PT Asuransi Jiwa Sequis Life meluncurkan asuransi penyakit kritis dengan brand Sequis SOFI (System and Organ Function Insurance yang memberikan manfaat jika terjadi risiko kegagalan sistem dan fungsi organ tubuh serta risiko penyakit kritis termasuk penyakit kritis yang belum pernah ada sebelumnya.
semarak.co-Kehadiran SOFI adalah respon Sequis terhadap kebutuhan akan perlindungan perawatan penyakit kritis tidak menular NCD (NonCommunicable Disease) yang biayanya dirasakan masih sangat mahal.
Penyakit Kritis Tidak Menular telah menjadi penyebab tingkat kematian yang cukup tinggi secara global dan umumnya menimbulkan masalah finansial yang sangat serius bagi penderita dan keluarganya.
Serangan penyakit kritis dapat menyebabkan kebangkrutan karena mahalnya biaya pengobatan dan panjangnya proses perawatan medis. Beberapa orang terlambat melakukan pengobatan bahkan sama sekali tidak melakukan pengobatan karena terbentur masalah ekonomi.
Director & Chief Agency Officer Sequis Franky Nayoan mengatakan, SOFI hadir dengan konsep Anti Rugi, yaitu memberikan manfaat 100% Uang Pertanggungan (UP) sekaligus pengembalian premi jika terjadi risiko penyakit kritis meliputi kanker, serangan jantung, dan stroke serta risiko kegagalan sistem/fungsi organ.
Seperti sistem pernafasan, saraf, sensorik, autoimun, dan sejumlah penyakit sistem lainnya (sesuai yang tercantum pada polis). Sebagai produk inovatif yang dipelopori Sequis, Franky berharap SOFI bisa menjadi solusi untuk menciptakan hari esok yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia.
“Sequis meluncurkan asuransi penyakit kritis murni atau standalone critical illness terbaru agar masyarakat segera dapat memiliki perlindungan asuransi penyakit kritis sejak dini dengan premi yang murah dan tetap,” imbuh Franky seperti dirilis humas Sequis melalui email semarak.redaksi@gmail.com, Selasa (22/2/2022).
Prevalensi penyakit kritis sudah merata pada segala usia termasuk usia muda, lanjut Franky, padahal Indonesia akan menghadapi bonus demografi, yaitu populasi usia produktif lebih banyak dari usia non produktif.
“Jika tren penyakit kritis sejak usia muda semakin tinggi maka target mencapai Indonesia emas dapat terhambat karena dibutuhkan usia produktif yang cerdas, sehat fisik, dan mandiri finansial. Ini menjadi peringatan agar kita memperbaiki gaya hidup dan segera memiliki jaring pengaman finansial,” tuturnya.
Selain berinovasi demi memenuhi kebutuhan nasabah serta masyarakat Indonesia, Franky menyebut, Sequis juga melaksanakan kewajiban kepada nasabah sesuai ketentuan polis melalui pembayaran klaim.
“Hingga kuartal IV Tahun 2021, Sequis Life telah membayar Klaim dan Manfaat (*termasuk klaim penebusan unit) senilai lebih dari Rp2,8 triliun. Pembayaran klaim adalah wujud komitmen kami sehingga masyarakat tidak ragu memercayakan perlindungan keluarganya kepada Sequis”, sebut Franky.
SOFI: Asuransi Penyakit Kritis yang Komprehensif
Sebagai asuransi penyakit kritis, SOFI dapat dimiliki oleh mereka yang berusia 30 hari-55 tahun. Dengan premi yang terjangkau dan pembayaran premi hanya selama 10 tahun, nasabah bisa mendapatkan perlindungan selama 25 tahun. UP yang akan didapat bisa mencapai Rp3 miliar.
Selain itu terdapat manfaat pengembalian premi hingga 150% bila tidak ada klaim atas penyakit kritis selama masa perlindungan. Jika pasien dirawat di ruang rawat intensif lebih dari 8 hari, tersedia manfaat rawat inap berupa 20% UP (sampai maksimal Rp250 juta). Ada juga manfaat meninggal dunia karena sebab apapun hingga 150% UP.
Selain itu, nasabah akan mendapatkan fasilitas asuransi gratis bagi buah hati berusia kurang dari 18 tahun berupa 20% UP (sampai maksimal Rp200 juta) untuk risiko penyakit kritis NCD dan kegagalan sistem/fungsi organ serta manfaat 4% UP (sampai maksimal Rp40 juta) jika harus dirawat inap jangka panjang di ruang perawatan intensif untuk rawat inap lebih dari 8 hari.
