PT Bukit Asam (PTBA) membentuk perusahaan patungan atau joint venure hasil kolaborasi dengan PT Pertamina dan Air Products and Chemicals Inc, untuk memproduksi dimethyl ether (DME), salah satu sumber bahan bakar alternatif pengganti LPG.
Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Chairman, President & CEO Air Products and Chemicals Inc. Seifi Ghasemi bertanda tangan disaksikan Menteri BUMN Rini Soemarno, di Jakarta, Rabu, (16/1).
Panandatanganan mengenai Pokok-Pokok Perjanjian Pembentukan Perusahaan Patungan Hilirisasi Mulut Tambang Batubara PTBA Peranap Riau.Ini mempakan kelanjutan dari Nota Kesepahaman kerjasama hilirisasi batubara menjadi dimethylether (DME) yang dilakukan oleh ketiga perusahaan ini, 7 November 2018 lalu di Allentowm, Amerika Serikat.
Melalui perjanjian ini, PTBA, Pertamina dan Air Products bersepakat untuk mendirikan perusahaan patungan yang bergerak di bidang bisnis pengolahan batubara dan produk turunan batubara. Sebelum pembentukan perusahaan, PTBA, Pertamina dan Air Products akan melakuka studi kelayakan bisnis dan komersial terlebih dahulu.
Melalui teknologi gasifikasi, batubara akan diubah menjadi syngas yang kemudian akan diproses kembali menjadi produk akhir (jadi). Rencananya, pabrik hilirisasi batubara ini akan dibangun di Peranap, Riau.
Nantinya, PTBA akan menyuplai batubara dari area tambang Peranap ke perusahaan patungan untuk diolah menjadi produk akhir yang akan dibeli oleh Pertamina. Sementam itu, optimasi desain teknologi pengolahan akan dilakukan oleh Air Products and Chemicals Inc.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyambut baik kerja sama ini dan mengharapkan agar realisasi berdirinya hilirisasi batubara ini segera terwujud. Menurutnya, Indonesia harus tetap mengembangkan industri hilirisasi batubara bukan hanya dalam rangka mengurangi impor tapi juga dalam rangka mengembangkan ekspor.
“Hilirisasi juga penting dalam upaya mengurangi polusi dari batubara dengan memproduksi clean energy berupa Syngas yang akan jadi hulu dari berbagai produk seperti DME bahkan sampai solar dan avtur,” ujar Rini.
DirektuI Utama PTBA Arviyan Arifin mengungkapkan adanya hilirisasi batubara ini dapat menghasilkan DME untuk pengganti bahan baku LPG yang sebagian besar masih diimport, sehingga dengan adanya hilirisasi batubara ini secara langsung dapat menghemat devisi negara.
“Hilirisasi yang dilakukan PTBA ini diperkuat dengan total sumber daya batubara sebesar 8,3 miliar ton dan total cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton,” tegasnya.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menegaskan, kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional, melalui pemanfaatan DME.
“Sekitar 73 persen LPG masih diimpor, tahun 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7,11 juta ton LPG. Pabrik gasiflkasi batubara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional karena kami rencanakan DME akan mengurangi sebagian besar kebutuhan LPG impor sebagai bahan bakar rumah tangga,” ujar Nicke.
Chairman, President & CEO Air Products Seifi Ghasemi berkomitmen bahwa sebagai pemilik teknologi gasifikasi batubara akan sungguh-sungguh berinvestasi di Indonesia dan menjadi bagian penting dari berdirinya industri dengan teknologi upstream yang menghasilkan syngas dan kemudian diolah melalui teknologi downstream menjadi DME.
Rencananya, usaha gasifikasi batubara ini akan berlokasi di Mulut Tambang Batubara Peranap, Riau, dan memiliki kapasitas produksi 1,4 Juta Ton DME per-tahun dengan kebutuhan batubara sebesar 9,2 Juta ton per-tahun-nya.
Pengembangan usaha PTBA dan Pertamina untuk lokasi Tambang PTBA di Peranap, Riau ini pun dinilai menjadi langkah besar pengembangan hilirisasi batubara dalam negeri. Selain proyek ini, PTBA juga telah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan Pertamina, Pupuk Indonesia dan Chandra Asri pada Desember 2017 lalu untuk hilirisasi batubara menjadi Urea, DME dan Polypropylene di Tambang Batubara di Tanjung Enim. (ita)