Seminar Transfortasi, AP II Ungkap 5 Tantangan Sektor Penerbangan Nasional di Masa Datang

President Director AP II Muhammad Awaluddin (di podium) saat memberi paparan dalam Seminar Nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045 di Universitas Negeri Surabaya (UNS) yang diselenggarakan FSTPT, Sabtu (24/6/2023). Foto: humas AP II

Pelaku transportasi nasional pada Sabtu, 24 Juni 2023, berkumpul membahas tantangan-tantangan yang dihadapi sektor transportasi nasional dalam Seminar Nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045 di Universitas Negeri Surabaya (UNS).

semarak.co-Seminar itu diselenggarakan Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) dengan mengundang 8 narasumber yang merupakan stakeholder di bidang transportasi. Antara lain Staf Khusus Menteri Perhubungan Abdulhamid Dipopramono, Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Rizal Wasal.

Bacaan Lainnya

Lalu President Director PT Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin, Direktur Utama DAMRI Setia N. Milatia Moemin, Ketua Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia Sutopo Kristanto, Direktur Operasional Jasa Raharja Dewi Aryani Suzana dan Direktur Human Capital PT Hutama Karya Muhammad Fauzan.

Di dalam seminar nasional tersebut, PT Angkasa Pura (AP) II selaku pengelola 20 bandara termasuk yang terbesar dan tersibuk di Indonesia, yakni Bandara Soekarno-Hatta mengungkapkan pelaku industri penerbangan global merumuskan adanya 5 tantangan yang dihadapi sektor penerbangan dunia termasuk di Indonesia pada masa mendatang.

President Director AP II Muhammad Awaluddin menuturkan adanya 5 tantangan sektor penerbangan nasional di masa mendatang. Pertama adalah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat. Di Indonesia, jumlah penumpang pesawat diyakini terus tumbuh.

Data IATA (International Air Transport Association) menyebutkan pada 2018 Indonesia merupakan pasar penerbangan terbesar ke-10 di dunia, lalu pada 2028 naik menjadi terbesar ke-5 di dunia, dan pada 2038 kembali naik menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penumpang pesawat mencapai 451 juta penumpang.

“Ekosistem sektor transportasi udara harus benar-benar siap, terkait pola distribusi, suplai, angkutan kargo, hingga kaitannya dengan pariwisata,” ujar Awaluddin dirilis humas usai seminar melalui email semarak.redaksi@gmail.com, Minggu (25/6/2023).

Tantangan kedua, lanjut Awaluddin, adalah pengembangan teknologi untuk digunakan baik di bandara maupun di pesawat. “Pengembangan bandara dengan konsep smart airport tentunya tidak bisa dihindari, dan ini sudah dilakukan AP II sejak 2016. Pengembangan teknologi yang diharapkan ke depannya juga terkait operasional pesawat, yakni penggunaan pesawat listrik (electric) dan hybrid,” jelas Awaluddin.

Kemudian tantangan ketiga terkait dengan peningkatan aspek operasional dan infratruktur guna berdampak pada peningkatan kapasitas bandara dan load factor di setiap penerbangan, termasuk juga peningkatan pelayanan dan operasional.

Adapun tantangan keempat dan kelima terkait dengan lingkungan, yakni penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan terkait dengan emisi karbon. Sektor penerbangan nasional harus memperhatikan keberlanjutan.

Bandara AP II sendiri, masih kata Awaluddin, sudah mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) di sejumlah bandara. Pada 2021-2028, di 20 bandara AP II akan dioperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 26 megawatt peak (MWp).

Awaluddin optimistis sektor penerbangan nasional mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut. “Tantangan yang ada dapat kita hadapi dengan pengembangan ekosistem penerbangan yang terdiri Air Transport, Travel dan Tourism. Pengembangan ekosistem penerbangan ini dapat dilakukan dengan konsep Indonesia Aviaconomics,” ujarnya.

Di dalam konsep Indonesia Aviaconomics, kata dia, suatu bandara memiliki ekosistem yang memberikan dampak ekonomi secara luas dengan membuka ribuan bahkan puluhan ribu lapangan pekerjaan, serta memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi. Pembahasan yang dilakukan para pelaku stakeholder transportasi di seminar nasional ini agar dapat ditindaklanjuti dengan karya-karya akademisi.

Di tempat sama, Ketua Dewan Pembina FSTPT yang juga Guru Besar Transportasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Agus Taufik Mulyono sebagai moderator seminar nasional tersebut menyampaikan hasil dari diskusi para stakeholder transportasi nasional pada hari ini akan membuka wawasan untuk pengembangan riset transportasi yang aplikatif dan dapat dimanfaatkan. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *