Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Publisistik Thawalib Jakarta menggelar Studium General di Hotel Cordela, kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Sabtu (23/9/2023). Sebelumnya digelar lebih dulu Orientasi mahasiswa mahasiswi baru STAI Publisistik Thawalib di Lantai 2 dan 4 kampus itu.
semarak.co-Ketua STAI Publisistik Thawalib Jakarta Syamsuddin Kastur mengatakan, salah satu rangkaian kewajiban sebagai mahasiswa baru adalah orientasi pengenalan kampus alias ospek. Para pendiri dan alumni STAI Publisistik Thawalib sejak dari Padang Panjang Sumatera Barat terus ke Jakarta memberikan amanahnya.
“Dulu yang meresmikan Publisistik Thawalib Jakarta adalah Pak Wakil Presiden Adam Malik. Kemudian ada dosennya Datuk Jamal Jamil, Prof. Ibrahim Omar Bakri, dan pendiri lainnya memberi kami Amanah untuk meneruskan Publisistik Thawalib dengan pendidikan berorientasi dakwah,” ujar Syamsuddin dalam sambutannya.
Berat sebenarnya mengemban amanah ini, lanjut Syamduddin, maka pihaknya berharap mahasiswa bisa sampai lulus sehingga di masa-masa mendatang akan menerima amanah juga. “Ada alumni kita, Juandi yang kuliah dari Bogor. Setiap kuliah jalan kaki dari stasiun ke kampus. Karena dulu belum ada ojek,” terangnya.
Tapi Juandi sekarang, lanjut dia, telah menjadi pengusaha yang sukses dengan memiliki sejumlah perusahaan. Semoga, harap Syamsuddin, perkuliahan tahun-tahun ke depan terus akan lebih. “Pasca pandemi Covid-19, baru bisa banyak berkreasi,” ujarnya.
Sebelumnya, kata dia, ibaratnya malu-malu dalam pelaksanaan proses ajar mengajar. “Soalnya waktu kami menggelar ujian skripsi saja, tak lama didatangi petugas Covid-19. Alhamdulillah, pandemi telah berakhir. Jadi terbuka lebar buat kami atau kampus untuk berkreasi,” paparnya.
Menyitir soal kegiatan Studium General, Syamsuddin sengaja mengundang Guru Besar Prodi Gizi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Prof Rita Ismawati untuk mengisi kuliah umum Studium General dengan tema: Menjadi Da’ipreneur dan Teacherpreneur di Era Society 5.0 dan Ketua STAI Ibnu Sina Batam H Muhammad Juni Beddu.
“Kami mengundang dari STAI Ibnu Sina Batam karena adanya kerja sama Tridharma dalam rangka meningkatkan grade kampus STAI Publisistik Thawalib. Thawalib mencoba sedemikian rupa untuk menggalang kebaikan bersama mahasiswa,” ujarnya.
Syamsuddin berpesan bahwa masa kuliah 4 tahun sampai wisuda tidak lama. “Jadi di semester 8 sudah tidak ada kuliah. Karena semester itu menyusun sampai ujian skripsi. Jadi jangan membayangkan 4 tahunnya. Makanya selama belajar perkuat jaringan. Karena jaringan itu bagian dari komunikasi kita untuk kebaikan bersama,” imbuhnya.
Kegiatan orientasi mahasiswa baru dan Studium General akan setiap tahun dilaksanakan. Ini untuk mahasiswa bisa menyambung dengan dunia artifisial intelegen (AI) ke depannya. AI ini akan menggusur pekerjaan bagi mereka yang belajar sifatnya dogmatis.
“Makanya supaya mahasiswa bisa bersaing harus kreatif dan inovatif. Jaringan masyarakat desa dalam pengabdiannya yang merupakan bagian dari Tridharma seiring pilihan kampus menjadikan alumni Daiprenuer dan Teacherpreneur. Apalagi banyak alumni sukses menjadi entrepreneur,” ujarnya.
Ketua Yayasan Thawalib Deddy Oktarinto mengatakan, Thawalib di Jakarta didirikan para alumni Padang Panjang, Bukit Tinggi, Padang Kota, dan lainnya tahun 1982. Awalnya lembaga kursus dakwah, lalu dinaikkan status menjadi STAI hingga sekarang.
“Jadi kalau tidak ada roh Thawalib tidak mungkin bertahan. Makanya, bersyukurlah kalian masuk Thawalib,” ujar Deddy dalam sambutan sekaligus membuka acara Studium General.
Dalam visi misi STAI Thawalib Publisistik Jakarta ada 5 hubul yang jadi pemikiran dalam mengurus kampus. Salah satunya hubul kemandirian yang menciptakan mahasiswa menjadi daipreneur dan teacherpreneur.
“Tolong jangan sampai tidak selesai kuliahnya. Manfaatkan perkuliahan apapun metodenya. Itu sebabnya kegiatan ini diambil untuk membuka wawasan dalam mencapai entrepreneurship,” tutup Deddy dengan pantun sebagaimana waktu membuka sambutan pakai pantun juga.
Dalam kegiatan Studium General Syamsuddin mengingatkan, ketika kuliah tidak usah berpikir berapa Indeks Prestasi Kuliah (IPK). Harus diingat visinya harus besar ke depan. Karena semua manusia berhak untuk dapat kesempatan.
“Perkembangan dunia luar biasa. Kalau mahasiswa ditanya mau jadi apa setelah lulus, paling lazim jawabnya mengajar atau guru. Kemudian untuk apa jadi guru, jawabannya supaya bisa transfer ilmu pengetahuan. Tapi zaman sekarang, apa yakin anda lebih pinter dari google. Apalagi sekarang masuk era Artifisial Inteligen atau AI,” sindirnya.
Ada penelitian menunjukkan profesi yang tidak bisa tergantikan adalah hubungan antarmanusia. “Ketika anda jadi guru seperti robot, maka anda tidak diperlukan lagi. Guru itu mengajar transfer knowledge,” paparnya.
Dalam surat al Kahfi ayat 82, kutip Syamsuddin, ternyata mengajar transfer ilmu adalah bentuk kesolehan. “Allah turun langsung melalui nabi untuk menyelamatkan harta anak yatim. Kok Allah sampe turun tangan langsung, karena orgtuanya soleh,” terang Syamsuddin.
Jadi jangan mengandalkan ilmu, lanjut dia, tapi andalkan kesolehan dulu sebagai hakikat manusia. Kesolehan sebagai mahasiswa akan soleh dimanapun berada. “Ada seorang guru cakap di sekolah, tapi tidak soleh. Akhirnya transfer ilmunya seperti sia-sia,” ulasnya.
Di bagian lain Syamsuddin mengatakan, dalam lawatan ke STAI Ibnu Sina Batam dan Singapura telah melakukan kerja sama. Thawalib menjadi satu-satunya yang langsung mengimplementasi Tridharma dengan bukti realisasi di STAI Ibnu Sina Batam.
Selanjutnya Prof Rita Ismawati memberi kuliah umum dengan tema Menumbuhkan Kemandirian Meraih Peluang Menjadi Enterpreneur di Era Society 5.0. Dalam paparannya Prof Rita mengulas dari visi Thawalib ke depan yang berbunyi Menjadi Pusat Pendidikan dan Dakwah yang Mandiri Berkualitas dan Islami pada 2028.
“Dari visi Thawalib ini, saya menemukan nilai plus. yaitu ada nilai jariah atau ada akhiratnya. Adapun yang mandiri, yaitu bagaimana bisa kompeten. Kalau sudah kompeten tentu menjadi mandiri yang berkualitas bahkan dalam segala hal. Baik dalam agama maupun umum,” imbuh Prof Rita yang pengusaha catering Rumah Kelor, Morinaga Food Center, dll.
Sedangkan bagian Islami, lanjut Prof Rita, bahwa mahasiswa Thawalib adalah mahasiswa mandiri berkualitas yang Islami yang targetnya sampe 2028. “Jadi memang visi itu harus punya target untuk mengetahui capaian itu sampai kapan didapat. Akhirnya visi ini memberi khas bahwa inilah dai dan guru alumni Thawalib,” ujarnya. (smr)