Sri Bintang Pamungkas: Ekonomi Rakyat…. (VI)

Sri Bintang Pamungkas

Jumat itu Jaksa Suriansah menjemput aku di Rutan Kejagung, tanpa memberitahu lebih dulu, untuk memindahkanku ke Lapas Cipinang. Katanya Kasasiku ditolak, sehingga Putusan untukku 34 bulan sudah berkekuatan hukum tetap. Aku menolak pergi….alasanku Putusan Kasasi blm aku terima, dan aku bukan Ayam yg bisa dibawa ke sana-ke mari. Aku suruh dia pulang Senin…sel Rutan pun aku gembok dari dalam.

Oleh: Sri Bintang Pamungkas.

Senin 5 Mei 1997 itu Suriansyah datang lagi. Aku tidak bisa mengelak…barang-barangku pun sudah aku pak. Mobil “jurangas” dg terali besi dan 3 orang polisi bersenjata laras pun sudah siap.

Sebelum masuk mobil pesakitan, aku berpidato sebentar di depan para wartawan yg datang meliput: “…nanti akan kita saksikan bersama, Soeharto akan tersungkur oleh sebab perbuatannya sendiri… Merdeka!”

Dua polisi bersenjata duduk bersamaku di belakang…satu di depan bersama sopir. Sesampai di Cipinang, Kalapas menawariku beberapa tempat “sel”. Akhirnya dia menempatkanku
di Blok “sel” F, bersama Oki, Pembunuh 3 orang di AS…Pak De, Pembunuh Detje…dan Dua Tokoh Kasus Talangsari di kiri-kananku… Aku sendiri menempati Sel bekas Arswendo bersama Pembunuh Preman Kampung Rambutan…yg kemudian menjadi tukang cuci pakaianku.

Tanggal 12 Petugas Keuangan UI datang membawa Surat Pemecatan PNS-ku dari Wardiman….Sekaligus meminta kembali gaji bulan Mei yg sudah telanjur dibayarkan pada tgl 1 kemarinnya. Aku minta isteriku untuk mengembalikannya.

Sebulan lebih kemudian, tepatnya pada 23 Juni Rupiah mulai jatuh dibanding Dollar…dari 2.450 menjadi di sekitar 2.500 pada pertengahan Juli…. Jatuhnya Rupiah itu terus-menerus berlangsung dari hari ke hari.

Sekitar September Rupiah sudah menembus 4.000 menuju 7.000-an pada Desember. Krisis moneter sedang berlangsung. Soeharto kebakaran jenggot, Menkeu Mar’ie panik, Gubernur BI Djiwandono pucat…

Washington, DC sudah menyiapkan jurus terakhir untuk mendepak Soeharto. Rancangan Bill Clinton dan James Riady sudah dirasakan sukses. Tinggal George Soros nanti yg melakukan “the final blow”. Pada Januari 1998 Rupiah sudah di ambang 10.000….. bahkan pada 27 Januari sempat menyentuh 17.000!!

Menkeu Laurent Sumner dikirim ke Jakarta…juga mantan Wapres Walter Mondale…dan Menhan William Cohen. Soeharto diperingatkan untuk mundur. Tapi Soeharto masih keras kepala…dia pergi ke Timur Tengah….lalu ke Mesir untuk menghadiri Konferensi Organisasi2 Islam. Sebelum pergi, sempat menaikkan harga minyak yg membikin kesulitan rakyat.

Sementara itu, perekonomian tambah kacau…. Yaitu, sejak kesepakatan antara Bill Clinton dan James Riady di Lippo Cikarang, sesudah Konferensi APEC di Bogor, 1994, James menggalang para Taipan Mafia untuk bersama-sama menjatuhkan Soeharto….Sesuai dg skenario Clinton dan IMF. Mereka tahu Utang Luar Negeri Swasta sudah melampaui Utang Pemerintah. Maka mereka menggunakan alasan Pembayaran Kembali Utang yg Jatuh Tempo untuk menarik Dollar. Dollar hilang dari pasar dalam negeri, sehingga harganya naik….

Akibatnya berlanjut dg hilangnya barang2 impor, termasuk barang2 industri, konsumsi, bahkan bahan2 pokok, seperti beras dan lain-lain Sembako. Inflasi tak terkendali terjadi….

Seorang Ibu yg menggendong bayinya dari Subang, salahsatu lumbung padi Jawa Barat,berjalan kaki ke Pamanukan untuk mencegat Truk Pengangkut beras….terpaksa pulang kembali tanpa hasil.

Orang pun takut, Rupiah mereka tidak ada harganya. Mereka menarik kembali simpanannya di Bank. Suku bunga pun ikut naik…Proyek2 pun terhenti pembangunannya…mangkrak. Pinjaman kredit bank-bank pun menjadi macet….Pabrik-pabrik pun tutup dan berbagai usaha pun bangkrut….tak ada cash inflow.

Situasi bertambah kacau dg ditutupbya 16 Bank kecil-kecil Keluarga dan Kroni Cendana. Orang pun menyerbu bank-bank untuk menarik uang simpanan mereka.

