Situasi Manuver Politik Jelang Pilpres 2024

Acara perpisahan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang bertepatan hari terakhir di Balai Kota Jakarta dihadiri ratusan ribu massa warga Jakarta. Foto: internet

By Jay SM *

semarak.co-Owi, Jokowi sudah 2 periode, secara undang-undang tak mungkin maju untuk 3 periode (seperti xi jin ping di China). Bagaimana dengan keamanan dirinya, keluarganya, anak mantu beserta kolega koleganya agar aman pasca selesai tugas di tahun 2024?

Bacaan Lainnya

Inilah pointnya penyelamatan diri pasca pensiun dari jabatan presiden. Dibuatlah skenario strategi secara bertahap, Owi punya dua senjata pamungkas Kejaksaan dan KPK. Kedua senjata itulah yang digunakan untuk menghabisi lawan atau membuat lawan tunduk. Dan peluru informasi pasti banyak disuplai inteligen BIN yang di nakhodai BG kesayangan Mpok Banteng.

Kita coba telaah fenomena yang terjadi:

  1. Selain secara dejure kemenangan Owi didukung PDIP, tetapi secara defacto relawan Jokowilah yang punya massa besar. PDIP sendiri seperti enggan terima relawan Jokowi yang nonpartai. Itu dipahami Owi, maka perlu dicari boneka baru untuk penerus raja cebong. Dari sekian pilihan jatuh ke Ganjar Pranowo.

PDIP boleh marah, tapi Owi sudah pegang kartu trup sehingga baik Ganjar maupun Mak Banteng bakal nurut. Nah bila sudah dipilih penerusnya, maka relawan Jokowi diarahkan mendukung Ganjar, gimana urusan PDIP? Gampang sudah ada trupnya di Owi.

  1. Stage awal lewat bantuan parpol rezim (PDIP, Golkar, dll), dibuat aturan PT 20%. Ini untuk mengkerdilkan PKS dan Demokrat yang selama ini gak mau diatur rezim. Sebenarnya partai dengan jumlah kursi kecil bisa merger semisal PKS, Demokrat, PPP dan PAN, bentuk poros baru.

Tapi hal ini sudah digembosi Owi dengan ditariknya petinggi PPP dan PAN masuk kabinet, sehingga PAN dan PPP sudah dipegang. Tinggalah Demokrat dan PKS yang lumpuh hadapi syarat PT 20 %. Owi …tersenyum lebar.

III. Langkah Owi berikutnya yang punya BIN dengan nakhodanya BG yang sohibnya PDIP mempunyai data inteligen sebagai peluru amunisi informasi. Maka dimulailah pelemahan tokoh-tokoh pesaing melalui aksi KPK dan Kejaksaan. Beberapa fenomena bisa kita cermati:

  1. Anies kasus Formula E
  2. Prabowo kasus Komcad
  3. Muhaimin kasus kardus duren
  4. Airlangga Hartarto kasus impor garam dan WIL (wanita idaman lain).
  5. Demokrat pernah di uji oleh aksi kudeta partai oleh Muldoko tapi gagal (disini terlihat AHY itu petarung)
  6. PPP dan PAN dikunci via jabatan menteri.
  7. PDIP dikunci dengan kasus Harun Masiku, Kasus Ganjar e-KTP, kasus madam bansos. Jadi semua partai sudah disekap, mau nurut syukur, ga nurut kasusnya dibuka via KPK atau kejaksaan. Nah saat itulah OWI tersenyum lebar. Skenario berjalan mulus…!

Bak halilintar di siang hari, Owi kaget tak menyangka Partai NasDem proklamirkan diri mendukung Anies calon presiden (capres) di Pemiu 2024! Dampaknya Demokrat dan PKS yang sudah lesu jadi semangat lagi untuk hadapi PT 20%. Jadi aksi NasDem diluar perhitungan kubu Istana.

Itu bisa menjadi koalisi kuat antara NasDem, Demokrat, dan PKS. Itulah sebabnya Owi saat acara Golkar menyindir NasDem dengan bilang Golkar jangan buru-buru pilih capres… (hahaha ya iya Owi udah siapkan Ganjar, Airlangga jangan macem-macem mau jadi capres bila gak mau kasus di buka. Airlangga diam, lesu).

Kembali ke kubu Capres Anies Baswedan. Sayangnya gerak cepat NasDem terhalang gaya lamban PKS dalam menentukan sikap, alasan tunggu keputusan elite. Padahal elitenya lagi nego ingin mahar kursi calon wakil presiden (Cawapres). Ini sangat kontraproduktif bila ego kekuasaan jabatan elite partai masih dominan.

PKS ngotot ajukan Aher, tapi sebenarnya Aher itu type administratur, bukan type petarung. 2 periode jadi Gubernur Jawa Barat (Jabar) berjalan mulus karena warga Jabar umumnya baik lemah lembut. Tapi ini Indonesia yang beragam karakter daerahnya.

Selain itu Aher hanya dikenal di level regional Jabar dan simpatisan PKS, tapi diluar Jabar banyak yang tak mengenal Aher. Demokrat juga ngotot ajukan AHY sebagai Cawapres. AHY sendiri walau muda, dia relative lebih dikenal secara nasional dibanding Aher.

Anies dari Kuningan Jabar, besar sekolah di Jogyakarta. Semetara AHY asal Jatim (kel SBY) dan ada trah Sarwo Edi almarhun yang anti PKI ini merupakan dua kekuatan muda yang saling melengkapi, yaitu Anies Diplomatis AHY petarung. Bila Anies-Aher, maka dua-duanya diplomatis. Akan lemah saat ada serangan vulgar.

Selain itu Aher pun ada kendala kasus gagalnya bandara Kerta Jati maupun Meikarta. Jadi tanpa mengurangi rasa hormat pada semua pihak, bila ingin perubahan dan Anies jadi Presiden RI, maka sebaiknya pasangan Anies – AHY. PKS sebaiknya legowo mendukung Anies AHY untuk kepentingan Negara dan Bangsa.

Semua terpulang pada elite-elite parpol, tapi walau dulu saya tak suka NasDem, tapi sekarang saya hormat dan salut pada Surya Paloh dan NasDem yang berani jujur dan lugas mendukung Anies tanpa syarat apapun! Rakyat mendukung untuk perubahan negeri yang lebih baik.

Salam Jay SM REAKSI ITB Bandung.

Semoga masukan ini bisa dipahami oleh sobat-sobat perjuangan, situasinya tidak semudah di permukaan, banyak intrik intrik yang dijalankan lawan untuk menjegal Anies. Saatnya kita bersatu dan berkolaborasi untuk INDONESIA SEJAHTERA dan BERDAULAT…💪🇮🇩🐘🙏

*) penulis Reaksi ITB

 

sumber: 🇮🇩 2# AMPERA~IND.PUSAT 🇮🇩 (postRabu9/11/2022/endoneshia)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *