Sempat Diwarnai Pemblokiran, MPLS Ramah di SMAN 3, SMAN 6 dan SMAN 8 Tangsel Berjalan Normal

Meski sempat diwarnai insiden pemblokiran akses jalan menuju sekolah, MPLS di sejumlah SMAN di Tangsel berjalan normal dan kondusif.

Meski sempat diwarnai insiden pemblokiran akses jalan menuju sekolah, Masa Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan (MPLS) Ramah di SMAN 3, SMAN 6 dan SMAN 8 Tangerang Selatan (Tangsel) berjalan normal dan kondusif.

Semarak.co – Staf Khusus Menteri Bidang Manajemen dan Kelembagaan Kemendikdasmen Didik Suhardi menyatakan, Kemendikdasmen tegaskan komitmen untuk menjamin terpenuhinya hak anak memperoleh akses pendidikan secara inklusif.

Bacaan Lainnya

“Pendidikan tidak boleh menjadi korban dalam konflik administratif atau sosial. Sekolah adalah ruang aman bagi anak-anak, dan harus dijaga bersama,” tuturnya, dirilis humas usai acara melalui WAGroup Mitra BKHumas Fortadik, Selasa sore (15/7/2025).

Didik Suhardi juga menyampaikan apresiasi atas komitmen SMAN 3, SMAN 6 dan SMAN 8 Tangsel serta masyarakat sekitar dalam menjaga pelaksanaan pendidikan tetap berjalan dengan baik.  Menurutnya, ini bukti bahwa pendidikan tidak boleh berhenti karena tantangan teknis.

Kepala Seksi SMA Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Kota Tangsel, Niken Indah, mengatakan bahwa kondisi MPLS Ramah pada hari kedua berjalan aman di masing-masing sekolah.

“Seluruh pemangku kepentingan juga sudah berdiskusi dan melakukan koordinasi terhadap aspirasi yang disampaikan oleh warga sekitar sekolah. Sehingga MPLS Ramah di beberapa sekolah tersebut di wilayah Tangsel telah berlangsung semakin kondusif dan terkendali,” jelas Niken.

Kepala SMAN 3 Tangsel Aan Sri Analiah juga mengungkapkan jika pelaksanaan MPLS Ramah dilakukan selama 5 hari di sekolah tersebut. Walaupun pada hari pertama masuk sekolah ada sedikit kendala, namun di hari ini (hari kedua) sudah berjalan lancar seperti biasa.

MPLS Ramah di Karawang

Wamendikdasmen Atip Latipulhayat meninjau pelaksanaan MPLS Ramah di Sekolah Islam Terpadu (SIT) Lampu Iman Karawang. Dia menegaskan bahwa MPLS bukan sekadar kegiatan rutin tahunan, melainkan momentum penting untuk membentuk karakter siswa sejak dini.

“Tagline kita adalah ‘MPLS Ramah’. Tidak boleh ada unsur intimidasi, apalagi perploncoan. Semua aktivitas harus mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan oleh Kemendikdasmen,” ujarnya di Karawang, Senin (14/7).

Ia juga mengapresiasi kontribusi satuan pendidikan swasta seperti SIT Lampu Iman yang dinilai mampu mengintegrasikan pendekatan keislaman dan teknologi secara harmonis. Pemerintah tengah menyiapkan formulasi agar bantuan pendidikan dapat menjangkau lebih merata sekolah-sekolah swasta non-pungutan di seluruh Indonesia.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Karawang Wawan Setiawan, menyampaikan bahwa pihaknya telah membentuk tim pemantau MPLS lintas jenjang sejak hari pertama sekolah.

“Kami membentuk tim pengawasan melalui surat keputusan yang melibatkan pengawas, penilik, dan unsur struktural Disdikpora. Mereka tersebar di berbagai titik sekolah dari SD, SMP hingga MTs. Hingga saat ini, pelaksanaan MPLS berlangsung tertib dan lancar,” ungkapnya.

MPLS Ramah di Karawang telah diselaraskan dengan surat edaran dari Gubernur Jawa Barat, termasuk pengaturan jam masuk mulai pukul 06.30 WIB dan skema pembelajaran lima hari sekolah. Hari Sabtu dan Minggu dioptimalkan untuk pengembangan guru dan waktu kebersamaan keluarga bagi siswa.

Untuk mencegah praktik perploncoan, Disdikpora Karawang juga memberikan arahan tegas bahwa panitia MPLS harus berasal dari kalangan guru, bukan dari siswa senior atau OSIS.

“Kami menegaskan bahwa panitia MPLS adalah para guru. Ini bentuk upaya konkret kami untuk memastikan kegiatan berjalan aman, kondusif, dan tanpa intervensi senioritas yang berpotensi memunculkan praktik intimidasi,” tegasnya.

Dalam menjaga mutu pendidikan secara menyeluruh, Dinas Pendidikan Karawang juga terus membangun sinergi antara sekolah negeri dan swasta. Para pengawas dan penilik rutin silaturahmi dan pemantauan berkala, termasuk terhadap satuan pendidikan nonformal seperti PAUD dan TK.

MPLS Ramah Jadi Gerbang Awal Pendidikan Bermakna di Sumbawa

MPLS Ramah di Kabupaten Sumbawa menjadi gambaran nyata pendidikan yang mengedepankan pendekatan yang ramah anak, inklusif, dan membangun karakter. Mendikdasmen Abdul Mu’ti, meninjau langsung MPLS di SDN 16 Sumbawa, SLBN 1 Sumbawa, dan SMPN 1 Sumbawa.

“Kita berusaha menjadikan sekolah sebagai rumah kita—sebagai tempat di mana kita tidak hanya menuntut ilmu, tetapi juga membangun karakter dan membentuk kepribadian utama anak-anak kita”, ujar Mu’ti.

Di SDN 16 Sumbawa, MPLS Ramah dimulai dengan upacara bendera. Kepala Sekolah SDN 16 Sumbawa, menjelaskan bahwa sekolah menerapkan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, termasuk membawa bekal sehat dari rumah, serta mendorong komunikasi dan kolaborasi melalui permainan.

“Melalui MPLS Ramah ini, kami berharap siswa bisa lebih mandiri, mengenal lingkungan sekolah dengan gembira, membangun hubungan positif, dan belajar mengelola emosinya”, ujar Hatifah.

Bagi orang tua, momen ini menjadi pengalaman yang menyentuh. Fatmawati, salah satu orang tua siswa kelas 1 SD, menyampaikan kebahagiaannya karena dapat mendampingi anaknya di hari pertama sekolah.

SLBN 1 Sumbawa memperlihatkan wajah pendidikan yang inklusif. Anak-anak berkebutuhan khusus disambut dengan hangat oleh pihak sekolah. Kenzie, siswa baru yang berusia 14 tahun dengan kondisi ADHD, tampak antusias mengikuti kegiatan MPLS Ramah.

Ia mulai berkenalan dengan teman-teman dan merasa diterima oleh lingkungan sekolah. “Aku senang datang ke sekolah dan punya teman baru”, ucapnya sambil tersenyum.

Puspita Dewi, ibu dari Kenzie, terharu menyaksikan semangat anaknya di hari pertama sekolah. Ia setuju bahwa kehadiran orang tua sangat penting, khususnya bagi anak-anak yang memerlukan pendampingan lebih.

“Saya sangat mendukung imbauan Pak Menteri. Dengan saya hadir, saya bisa membantu Kenzie mengenali ruang kelas, toilet, kantin, dan lain-lain. Saya juga berharap para guru lebih sabar dan kegiatan di sekolah makin menyenangkan”, katanya.

Di SMPN 1 Sumbawa, semangat MPLS Ramah dirasakan sejak pagi hari. Kegiatan penyambutan siswa baru dirancang menyenangkan, interaktif, dan melibatkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), guru, dan orang tua secara aktif.

Wina Novita Dekantari, orang tua siswa baru, merasa bangga anaknya diterima di sekolah tersebut. Ia berharap anaknya bisa berkembang baik secara akademik maupun karakter.

Sementara itu, Yasser, siswa kelas 7, menyebut bahwa hari pertamanya sangat berkesan. “Senang sekali bisa bertemu Pak Menteri. Aku juga sudah punya teman baru dan ingin jadi siswa yang maju”, ujarnya penuh semangat.

Rita Ariani, Guru Bahasa Indonesia di SMPN 1 Sumbawa, menjelaskan bahwa sekolah merancang MPLS Ramah secara serius dan kreatif. Kegiatan didesain tidak monoton, dan para guru didorong untuk fokus pada interaksi langsung dengan siswa.

“Para guru berdiskusi agar kegiatan pengenalan lingkungan sekolah tidak hanya berupa ceramah seperti tahun-tahun lalu, namun berorientasi pada pengenalan siswa. Harapan kami, MPLS Ramah ini bisa terus berlanjut setiap tahun ajaran baru”, kata Rita. (hms/smr)

Pos terkait