IMF pun maju menusuk lebih jauh jantung Soeharto. Seakan tidak ada satu pun tokoh yg mengingatkan Soeharto untuk menolak IMF, termasuk Widjojo, Emil Salim dll Mafia Berkeley. Bahkan, pinjaman yg ditawarkan ASEAN pun sempat ditolak, termasuk ditolaknya tawaran Steve Hanke dg pendekatan CBS-nya atau Currency Board System, yg pernah berhasil untuk situasi yg mirip di Argentina pada krusus 1991. Akhirnya Soeharto bertekuk lutut di depan Direktur Eksekutif IMF Camdesus yg menyodorkan Letter of Intents, sebuah jebakan yg berakhir pada perampokan kekayaan RI dan upaya melahirkan Konglomerat Hitam para Mafia Cina Indonesia.

Habibie tunai mengucurkan 210 trilyun Rupiah kpd para Taipan di belakang bank2 yg collapse… Gus Dur 460 trukyun betupa Surat Tanda Utang… Megawati, SBY dan Joko Oei 60an Trilyun tiap tahun sejak 2003 berupa bunga Utang sampai hari ini hingga 2033…

Soeharto jatuh. Clinton dan AS berhasil….Mafia2 Cina juga berjaya…. Dan mereka tidak berhenti di situ….UUD 1945 diganti dg yg PALSU lewat Amandemen….Dg bantuan Tokoh2 Pengkhianat….

Dengan bantuan Pengkhianat2 Domestik pula melahirkan Joko Oei bersama Xong Wansie alias Ahok…Bersama-sama para Pengkhianat Domestik pula, mereka mau menghancurkan NKRI dan menjadikannya Tanah Jajahan Cina, seperti telah terjadi di Singapur dan Timor Leste… Sekarang dg dalih Presidential Threshold…mau berlanjut dua periode untuk melengkapi hilangnya peta bumi NKRI…

Era Utang Luar Negeri yg dimulai Soeharto dan para Mafia Berkeley memang harus diakhiri. Dari Rezim Devisa Bebas sampai kebijakan Expor-Impor memang sudah salah. Demikian pula Pendidikan dan Pengembangan Iptek kita memang sontoloyo. Sebagai akibatnya Negara yg kaya Sumberdaya Alam ini hanya bisa menikmati singkong bakar, umbi2an rebus dan pisang goreng… Bisa bikin pesawat terbang, tapi tidak laku…

Neraca Pembayaran kita kacau….Era minyak dan mineral kita dihabisi oleh para Pengkhianat macam Purnomo Yusgiantoro dan Archandra, dan ribuan pengkhianat lain. Hutan kayu kita juga habis….Selama impor barang dan jasa tidak dibenahi, selama itu pula Rupiah akan tergerus dan krisis moneter akan membayang. Maka Utang Luar Negeri akan terus membengkak. Sri Mulyani akhirnya hanya bisa omong kosong dg mengatakan seharusnya pembangunan dibiayai oleh pajak, bukan oleh utang…

Tetapi, manakala Belanja Negara dan Neraca Pembayaran mengalami defisit, Si Sri tidak punya alternatif lain kecuali berutang lagi! Dia tidak berani melawan Cina2 Taipan yg ngemplang pajak sampai 500 trilyun tiap tahun selama 3 tahun terakhir… Padahal mereka mampu membangun Proyek Reklamasi 17 Pulau dan Kota Cina Meikarta… Lalu Sri memilih pajak recehan dari Petani Tebu miskin untuk bayar PPN….

Utang Luar Negeri Indonesia diperkirakan sudah mencapai sekitar USD 350 milyar atau sekitar 4.000 trilyun Rupiah. Dari jumlah itu yg bakal jatuh tempo dan dibayarkan kr luar negerolu pada 2018 ada sekitar USD 60-70 milyar atau 800-1000 trilyun. Maka seperti terjadi persis pada 20 tahun yll, segera ini akan terjadi Krisis Moneter baru di Indonesia.

Akibatnya akan mirip seperti 20 tahun yll. Tapi, mudah2an rakyat Indonesia sudah berpengalaman untuk tidak mengulang kembali kesalahan yg sama.

Krisis Moneter 2017-18 ini lebih alamiah dibanding yg pertama dulu. Biarkan Joko Oei jatuh, seperti Soeharto…. juga Jeka! UUD 45 Asli harus diberlakukan kembali, yaitu lewat Ketetapan MPR. Segera dibentuk Pemerintah Transisi

Kali ini jangan biarkan Cina-cina menikmati apa pun! Kalaulah mereka lari ke luar negeri, biarkan saja…. Kekayaan mereka akan dibekukan, dan cabut Paspor mereka. Kalau mereka mau masuk RI lagi, selain membawa pulang uang yg mereka bawa lari, juga harus mengulang kembali proses pewarganegaraan mereka….

Banyak hal harus diperbaiki. Tapi harus percaya juga, bahwa kita masih punya banyak orang pandai dan loyal sbg negarawan sejati. Orang2 dan politisi gombal pada era Orde Baru tidak perlu dipakai!
(dikutip dari Grup WA FSU/23/7)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *