Dikutip dari artikel I’anatut Thalibin 1/253
semarak.co-قوله: ويسن الضحى) بضم الضاد والمد أو القصر، أي الصلاة المفعولية في الضحى. وهو اسم لاول النهار، فسميت الصلاة باسم وقت فعلها. قال القطب الغوث الحبيب عبد الله الحداد في النصائح: ومن السنة المحافظة على صلاة الضحى، وأقلها ركعتان، وأكثرها ثمان ركعات. وقيل: اثنتا عشرة. وفضلها كبير، ووقتها الافضل أن تصلى عند مضي قريب من ربع النهار.
Shalat Dhuha adalah shalat yang dilakukan pada waktu dhuha, dhuha sendiri adalah nama untuk awal hari. Shalat diberi nama mengikuti waktu mengerjakannya. Al-Qutbul Ghaust Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata dalam kitab Nasha’ih “termasuk sunah adalah menjaga melakukan shalat Dhuha”.
Shalat Dhuha paling sedikit berjumlah dua rakaat dan paling banyak delapan rakaat, tetapi ada juga pendapat yang mengatakan 12 rakaat. Keutamaannya sangat besar. Waktunya yang paling utama adalah ketika shalat di saat sampainya seperempat waktu siang.
Di antara keutamaan shalat Dhuha adalah:
قال عليه السلام: يصبح على كل سلامى من أحدكم صدقة، وكل تسبيحة صدقة، وكل تحميدة صدقة، وكل تهليلة صدقة، وكل تكبيرة صدقة، وأمر بالمعروف صدقة، ونهي عن المنكر صدقة. يجزئ من ذلك ركعتان يركعهما من الضحى.
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua raka’at.”
وقال عليه السلام: من حافظ على شفعة الضحى غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر.
“Siapa yang membiasakan (menjaga) dua rakaat shalat dhuha, dosanya akan diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
والشفعة هي الركعتان، والسلامى هو المفصل، وفي كل إنسان ثلاثمائة وستون مفصلا بعدد أيام السنة. وتسمى صلاة الضحى. اه.
Makna الشفعة dalam hadist adalah dua rakaat, sedang makna السلامى dalam hadist di atas adalah persendian. Di setiap orang ada 360 persendian sama dengan jumlah hari dalam setahun. Dalil sunnahnya shalat Dhuḥa, adalah firman Allah:
إِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهُ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِشْرَاقِ
“Sungguh kami telah menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Nabi Daud) pada waktu petang dan pagi.” (QS Shad: 18)
Syeh Abu Bakar Syatha memberi penafsiran sebagai berikut;
بالعشي، أي وقت صلاة العشاء. والاشراق وقت الصلاة الضحى، وهو أن تطلع الشمس ويتناهى ضوؤها.
Yang dimaksud “bil asiyi” dalam ayat tersebut adalah waktu sholat Isya, sedangkan yang dimaksud “al-Isyraq” adalah waktu shalat Dhuha, yaitu saat terbitnya matahari sampai terang sinarnya.
Dan itu di perjelas oleh Ibnu Abbas: قال ابن عباس: صلاة الاشراق صلاة الضحى
Gunung-gunung bertasbih di waktu sore dan isyraq. Ibnu ‘Abbas mengatakan: Shalat Isyraq adalah shalat Dhuḥa. Inilah pendapat yang “mu’tamad” karena ada juga ulama yang mengatakan bahwa shalat Isyraq bukanlah shalat Dhuha.
(قوله: روى الشيخان إلخ) مؤيد لما مر آنفا من أن ما ساقه أولا رواية بالمعنى. وروى الطبراني عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن في الجنة بابا يقال له الضحى، فإذا كان يوم القيامة نادى مناد: أين الذين كانوا يديمون على صلاة الضحى ؟ هذا بابكم فادخلوه برحمة الله.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di dalam surga terdapat sebuah pintu bernama pintu Dhuha. Apabila Kiamat telah tiba maka akan ada suara yang berseru, ‘Di manakah orang-orang yang semasa hidup di dunia selalu mengerjakan shalat Dhuha? Ini adalah pintu buat kalian. Masuklah dengan rahmat Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR. At-Thabrani).
وروى الديلمي عن عبد الله بن جراد: المنافق لا يصلي صلاة الضحى، ولا يقرأ قل يا أيها الكافرون. اه إرشاد العباد للمؤلف.
“Orang munafiq tidak akan pernah melakukan shalat Dhuha, dan takan pernah membaca surat “Al-Kafirun”.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: “أوصاني خليلي صلى الله عليه وسلم بثلاث: صيام ثلاثة أيام من كل شهر، وركعتي الضحى، وأن أوتر قبل أن أنام” متفق عليه
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu anhu beliau berkata: Kekasihku shallallahu alaihi wa sallam berwasiat tentang tiga hal: Berpuasa tiga hari dari setiap satu bulan, melaksanakan dua shalat dua raka‘at dhuha dan shalat witir sebelum aku tertidur.
Mengomentari hadist ini Syeh Abu Bakar Syata mengutip dari Imam Assanwani berkata: wasiat ini tidaklah di tentukan hanya untuk sahabat Abu Hurairah saja, wasiat serupa juga diberikan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada tiga orang yaitu: Abu Dzar seperti diceritakan dalam hadist riwayat Annasa’i, Abu Darda’ seperti dalam hadist riwayat Muslim.
Ada pendapat yang mengatakan pengkhususan tiga orang dari tiga wasiat itu karena keberadaan mereka adalah orang faqir yang tak punya harta, maka Nabi berwasiat kepada mereka sesuai kondisinya itu yaitu agar berpuasa dan melakukan shalat karena keduanya adalah paling mulianya ibadah badan.
sumber: WAGroup MD.Rogo Sukmo P.Kyai San3 (post Kamis 29/7/2021/nurkolis)