Setelah diceritakan calon presiden (capres) Anies Baswedan, kisah Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro viral lagi. Diceritakan bahwa Anies menerima Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro ini ketika ia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di periode pertama Presiden Joko Widodo (Jokowi) tahun 2015.
semarak.co-Sebelumnya, Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro ini disimpan oleh salah satu keluarga keturunan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jean Chretien Baud (1833-1834).
Selanjutnya, saat pembukaan pameran seni rupa Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia Kawasan Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (5/2/2015), capres Anies menerima pengembalian Tongkat Pusaka Kanjeng Kiai Tjokro atau Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro.
Diketahui, Anies Baswedan menjabat sebagai Mendikbud pada 27 Oktober 2014 dan berakhir pada 27 Juli 2016. Saat itu, Anies mengaku baru bertugas menjadi Mendikbud. Namun, penyerahan barang tersebut harus dijaga kerahasiaannya mulai dari tempat, waktu, dan lainnya mengingat barang tersebut begitu berharga.
Terlebih, banyak orang yang mencoba memburu barang tak ternilai harganya itu. Setelah menerima perwakilan kedutaan Belanda, Anies pun kemudian melaporkannya kepada Presiden Jokowi. Anies saat itu melaporkan kepada Presiden Jokowi akan pengembalian tongkat Cakra Pangeran Diponegoro.
Kemudian barulah diatur proses penyerahannya hingga akhirnya penyerahan dilakukan dalam acara pameran seni rupa Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia Jakarta, Kamis (5/2/2015).
“Cavernya itu. Supaya ada event. Kemudian Cakra tadi di bawa Tang (perwakilan pihak Belanda), kita tidak tahu,” terang Anies Baswedan dilansir tribunkaltim.co melalui laman berita msn.com, Jumat (23/6/2023).
“Pemerintah Belanda juga tidak memberitahu kepada kita, penerbangan jam berapa? Kapan? Siapa pun tidak ada yang tahu,” demikian Anies seperti dikutip TribunKaltim.co dari Tribunnews.com di artikel berjudul Viral Setelah Anies Cerita, Ini Kisah Tongkat Pangeran Diponegoro dan Maknanya Menurut Mitologi Jawa.
Menurut Anies Baswedan, awalnya Presiden Jokowi akan hadir dalam acara penyerahan tongkat Cakra Pangeran Diponegoro tersebut di galeri nasional. Namun, satu atau dua hari sebelum penyerahan, Presiden Jokowi ternyata ada acara ke Filipina.
Akhirnya acara yang semula harusnya dihadiri presiden, kemudian diwakilkan kepada Mendikbud yang saat itu dijabat Anies. “Jadi saya mewakili presiden menerima Cakra, artinya seizin presiden,” kata Anies yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan gabungan Partai NasDem, Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Anies menegaskan tidak ada istilah menelikung Presiden di balik penyerahan Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro. “Saya mewakili di situ. Dan ini biasa, ketika presiden tidak hadir menteri yang relevan hadir di situ,” ujarnya.
Menyikapi viralnya cerita Anies Baswedan tersebut, Anggota Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Sudirman Said mengatakan Anies Baswedan menerima tongkat Pangeran Diponegoro karena mewakili Presiden Jokowi yang sedang ke luar kota.
“Pak Anies sudah menjelaskan bahwa itu sebetulnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pasti ngurusin yang begitu dan rupanya ketika sudah diagendakan (Pengembalian dari Belanda) tiba-tiba Pak Presiden harus berangkat tugas ke luar,” kata Sudirman Said, Rabu (21/6/2023).
Sudirman Said melanjutkan otomatis yang mewakili negara yakni menterinya. “Otomatis yang mewakili negara kan menterinya. Kemudian terkait keyakinan bahwa orang yang menerima Cakra Pangeran Diponegoro akan menjadi pemimpin, ya, harus kita amini,” cetusSudirman.
“Jadi nggak ada. Bahwa ada orang yang percaya mungkin teman-teman yang kental budaya Jawa (Menerima tongkat akan jadi pemimpin), itu ya kita amini saja. Tapi saya kira ketika itu berlangsung lebih kepada tugas kenegaraan saja,” ujarnya.
Kisah Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro
Ahli sejarah Diponegoro asal Inggris, Peter Carey pada acara pameran seni rupa Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia Jakarta, Kamis (5/2/2015) silam mengungkap bila penyerahan tongkat Pangeran Diponegoro tersebut memang dirahasiakan.
“Penyerahan tongkat itu ke Indonesia dirahasiakan sesuai permintaan keluarga yang menyimpan pusaka tongkat Diponegoro tersebut di Belanda,” kata Peter Carey dilansir dari Kompas.com.
