Sesudah 25 Tahun Wafat, Aisyah: Ya Rasulullah, Kok Seakan-akan di Dunia ini Nggak Ada Wanita Selain Khadijah

Ilustrasi untuk sosok Nabi Muhammad SAW. Foto: internet

Repost FB Ngopidiyah

Semarak.co-Setelah Khadijah wafat, Rasulullah ﷺ diusia ke 50 tahun tidak pernah benar-benar melepaskan kenangan tentang dia. Meski benar benar sudah 25 tahun lamanya mereka berpisah. Setiap kali ada hadiah datang ke rumah, Nabi langsung kepikiran:

Bacaan Lainnya

“Ini… kasih ke temannya Khadijah aja.”

Bayangin. Sudah bertahun-tahun berlalu, Khadijah sudah nggak ada, tapi Rasulullah tetap ngirimin hadiah ke orang-orang yang dulu dekat sama Khadijah. Bukan sekali dua kali. Ini rutin. Sampai-sampai Aisyah terlampau cemburu hingga menegur:

“Ya Rasulullah, kok seakan-akan di dunia ini nggak ada wanita selain Khadijah?”

Dan Nabi ﷺ, diam sejenak. Menarik nafas dalam-dalam dan menyahutnya:

“Dia beriman kepadaku ketika tidak ada satu pun yang beriman. Dia membenarkanku ketika manusia mendustakanku. Dia mendukungku dengan hartanya saat manusia menahannya. Dan Allah mengaruniakan anak-anak kepadaku darinya, bukan dari yang lain.”

Dibalik kata-kata itu, ada luka, ada kenangan, ada rasa terima kasih yang tidak bisa dihapus waktu. Perasaan yang tidak dipahami oleh Aisyah. Khadijah adalah wanita pertama yang menerima Rasulullah. Tidak memandang ekonomi maupun kasta.

Khadijah bukan sekadar istri. Ia adalah tempat Rasulullah ﷺ berpulang, setiap kali dunia mencerca. Ia adalah pelindung ketika kerasnya dakwah membuat langkah terasa berat.

Ketika wahyu pertama turun membuat tubuh Rasulullah ﷺ gemetar ketakutan, Khadijahlah yang memeluk beliau, menenangkan, menguatkan, berkata dengan penuh keyakinan:

“Tidak! Engkau tidak akan dihina Allah.”

Khadijah, bangsawan Quraisy. Wanita paling kaya di Mekah. Pengusaha sukses yang sejak muda membangun kejayaan dengan tangannya sendiri. Tapi demi Allah dan RasulNya, semua itu dia lepaskan. Harta yang dikumpulkan seumur hidup, dihabiskan untuk dakwah.

Untuk memberi makan orang-orang yang diusir, melindungi mereka yang disiksa. Usaha yang dulu membanggakan, hancur seketika karena boikot kejam dari kaumnya sendiri. Bersama Nabi ﷺ, Khadijah bertahan dalam kelaparan. Tiga tahun di lembah sunyi. Makan daun, menahan lapar, berpeluk dalam dingin dan kesakitan.

Tak ada keluhan. Tak ada air mata yang menuntut dunia kembali. Sampai tubuh Khadijah melemah, dan di atas pangkuan Nabi, dia menghembuskan nafas terakhir. Khadijah meninggal ketika Rasulullah baru bangkit, saat itu Islam kondisinya sedang susah, terlunta-lunta, terusir dan teraniaya.

Khadijah meninggal belum memetik dari buah kesuksesan dakwah. Sedangkan pernikahan Nabi dengan Aisyah, sebaliknya Islam dimasa jaya, Nabi Muhammad sudah sukses menaklukan seluruh jazirah Arab, harta ghanimah sangat melimpah, bahkan Kaum Quraisy yang dulunya menindasnya kini harus bertekuk lutut kepada Islam.

Meski beda usia. Selama Nabi menikah dengan Khadijah, Nabi tidak pernah berpoligami dengan wanita lain. Meski poligami saat itu hal yang sangat lumrah. Selama seperempat abad, nabi hanya bersama dengan satu wanita hingga wafat.

Hidup dalam suka dan duka Dari itu cinta Rasulullah sangat abadi. Sampai bertahun-tahun kemudian, Nabi Muhammad ﷺ masih mengirim hadiah untuk sahabat-sahabat lamanya. Masih menyebut namanya dengan air mata yang jatuh diam-diam.

Membuat Aisyah RA cemburu: “Seakan dunia ini tidak ada wanita lain selain Khadijah.”

Karena memang, untuk Nabi Muhammad ﷺ, tak ada yang pernah bisa menggantikan Khadijah. MaashaAllah.

 

Sumber: WAGroup Baperan Firman (postMinggu27/4/2025/bobobrata)

Pos terkait