Oleh Prof Eggi Sudjana, SH, M.Si *)
semarak.co-Terus terang, saya termasuk yang sangat kecewa kepada Anies Baswedan, baik saat membawa perkara ke MK hingga pasca pengumuman keputusan MK. Sejak dizalimi dengan cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres sampai dengan lolosnya cawapres Ilegal Gibran Rakabuming, saya dan para pendukung Anies sudah meminta Anies untuk melawan.
Bahkan, Rekan Aziz Yanuar mengusulkan ide perlawanan dengan Anies Baswedan menyatakan mundur dari Pencapresan. Ide Aziz Yanuar ini cukup argumentatif. Sebab, sudah dipastikan Anies akan kalah saat bertarung dengan Paslon yang didukung penuh Presiden Jokowi.
Tapi Anies diam dan akhirnya benar-benar dikalahkan dalam Pilpres karena intervensi Bansos Jokowi dan kontrol ketat ASN, APH, TNI, POLRI, GUBERNUR, BUPATI, WALIKOTA, CAMAT, LURAH dan para kepala desa nya.
Setelah Anies kalah pun, Anies diminta jangan membawa perkara ke MK, yang ujungnya hanya akan melegitimasi kecurangan. Para pendukung dan relawan meminta Anies mengumumkan sikap tidak menerima hasil Pilpres dan menyatakan tidak terikat dan tidak bertanggungjawab dengan hasil Pilpres 2024.
Nyatanya, Anies ngotot maju via MK lewat Tim Hukum Nasional. Putusan MK juga akhirnya mengalahkan Anies. Bukti yang kesekian kalinya, membawa perkara ke MK hanya melegitimasi kecurangan.
Setelah kalah di MK, banyak pihak meminta Anies untuk menyatakan perlawanan terhadap kemenangan Pilpres curang. Setidaknya, dengan segera mengumumkan sikap oposisi terhadap kemenangan Prabowo Gibran.
Tapi, alih-alih menyatakan oposisi, Anies malah ikut hadir dalam prosesi penetapan kemenangan curang di KPU. Setelah penetapan KPU, dalam wawancara media Anies bersedia dan terbuka untuk berdiskusi dengan Prabowo.
Bahkan, tak tegas menolak bergabung di Pemerintahan Prabowo Gibran, dengan dalih belum ada tawaran untuk bergabung, agak beda dengan Ganjar P. Lalu, Anies berusaha membangun narasi bahwa sikap bungkamnya adalah prestasi.
Dalam sebuah diskusi podcast, Anies mengaku tidak mau lagi mengangkat jenazah gara-gara Pilpres. Anies lalu mengungkit Pilpres 2019, dimana dia bertemu dengan ibu dan ayah korban Pilpres, yang tidak pernah membayangkan mereka akan menguburkan anaknya karena konflik Pilpres.
Menurut Anies, ada ratusan orang yang cidera, yang didatanginya di rumah sakit-rumah sakit karena konflik Pilpres. Anies mengaku tak mau datang lagi untuk mengangkat jenazah karena konflik Pilpres. Ada beberapa kesalahan serius argumentasi yang disampaikan Anies dalam masalah ini, di antaranya:
Pertama, Anies mengasumsikan semua perlawanan atas kecurangan Pilpres berujung kematian di kuburan, atau setidaknya menimbulkan korban luka yang dirawat dirumah sakit. Padahal, pendukung tidak menginginkan hal itu, pendukung dan relawan hanya ingin Anies tegas melawan kecurangan meski sudah diputus MK, dengan menyatakan oposisi terbuka kepada Prabowo Gibran.
Statemen Anies ini penting, agar tidak ada kesan Anies permisif dan melegitimasi kecurangan dengan sikap diamnya. Kedua, Anies telah mengubur kejujuran ,kebenaran, keadilan , bukan hanya mengubur kisah pilu korban Pilpres 2019.
Jika benar apa yang dikatakan Anies, bahwa Anies mengetahui banyak korban di Rumah Sakit dan sampai ke kuburan karena konflik Pilpres, kenapa Anies saat itu kok diam? Tidak melaporkan kepada aparat penegak hukum, atau menyampaikannya pada masyarakat lewat keterangan Persnya bahwa ada kejahatan Pilpres dan warganya di DKI menjadi korban?
Bahwa ada dalil yang mendiamkan kejahatan adalah lebih jahat dari yang berlaku jahat. Kenapa Anies hanya fokus mengurusi korban kejahatan, tetapi bungkam terhadap perilaku kejahatannya? Juga kenapa, Anies baru mengungkap kejahatan Pilpres 2019 saat ini, setelah dia dicurangi dalam Pilpres 2024, kalah dan memilih bungkam lagi?
Sikap Anies yang bungkam tidak bisa dianggap prestasi. Masalah korban Pilpres tidak bisa dijadikan argumentasi bungkam. Semua itu hanya apologi dan lari dari tanggungjawab sekaligus saya khawatir itu mahar politik sebagai dasar Anies untuk merapat ke kekuasaan Prabowo Gibran? Juga bagaimana Anies Baswedan pertanggung jawaban Akhirat nya di hadapan ALLAAH SUBHANNAHU WA TA ALA???
Begitu pula Parpol pendukung Anies, baik NasDem, PKB maupun PKS yang akan merapat ke kubu Prabowo Gibran. Dengan dalih apapun, Parpol yang dulu mengatakan Pilpres curang, setelah kalah merapat pada pemenang yang diperoleh dengan curang, adalah parpol yang tidak punya Integritas dan patut di pertanyakan commitment Demokrasinya???
Ada yang menyampaikan argumentasi kepada saya, dengan dalih mengambil ibrah kisah Nabi Musa dan Nabi khidir. Saat itu, Nabi Khidir mengambil tindakan yang tak masuk akal (seperti membunuh anak kecil, membocorkan kapal) yang semula ditentang oleh Musa.
Pada akhirnya, Musa menyadari hikmah dibalik tindakan Nabi Khidir. Berdalih kisah itu, partai pengusung Anies meminta pendukung dan relawan memaklumi langkah Parpol merapat ke kubu Prabowo dengan dalih, tindakan itu seperti tindakan Nabi Khidir yang tak dipahami Musa.
Jadi, saat ini pendukung dan relawan tidak akan bisa menjangkau hikmah dibalik rencana parpol merapat ke kubu Prabowo Gibran yang dugaan kuat nya akan menguat komunisme kedepan nya padahal belum tentu karena Prabowo masih lebih condong ke USA.
Saya katakan kepada kalian, parpol yang berusaha mencari dalih untuk merapat dengan kekuasaan curang, beberapa argumentasi sebagai berikut:
Pertama, kami umat Muhammad SAW yang terikat dengan syariat Islam Nabi Muhammad Saw, bukan umat Musa AS dan tak terikat dengan syariat Musa AS. Kami iman kepada Nabi Musa, tapi tidak terikat dengan syariat Musa AS, sebagai Referensi.
Dalam syariat Muhammad Saw, curang itu haram bahkan bisa CELAKA [QS. 83 ayat 1, 2 dan 3]. Merapat dan berbagi kekuasaan dengan pemimpin curang juga haram. Kalian parpol, jangan mencari dalih dari kisah Musa dan Khidir untuk menghalalkan tindakan kalian yang haram, yang akan berkoalisi dengan rezim curang.
Kedua, kalian para Parpol bukan Nabi Khidir yang diberi Wahyu, sehingga bisa berbuat sekehendak hati kalian. Kalian adalah kumpulan manusia biasa, yang terbiasa dan tidak luput berbuat dosa.
Jadi, darimana dasarnya kami diminta memberikan permakluman bahkan pembenaran pada tindakan kalian yang mau merapat pada kekuasaan curang? Kalian merapat, jauh lebih pengkhianat daripada kekuasaan curang yang kalian dukung.
Kepada para pendukung dan relawan, kepada umat Islam, saya tegaskan jika perjuangan perubahan kalian karena Anies, maka perjuangan itu sudah selesai dan kalah. Bahkan, bukan hanya dicurangi, kita juga dikhianati.
Tapi jika perjuangan perubahan itu untuk Islam, maka tak peduli dengan sikap Anies, tak peduli dengan sikap Parpol, kita akan terus berjuang, hingga terjadi perubahan yakni ditegakannya syariat Islam menggantikan hukum sekuler di negeri ini. Karena semangat Islam itulah, kita komitmen dan tak akan pernah menyatakan lelah untuk terus berjuang.
Lagi pula dalil Hukum Positifnya yaitu Pancasila dan UUD 45, mulai dari Mukadimah nya Alinea ke 3, BERKAT RAHMAT ALLAAH, dinyatakan kemerdekaan Bangsa Indonesia, Sila Pertama dari Pancasila, Ketuhanan yang maha Esa dan pasal 29 ayat 1 dari UU 45 bahwa NKRI berdasar Ketuhanan yang Maha Esa.
Kita semua sadar Tuhan YME adalah ALLAAH, dan DIA punya Hukum namanya Hukum Islam, Harusnya Hukum Islam itulah yang di berlakukan di Indonesia, oleh Presiden dan persetujuan DPR RI [Pasal 5 ( 1 ) Jo Pasal 20 dan 21 dari UUD 45] yang amat jelas menjadi dasar hukum berlakunya Hukum ALLAAH SUBHANNAHU WA TA ALA.
Yaitu Hukum Islam di Indonesia, akan tetapi sudah lebih 78 Tahun Indonesia Merdeka bentar lagi 79 Tahun, nyata nya Hukum Pidana, Tata Negara dan Hubungan Internasional dari ketentuan Ajaran Islam belum berlaku.
Bahwa Tadi nya Saya berharap Anies Baswedan jadi Presiden RI karena untuk itu peluang berlakunya Hukum Islam sangat mungkin tapi kini faktanya Anies tidak jadi RI 1 nya, maka ALLAAH punya Rencana yang lain, seperti ketentuan NYA dalam Surat Ali Imran Ayat 26:
قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَآءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَآءُ ۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَآءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 26).
Surat Ali Imran ayat 26 tersebut selalu Saya ucapkan kepada Saudaraku Anies Baswedan seiman, se Islam dan seindonesia bila setiap jumpa dengannya, dan Anies selalu jawab dengan singkat Amin. Salam Optimis, BES.
*) Ketua Umum TPUA
sumber: WAGRoup JUR-DIL “AMIN” (postSelasa14/5/2024/eggisudjanatpua)