh semua wisudawan/wisudawati di masa akan datang untuk melanjutkan keberadan dan eksistensi Thawalib. Sehingga Thawalib ini lebih punya manfaat di masyarakat ke depannya.
“Hari ini, kami menyelesaikan tanggungjawab selaku pendidik. Melalaui podium ini kami ajak semua stakeholder STAI Thawalib untuk makin serius di dalam memperjuangakan kebaikan yang sedang diupayakan Thawalib,” ujar Syamsuddin dalam sambutannya.
Karena itu, lanjut Syamsuddin, kehadiran mahasiswa secara kontinyu pada proses perkuliahan adalah suatu proses kebaikan yang juga akan dimiliki oleh lembaga (Thawalib).
“Bapak ibu dosen dan pimpinan lembaga Thawalib adalah ujung tombak terdepan kebanggaan Thawalib bagi masyarakat,” imbuh Syamsuddin dihadapan Sekretaris Kopertais Wilayah I DKI Jakarta H. Supriadi Ahmad.
Karena itu, lanjut dia, pihaknya berharap apa yang sudah diberikan untuk mahasiswa yang hari ini diwisuda insya Allah dibalas berlipat ganda dan suatu hari jadi amal pemberat timbangan dihadapan Allah SWT.
“Yayasan Islam Thawalib pun sudah memberikan support penuh terhadap proses yang sedang dijalani Thawalib sehingga proses yang kami jalankan banyak kemudahan-kemudahan. Ini semua tak lepas dari kerja sama yang baik, silaturahmi yang terjalin dengan harmonis antara STAI Thawalib dengan Yayasan Islam Thawalib,” terangnya.
Pihaknya berharap pada semua stakeholder yanng ada di STAI Publisistik Thawalib di Jakarta memberikan perhatian lebih terhadap proses perkembangan kampus. “Sehingga di masa datang kampus ini memiliki kebaikan yang lebih dari apa yang sudah dicapai hari ini,” harapnya.
Tahun akademik 2019-2020 adalah tahun sangat penting bagi Thawalib, pesan dia, karena ada satu pogram khusus. Ini sudah dilaunching dan sudah jalan. “Yaitu mahasiswa Thawalib berbasis santri penghapal Alquran,” cetus Syamsuddin di depan Staf Diktis Kemenag RI M. Syarif Hidayatullah.
Para mahasiswa itu, lanjut dia, akan mengikuti perkuliahan dengan program khusus yang ada. Yaitu Fakultas KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) dan KI (Kependidikan Islam). Mahasiswa ini datang dari berbagai wilayah di Indonewsia, seperti Medan, Sulawesi, dan wilayah-wilayah terpencil,” terangnya.
Mereka didik selama empat tahun dan ketika mereka kembali ke kampung halamannya, kata Syamsuddin, diharapkan menjadi pejuang-pejuang Islam. “Ini suasana yang berbeda karena kami diamanahkan oleh orang-orang hebat di masa lalu selaku para pendiri Thawalib,” kutipnya.
Kemudian diamanahkan oleh yayasan untuk memberikan sentuhan yang lebih baik di masa akan datang untuk Thawalib, agar bukan hanya ongkos kita di dunia, tapi semua kita akan baktikan manakala suatu hari nanti bertemu Allah.
“Seluruh proses yang dilakukan para pimpinan, dosen, yayasan kerja sama dengan berbagai pihak dari Kementerian agama, Kementerian Ristekdikti, masyartakat, lembaga-lembaga social yang ada akan sangat berarti dan berperan bagi keberadaan Thawalib di masa datang,” ujarnya.
Karena itu, pinta dia, mohon dukungan bapak ibu karena telah memilih lembaga yang miliki spirit dan semangat ke depan untuk memperjuang agama, kebaikan agama, kebaikan Negara, bukan hanya dengan slogan tapi dengan kiprah nyata. Sehingga masing-masing pribadi yang ada di antara kita akan memiliki kemuliaan bukan hanya di dunia, tapi kelak sebagai bekal kita pada saat kita menghadap Allah.
Tak ketinggalan Syamsuddin memuji para pimpinan dan dosen. “Dosen-dosen Thawalib, para pimpinan senantiasa mengembangkan dirinya. Para pimpinan dan dosen tidak berhenti untuk tetap belajar sebagian sudah sedang menempuh gelar doctor sebagian mengupayakan cum-nya suatu hari nanti kita orbitkan jadi guru besar dari Thawalib murni,” harapnya.
Semua ini, simpul dia, adalah proses yang berkemajuan yang akan diupayakan Thawalib tapi mungkin tidak bisa sendirian kalau para dosen dan pimpinan saja yang akan melakukan kerja keras ini tanpa dukungan masyarakat.
“Kami laporkan juga kami sudah siapkan prodi baru dengan persyaratan cukup ketat oleh Kemenag dan satu prodi ini sudah dimajukan tinggal meninggu visitasi dari pihak Kopertais dan Kemenag dengan doa kita semuanya semoga Allah mengabulkan rencana baik yang thawalib canangkan,” cetusnya.
Dosen, kata dia, telah memberikan pengabdian pada kampus utama pada ujung perkuliahan. “Saya terharu, karena dosen sekalipun kesibukan luar biasa, terutama hari Minggu untuk keluarga, tapi berkenan menerima mahasiswa untuk bimbingan,” pujinya.
Ketua Yayasan Islam Thawalib Jakarta Deddy Oktarinto menambahkan, pihaknya mengemban yang sangat berat dari para pendiri Thawalib dan semua sudah almarhum. Mereka adalah Prof DR, Buya Hamka, Mantan Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Mohammad Natsir.
“Jadi mereka-mereka ini yang memberikan nuansa-nuansa luar biasa pada kita dan kita tidak ada apa-apanya dibanding mereka. Karena itu, bapak ibu yang mengantar anak-anak wisuda, jangan lihat kami di sini, tapi lihatlah para pendiri Thawalib. Thawalib dilahirkan dan melahirkan tokoh-tokoh besar,” tutupnya. (lin)