Menurut Peter Carey, tongkat tersebut diperoleh Pangeran Diponegoro dari warga pada sekitar tahun 1815. Tongkat itu lantas digunakan semasa menjalani ziarah di daerah Jawa selatan, terutama di Yogyakarta. Itu terjadi sebelum Diponegoro mengobarkan perang terhadap Hindia Belanda pada 1825-1830.
Selama 181 tahun tongkat tersebut sebelumnya disimpan salah satu keluarga keturunan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jean Chretien Baud (1833-1834). Kemudian Michiel Baud mewakili keluarga besar keturunan JC Baud menyerahkan pusaka tongkat ziarah Diponegoro kepada pemerintah Indonesia.
JC Baud menerima tongkat ziarah Diponegoro, yang juga disebut tongkat Kanjeng Kiai Tjokro, dari Pangeran Adipati Notoprojo. Notoprojo adalah cucu komandan perempuan pasukan Diponegoro, Nyi Ageng Serang. Notoprojo dikenal sebagai sekutu politik bagi Hindia Belanda.
Ia pula yang membujuk salah satu panglima pasukan Diponegoro, Ali Basah Sentot Prawirodirjo, untuk menyerahkan diri kepada pasukan Hindia Belanda pada 16 Oktober 1829. Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro dipersembahkan Notoprojo kepada JC Baud saat inspeksi pertama di Jawa Tengah pada musim kemarau tahun 1834.
Kemungkinan Notoprojo berusaha mengambil hati penguasa kolonial Hindia Belanda. Sejak 1834, Baud dan keturunannya di Belanda merawat tongkat ziarah Diponegoro itu hingga akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada Kamis (5/2/2015).
Berdasarkan penelusuran Peter Carey, Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro menjadi artefak spiritual sangat penting bagi Diponegoro, terutama dari simbol cakra di ujung atas tongkat sepanjang 153 sentimeter itu.
Berdasarkan mitologi Jawa, cakra sering digambarkan digenggam Dewa Wisnu pada inkarnasinya yang ketujuh sebagai penguasa dunia. “esuai mitologi Jawa, tongkat tersebut dikaitkan dengan kedatangan Sang Ratu Adil atau Erucakra,” kata Peter.
Diponegoro kemudian menganggap perjuangannya sebagai perang suci untuk mengembalikan tatanan moral ilahi demi terjaminnya kesejahteraan rakyat Jawa. Perang juga dianggap sebagai pemulihan keseimbangan masyarakat. “Panji pertempuran Diponegoro menggunakan simbol cakra dengan panah yang menyilang,” kata Peter.
Adapun Asal usul Anies Baswedan menerima tongkat Cakra Pangeran Diponegoro kembali viral, ahli ungkap sejarah tongkat tersebut. Cerita Anies Baswedan saat menerima tongkat Cakra Pangeran Diponegoro kembali dibahas. Anies Baswedan menerima tongkat bersejarah ini saat ia menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Ahli sejarah pun mengungkap sejarah tongkat tersebut. Asal usul Anies Baswedan menerima Tongkat Pusaka Kanjeng Kiai Tjokro atau Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro saat ia menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menjadi pembicaraan hangat di media sosial.
Hal itu terjadi setelah Anies Baswedan menceritakan bagaimana dirinya bisa menerima Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro dalam acara di sebuah stasiun televisi swasta baru-baru ini. Menurut penelusuran Tribunnews.com, penyerahan Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro dilakukan pada saat pembukaan pameran seni rupa Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia Jakarta, Kamis malam (5/2/2015).
Anies sendiri diketahui dilantik menjadi mendikbud pada 27 Oktober 2014 dan berakhir pada 27 Juli 2016. Menurut cerita Anies, penyerahan tongkat Cakra Pangeran Diponegoro berawal saat dirinya menerima kedatangan kedutaan Belanda dan menyampaikan bahwa tongkat Cakra Pangeran Diponegoro akan dikembalikan kepada Indonesia.
Anies mengaku saat itu dirinya baru bertugas menjadi Mendikbud. Namun, penyerahan barang tersebut harus dijaga kerahasiaannya mulai dari tempat, waktu, dan lainnya mengingat barang tersebut begitu berharga. Terlebih, banyak orang yang mencoba memburu barang tak ternilai harganya itu.
Setelah menerima perwakilan kedutaan Belanda, Anies pun kemudian melaporkannya kepada Presiden Jokowi. Anies saat itu melaporkan kepada Presiden Jokowi akan pengembalian tongkat Cakra Pangeran Diponegoro.
Kemudian barulah diatur proses penyerahannya hingga akhirnya penyerahan dilakukan dalam acara pameran seni rupa Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia Jakarta, Kamis (5/2/2015).