Nasabah juga dapat menambahkan rider sesuai kebutuhan, yaitu:
SOFI – Parent Protector, perlindungan untuk orang tua dari Tertanggung berupa UP hingga Rp200 juta dan pengembalian premi yang sudah dibayarkan jika terkena alzheimer, demensia, kanker, parkinson, dan kegagalan sistem pernafasan tahap akhir.
“Terdapat juga manfaat pengembalian total premi asuransi tambahan yang telah dibayarkan jika orang tua Tertanggung meninggal dunia dan jika tidak ada klaim selama masa pertanggungan,” rinci Franky sambil melanjutkan.
SOFI – Additional NCD Protector, manfaat pembebasan premi untuk perlindungan penyakit kritis NCD dan 100% pengembalian UP jika didiagnosis mengalami jenis penyakit kritis NCD kedua.
SOFI – Comprehensive Protector, manfaat jika didiagnosis penyakit kanker tahap awal berupa 20% UP (sampai maksimal Rp500 juta) dan pembebasan premi selama 12 bulan. Terdapat juga manfaat 50% UP (sampai dengan Rp1 miliar) jika didiagnosis mengalami kegagalan pada salah satu sistem/fungsi organ di tahap menengah dan pembebasan premi selama 12 bulan.
Waspada Penyakit Demensia
Demensia umumnya terjadi pada lansia yang berusia di atas 65 tahun. Adanya faktor risiko lainnya seperti hipertensi, diabetes, riwayat cedera kepala, obesitas, hiperkolesterol juga dapat menjadi faktor pemicu lansia mengalami Demensia Alzheimer.
Fakta ini mendorong Sequis memberikan edukasi melalui webinar Life Talk with Sequis Alzheimer & Dementia for Elderly, Jumat (18/2/2022) untuk berbagi pengetahuan tentang tindakan preventif, pengobatan penyakit Demensia Alzheimer, dan cara membangun pola hidup berkualitas bagi ODD & caregiver dengan menggandeng Alzheimers Indonesia (ALZI) dengan pembicara dokter Spesialis Saraf & Champion ALZI, dr. Sheila Agustini, Sp.S.
“Gejala awal dari Demensia Alzheimer adalah kepikunan, lupa meletakan barang pribadinya, mengalami perubahan emosi dan perilaku yang cukup signifikan, dan ada juga sampai lupa arah jalan pulang ke tempat tinggalnya,” ujar dr Sheila saat menjadi pembicara webinar itu.
Jika mendapati sejumlah gejala tersebut, sebaiknya dilakukan pemeriksaan skrining Demensia, yaitu MMSE (Mini Mental State Examination). Ini adalah pemeriksaan fungsi kognitif sebagai deteksi dini untuk mengetahui apakah sudah terjadi penurunan fungsi kognitif atau Demensia.
Bagi mereka yang sehat akan memberikan hasil normal sedangkan pada ODD akan terdeteksi penurunan skor. Mengingat biaya perawatan yang tidak sedikit dan tahapan pengobatannya cukup kompleks, kita bisa melakukan tindakan preventif dengan menjalankan pola hidup sehat termasuk mengonsumsi diet nutrisi seimbang, menghindari rokok dan alkohol, istirahat cukup, rutin berolahraga serta kelola stres.
Menurut dr. Sheila, Demensia Alzheimer berpotensi terjadi lebih cepat jika gaya hidup tidak sehat dan tidak diperbaiki. Ia menyarankan melakukan cek kesehatan berkala agar jika terdapat penyebab faktor penyakit degeneratif, dapat ditangani lebih dini sebelum menjadi pencetus penyakit kronis.
dr.Sheila menjelaskan bahwa ODD akan diberikan obat untuk penanganan farmakologi. Namun, pengobatan ini hanya untuk memperlambat penurunan fungsi otak saja, belum bisa untuk menyembuhkan. Jenis tata laksana lainnya adalah non-farmakologi (psikologis dan sosial).
Yaitu serangkaian terapi guna memberikan dukungan sosial serta aktivitas bermakna agar ODD tetap dapat menstimulasi otak serta meningkatkan kualitas hidupnya. Salah satunya bergabung dengan Komunitas ALZI untuk mendapatkan informasi dan dukungan komunitas bagi ODD dan keluarga.
Sheila juga menyinggung peranan keluarga untuk mendeteksi dini Demensia Alzheimer. “Perlu kepekaan untuk merasakan perubahan dalam penurunan daya ingat pada anggota keluarga,” tutur dr Sheila lagi.
Jika ada pengidap Demensia Alzheimer dalam keluarga maka anggota keluarga lain harus menjadi support system untuk menjaga kualitas hidup ODD. Salah satunya dengan mengetahui lebih detail mengenai Demensia Alzheimer agar dapat mendampingi ODD dengan tetap memperhatikan kondisi kesehatan fisik dan mental dirinya sendiri. (smr)