“Cavernya itu. Supaya ada event. Kemudian Cakra tadi di bawa Tang (perwakilan pihak Belanda), kita tidak tahu. Pemerintah Belanda (juga) tidak memberitahu kepada kita, penerbangan jam berapa? Kapan? Siapa pun tidak ada yang tahu,” kata Anies dalam tayangan yang ditonton Tribunnews.com, Rabu (21/6/2023).
Menurut Anies Baswedan, awalnya Presiden Jokowi akan hadir dalam acara penyerahan tongkat Cakra Pangeran Diponegoro tersebut di galeri nasional. Namun, satu atau dua hari sebelum penyerahan, Presiden Jokowi ternyata ada acara ke Filipina.
Akhirnya acara yang semula harusnya dihadiri presiden, kemudian diwakilkan kepada Mendikbud yang saat itu dijabat Anies. “Jadi saya mewakili presiden menerima Cakra, Artinya seizin presiden,” kata Anies.
Anies menegaskan tidak ada istilah menelikung Presiden di balik penyerahan Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro. “Saya mewakili di situ. Dan ini biasa, ketika presiden tidak hadir menteri yang relevan hadir di situ,” ujarnya.
Menyikapi viralnya cerita Anies Baswedan tersebut, Anggota Tim 8 Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Sudirman Said mengatakan Anies Baswedan menerima tongkat Pangeran Diponegoro karena mewakili Presiden Jokowi yang sedang ke luar kota.
“Pak Anies sudah menjelaskan bahwa itu sebetulnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Pasti ngurusin yang begitu dan rupanya ketika sudah diagendakan (Pengembalian dari Belanda) tiba-tiba Pak Presiden harus berangkat tugas ke luar,” kata Sudirman Said, Rabu (21/6/2023).
Sudirman Said melanjutkan otomatis yang mewakili negara yakni menterinya. “Otomatis yang mewakili negara kan menterinya,” jelasnya. Kemudian terkait keyakinan bahwa orang yang menerima Cakra Pangeran Diponegoro akan menjadi pemimpin, Sudirman Said mengamini hal itu.
“Jadi nggak ada. Bahwa ada orang yang percaya mungkin teman-teman yang kental budaya Jawa (Menerima tongkat akan jadi pemimpin), itu ya kita amini saja. Tapi saya kira ketika itu berlangsung lebih kepada tugas kenegaraan saja,” ujarnya.
Kisah Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro
Ahli sejarah Diponegoro asal Inggris, Peter Carey pada acara pameran seni rupa Aku Diponegoro di Galeri Nasional Indonesia Jakarta, Kamis (5/2/2015) silam mengungkap bila penyerahan tongkat Pangeran Diponegoro tersebut memang dirahasiakan.
“Penyerahan (tongkat itu ke Indonesia) dirahasiakan sesuai permintaan keluarga yang menyimpan pusaka tongkat Diponegoro tersebut di Belanda,” kata Peter Carey dilansir dari Kompas.com dilansir tribunkaltim.co, Kamis, 11 November 2021 18:14.
Menurut Peter Carey, tongkat tersebut diperoleh Pangeran Diponegoro dari warga pada sekitar tahun 1815.
Tongkat itu lantas digunakan semasa menjalani ziarah di daerah Jawa selatan, terutama di Yogyakarta. Itu terjadi sebelum Diponegoro mengobarkan perang terhadap Hindia Belanda pada 1825-1830.
Selama 181 tahun tongkat tersebut sebelumnya disimpan salah satu keluarga keturunan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jean Chretien Baud (1833-1834). Kemudian Michiel Baud mewakili keluarga besar keturunan JC Baud menyerahkan pusaka tongkat ziarah Diponegoro kepada pemerintah Indonesia.
JC Baud menerima tongkat ziarah Diponegoro, yang juga disebut tongkat Kanjeng Kiai Tjokro, dari Pangeran Adipati Notoprojo. Notoprojo adalah cucu komandan perempuan pasukan Diponegoro, Nyi Ageng Serang. Notoprojo dikenal sebagai sekutu politik bagi Hindia Belanda.
Ia pula yang membujuk salah satu panglima pasukan Diponegoro, Ali Basah Sentot Prawirodirjo, untuk menyerahkan diri kepada pasukan Hindia Belanda pada 16 Oktober 1829. Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro dipersembahkan Notoprojo kepada JC Baud saat inspeksi pertama di Jawa Tengah pada musim kemarau tahun 1834.
Kemungkinan Notoprojo berusaha mengambil hati penguasa kolonial Hindia Belanda. Sejak 1834, Baud dan keturunannya di Belanda merawat tongkat ziarah Diponegoro itu hingga akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada Kamis (5/2/2015).
Berdasarkan penelusuran Peter Carey, Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro menjadi artefak spiritual sangat penting bagi Diponegoro, terutama dari simbol cakra di ujung atas tongkat sepanjang 153 sentimeter itu.
Berdasarkan mitologi Jawa, cakra sering digambarkan digenggam Dewa Wisnu pada inkarnasinya yang ketujuh sebagai penguasa dunia. ”Sesuai mitologi Jawa, tongkat tersebut dikaitkan dengan kedatangan Sang Ratu Adil atau Erucakra,” kata Peter.
Diponegoro kemudian menganggap perjuangannya sebagai perang suci untuk mengembalikan tatanan moral ilahi demi terjaminnya kesejahteraan rakyat Jawa. Perang juga dianggap sebagai pemulihan keseimbangan masyarakat. “Panji pertempuran Diponegoro menggunakan simbol cakra dengan panah yang menyilang,” kata Peter.
Kunci jawaban tema 5 kelas 4 halaman 47, 48, 49 dan 50 Buku Tematik. Salah satu pertanyaan di antaranya tentang perjuangan Pangeran Diponegoro. Sebelum melihat kunci jawaban Buku Tematik, siswa dapat terlebih dahulu memahami soal kemudian menjawabnya sendiri.
Kunci jawaban pada artikel ini digunakan sebagai panduan dan pembanding oleh orang tua untuk mengoreksi pekerjaan anak. Simak kunci jawaban Buku Tematik Kelas 4 SD Tema 5 Subtema 1 Pembelajaran 6 di halaman 47, 48, 49 dan 50.
Sebelum melihat kunci jawaban, siswa dapat terlebih dahulu memahami soal, kemudian menjawabnya sendiri. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 edisi revisi 2017 Kelas 4 SD Tema 5 memiliki judul Pahlawanku.
Sementara, Subtema 1 Buku Tematik berjudul Perjuangan Para Pahlawan. Seperti dilansir dari Tribunnews.com dalam artikel berjudul Kunci Jawaban Tema 5 Kelas 4 SD Halaman 47 48 49 50 Buku Tematik Subtema 1 Pembelajaran 6, berikut ini kunci jawabannya:
Kunci jawaban Tema 5 kelas 4 SD Subtema 1 Pembelajaran 6
Pangeran Diponegoro. Perang Diponegoro terjadi pada tahun 1825-1830. Perang Diponegoro merupakan salah satu perang terbesar yang pernah dialami oleh Belanda selama masa pendudukannya di Nusantara.
Peperangan ini terjadi secara menyeluruh di wilayah Jawa sehingga disebut Perang Jawa. Kunci Jawaban Halaman 47. Tulislah pertanyaan sebanyak mungkin tentang perjuangan Pangeran Diponegoro. Jawaban:
- Siapakah nama asli Pangeran Diponegoro?
- Dimana tempat dan tanggal lahir Pangeran Diponegoro?
- Bagaimana awal mula terjadinya Perang Diponegoro?
- Berapa lama Perang Diponegoro berlangsung?
- Kapan Pangeran Diponegoro wafat dan dimanakah makam beliau?
Kunci Jawaban Halaman 48. Berdasarkan informasi yang kamu peroleh, buatlah peta pikiran mengenai Pangeran Diponegoro! Jawaban:
– Nama tokoh: Pangeran Diponegoro
– Perjuangan yang dilakukan: Perang melawan penjajah
– Perilaku yang pantas ditiru: Berani dan pantang menyerah
Daerah asal: Jogjakarta
Kunci Jawaban Halaman 49 – 50. Salah satu upaya yang dilakukan Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya adalah menyatukan seluruh rakyat pribumi dalam semangat “Sadumuk bathuk, sanyari bumi ditohi tekan pati“; sejari kepala, sejengkal tanah, dibela sampai mati.
Usaha ini berhasil karena Pangeran Diponegoro melakukannya disertai dengan memelopori, mencontohkan, dan memberikan komando yang jelas kepada semua rakyat, khususnya di Pulau Jawa. Apa yang dapat kamu teladani dari perjuangan Pangeran Diponegoro? Jelaskan jawabanmu.
Jawaban: Semangat berjuang, berani dan pantang menyerah. Apakah semangat Pangeran Diponegoro menyatukan rakyat yang berbeda-beda dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari? Berikan contoh.
Jawaban: Ya, semangat Pangeran Diponegoro menyatukan rakyat yang berbeda-beda dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya adalah dalam memimpin warga yang berasal dari berbagai macam suku dan agama.
Apakah kamu pernah bekerja sama dengan teman yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan? Tulis pengalaman bekerja sama yang pernah kamu lakukan. Jawablah sesuai dengan pengalaman masing-masing siswa. (net/msn/tbc/smr)