Selamat Tinggal Ahok, Selamat Jalan… Xie Xie

Gubernur DKI Jakarta Ahok melambaikan tangan pamitan. dok semarak.co

Sejak Hasil Survei, Harusnya Sudahlah Legowo

Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta telah menetapkan Pasangan Calon (paslon) nomor 3 Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan-Sandiaga Salahudin Uno sebagai Gubernur DKI terpilih yang memenangi Pemilihan kepala daerah DKI Jakarta Tahun 2017 yang berlangsung dua putaran.

Penetapan tersebut disahkan dalam Rapat Pleno Terbuka Penetapan Paslon Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Periode Tahun 2017-2022 di kantor KPUD DKI Jalan Salemba Raya No. 15 Jakarta Pusat, Jum’at (5/5). Paslon yang diusung Partai Gerindra dan PKS kemudian Partai Amanat Nasional (PAN), Perindo di putaran kedua ini meraup 3.240.987 suara. Atau setara 57,96% pilihan rakyat wujud koreksi terhadap pasangan Basuki Tjahaja Purnama -Djarot Saiful Hidayat yang hanya mampu meraih 2.350.366 suara atau setara 42,04%.

Jika mengacu semua jajak pendapat, mulai dari survei yang independen dan kredibel, survei dari lembaga yang menjadi konsultan dan pendukung Ahok, sampai survei maju tak gentar membela yang bayar, memastikan DKI Jakarta akan punya gubernur baru. Jadi kalau kita berpegang dengan survei tersebut, maka sejak putaran kedua usai, pada Rabu (19/4), kita sudah boleh mengucapkan SELAMAT TINGGAL AHOK! Toh ketika dalam debat terakhir, Ahok juga seperti tahu diri dan telah berpamitan.

Jadi seharusnya para pendukung alias Ahoker sudah lama move on. Tidak malah terus bermanuver sebagai bentuk pelampiasan kekalahannya. Kesannya tidak mau legowo. Bergabunglah dengan cara kritis untuk membangun Jakarta sehingga sejahtera bersama dan bahagia warganya.

Mengutip hasil jajak pendapat yang dilakukan Median. Situasinya berbeda jauh dengan Pilpres di AS. Kendati digoncang unjukrasa besar-besaran melalui serial Aksi Bela Islam (ABI), namun para pendukung Ahok sangat militan dan solid. Dalam beberapa kali jajak pendapat yang dilakukan Median menunjukkan level kepercayaan diri para pemilih Ahok, terutama di kalangan komunitas etnis Cina dan nonmuslim sangat kuat.

Sikap ini berkorelasi kuat pada tingkat partisipasi mereka yang sangat tinggi dalam Pilkada. Sebelum Pilkada berlangsung ada mobilisasi mereka yang berada di luar kota, bahkan di luar negeri, kembali ke Jakarta untuk menggunakan hak pilihnya. Coba perhatikan kesibukan di bandara beberapa hari jelang Pilkada. Arus balik ke Jakarta sangat tinggi.

Fenomena ini berbeda jauh dengan Pilkada-Pilkada sebelumnya, dimana mayoritas etnis Cina cenderung menghindarinya dan mencari aman. Beberapa hari sebelum Pilkada mereka biasanya memilih pergi ke luar kota, bahkan ke luar negeri. Temuan sebaliknya terjadi pada komunitas muslim terutama yang berada pada level ekonomi rendah dan berada di pinggiran. Level kepercayaan diri mereka rendah dan masih sangat mungkin terpengaruh.

Apa saja yang bisa mempengaruhi perobahan pilihan dalam hari-hari terakhir jelang Pilkada? Setidaknya ada lima faktor, yakni isu negatif, politik uang, intimidasi, debat kandidat dan kecurangan.

Isu Negatif

Kampanye hitam (black campaign) dan kampanye negatif (negative campaign), masuk dalam kriteria ini. Keduanya harus dibedakan. Kampanye hitam adalah pembunuhan karakter, yang tidak berdasar fakta. Sementara kampanye negatif lebih pada menyebarkan dan membesar-besarkan fakta buruk yang ada pada kandidat.

Dari temuan sejumlah lembaga survei, isu negatif menempati urutan pertama. Jauh sebelum Pilkada berlangsung, banyak lembaga survei yang menyebutkan bahwa siapapun melawan Ahok, pasti kalah. Tingkat keterpilihannya di atas 50 persen. Namun ketika digempur dengan isu negatif penistaan agama, suara Ahok melorot jauh.

Hanya beberapa hari sebelum minggu tenang, Ahok kembali diguncang isu negatif soal iklan kampanyenya yang lagi-lagi dianggap menghina umat Islam. Untungnya iklan tersebut segera ditarik dari peredaran. Masih ingat dengan nasib pasangan Agus-Silvy yang sebelumnya selalui merajai survei. Pada H-1, mantan Ketua KPK Antasari Azhar yang pernah menjadi narapidana kasus pembunuhan menyerang SBY dengan tuduhan kriminalisasi. Serangan ini ibarat rudal mematikan yang menjadi senjata pamungkas untuk menghabisi elektabilitas Agus-Silvy.

Dalam beberapa pasangan Anies-Sandi diserang dengan selebaran soal adanya dukungan kaum Syiah kepada mereka. Surat dukungan itu disebar secara massif ke masyarakat dan berbagai lembaga penyiaran dan organisasi kemasyarakat Islam. Tujuannya adu domba, karena mereka tahu, bahwa mayoritas muslim di Indonesia, yang menjadi pendukung terbesar Anies-Sandi, menolak bahkan membenci Syiah. Fakta yang benar para aktivis Syiah Indonesia justru menjadi pendukung kuat Ahok-Djarot.

Belum lagi soal isu pemberlakuan syariat Islam. Yang terbaru adalah adanya penyebaran bulletin yang seolah dari kelompok Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mendukung Anis-Sandi karena akan memberlakukan syariat Islam bila terpilih. HTI sudah membantahnya dan menyatakan buletin mereka dipalsukan. Ini sebenarnya bentuk baru dari modus penyebaran spanduk Syariat Islam sebelumnya.

Politik Uang

Politik uang, atau lebih populer disebut dengan money politics menempati urutan kedua dalam mempengaruhi peralihan suara. Ini harus SANGAT DIWASPADAI.

Di Jakarta, modus politik uang jauh lebih canggih dibandingkan daerah lain. Mereka tidak lagi sekedar membagikan uang secara door to door karena rawan tertangkap, tapi modusnya menggunakan transfer melalui rekening. Bagi mereka yang belum punya rekening diminta segera membuat rekening.

Mayoritas warga Jakarta memiliki rekening bank. Kalau tidak punya, untuk membuatnya relatif mudah. Cara ini relatif sulit dibuktikan dan tidak akan dideteksi oleh lembaga semacam PPATK, karena jumlahnya recehan. Kuasa hukum pasangan Anies-Sandi sedang mempersoalkan adanya transfer uang kepada sejumlah lansia di Jakarta sebesar Rp 600 ribu/orang melalui Bank DKI Jakarta. Pembagian yang dilakukan jelang hari pencoblosan ini ditengarai sebagai politik uang dengan menggunakan APBD.

Debat Kandidat

Pada putaran kedua relatif tidak terlalu berpengaruh lagi, karena kemampuan dan kualitas kandidat cukup sepadan. Agak berbeda dengan putaran pertama, ketika Agus masih berlaga. Kekurang matangan Agus menjadi titik lemah yang terbuka ketika berlangsung debat. Seperti terekam dalam survei, soal ini sangat mempengaruhi penurunan suara Agus-Silvy.

Intimidasi

Temuan survei menyebutkan bahwa faktor ini tidak terlalu berpengaruh. Faktor masyarakat Jakarta yang lebih terdidik, terbuka terhadap informasi, membuat intimidasi tidak terlalu berpengaruh. Di daerah pedalaman dan wilayah yang pernah mengalami konflik seperti Aceh, intimidasi bisa sangat mempengaruhi pilihan.

Kecurangan

Soal ini benar-benar harus SANGAT-SANGAT DIWASPADAI. Penambahan suara pada putaran kedua dan dibolehkannya seorang pemilih dengan hanya menggunakan Surat Keterangan (Suket) walau tidak masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT) menjadi celah penggelembungan suara. Dengan pertarungan head to head yang sangat ketat, keberhasilan melakukan kecurangan melakukan mobilisasi masa yang tidak terdaftar dalam DPT akan sangat menentukan.

Kombinasi dari berbagai faktor tadi, bila bisa dimaksimalkan oleh Ahok dan para pendukungnya, maka mereka akan bisa membalikkan prediksi dari jajak pendapat. Sebaliknya bila tim Anies-Sandi bisa mengantisipasinya, mereka boleh mengucapkan SELAMAT DATANG GUBERNUR BARU! SELAMAT TINGGAL KO AHOK! SELAMAT JALAN… ZAI JIAN…..XIE XIE

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting, Saiful Mujani, menjelaskan cara membaca hasil survei. Saiful mengatakan setiap survei pasti ada error dalam hubungannya dengan populasi karena survei berbasis sampel bukan populasi. Kalau ada survei yang respond rate 100 persen, kata dia, itu sangat mungkin menyalahi SOP. Khusus untuk DKI, respond rate ini menjadi masalah serius bagi surveyor. “Besarnya error tergantung sebagian dari ukuran sampel, tapi juga bisa karena non-sampling error seperti tidak disiplin atas SOP. Tidak di-SOP-in atas SOP, misalnya penggantian responden di lapangan karena responden awal tak ditemukan atau menolak diwawancarai,” kata Saiful di Twitter.

Sehari jelang pencoblosan putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, Selasa (18/4), lembaga survei Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) kembali menggunggulkan pasangan calon (Paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahudin Uno. Dalam survei tersebut, warga DKI Jakarta menginginkan pemimpin baru.

Hal tersebut disampaikan secara langsung oleh Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID), Jajat Nurjaman berdasarkan data survei yang dilakukan pihaknya jelang berakhirnya masa kampanye putaran kedua, yakni 10 April hingga 13 April 2017. “Survei ini dilakukan dengan mewawancara tatap muka kepada 603 responden di DKI Jakarta dengan menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error tiga persen,” tutup Jajat.

Pasangan Anies-Sandi diyakini akan memenangkan Pilgub DKI Jakarta putaran kedua pada 19 April 2017 besok. Meskipun saat ini pemerintah lebih condong mendukungan calon petahana Ahok-Djarot. Pengamat politik Network for South Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi mengungkapkan, tak bisa dipungkiri dalam Pilgub DKI Jakarta, paslon Ahok-Djarot itu didukung pemerintah karena diduga ada pihak-pihak di pemerintahan yang punya kepentingan bila pasangan nomor urut dua tersebut menang nanti.

“Dalam sejarah politik itu Pak Jokowi orangnya Ahok, itu tak bisa dipungkiri, itu riil politik. Secara politik, rezim ini tentu memihak ke Ahok dan ini bukan sesuatu hal yang baru,” ujar Muchtar Effendi Harahap saat dihubungi SINDOnews, Selasa (18/4/2017).

Meski paslon nomor urut dua itu didukung pemerintah, Muchtar yakin tak akan mempengaruhi secara signifikan suara warga Jakarta, khususnya untuk memilih Ahok-Djarot. Terbukti, pada putaran pertama Pilgub DKI Jakarta 2017 ini, jumlah pemilih Ahok-Djarot masih berada jauh dari jumlah pendukung parpolnya.

Bahkan, Ahok-Djarot masih tak bisa memenangkan Pilgub DKI dengan hanya satu putaran. “Terbangunnya opini Ahok-Djarot didukung rezim Jokowi membuat orang di luar pemerintahan lebih militan melawan. Itu hal yang positif bagi Anies-Sandi,” tuturnya.

Ketua umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto optimis pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Anies Baswedan-Sandiaga Uno keluar menjadi pemenang Pilkada DKI Jakarta 2017. Prabowo berharap, penyelenggara pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi DKI Jakarta dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi DKI Jakarta dapat netral. Sebab dirinya meyakini, hanya kecurangan yang dapat menghalangi laju Anies-Sandi untuk meraih kursi kepemimpinan Ibu Kota. “Jadi kalau ditanya, kami sangat optimis. Hanya kecurangan besar yang bisa menghalangi (kemenangan) Anies-Sandi jadi gubernur dan wakil gubernur!” ungkap Prabowo di acara konsolidasi pemenangan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa malam (18/4/2017).

Prabowo melanjutkan, rasa optimisnya itu juga didukung dengan hasil survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga survei Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) yang menyatakan pasangan Anies-Sandi mengungguli petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok-Djarot Saiful Hidayat. “Saya baru dapat survei yang paling terakhir dari NCID, Anies-Sandi sudah 58,3 persen, ini yang terakhir. Jadi bedanya enggak 2 persen, bedanya jauh di atas, saya kira itu, ini terus masuk survei-survei terakhir,” pungkasnya. (suara.com/kumparan.com/harianpublik.com/okezone.com)

Berikut link-link yang mengutip realita untuk kemenangan Anies Sandi:

http://www.harianpublik.com/2017/04/survei-ncid-anies-sandi-5803-persen.html
https://metro.sindonews.com/read/1197029/170/hasil-survei-indomatrix-anies-sandi-menang-tipis-dari-pasangan-ahok-djarot-1492088959
http://news.okezone.com/read/2017/04/15/338/1668375/survei-ines-anies-sandi-52-7-ahok-djarot-40-2/?utm_source=wp&utm_medium=box&utm_campaign=bp
https://news.detik.com/berita/d-3475370/survei-spin-anies-sandi-52-ahok-djarot-43
https://news.detik.com/berita/3474077/indomatrik-kalah-dari-anies-sandi-ahok-djarot-unggul-di-4-kota
http://news.okezone.com/read/2017/04/14/338/1667321/hasil-survei-idm-elektabilitas-anies-sandi-52-68-dan-ahok-djarot-40-82
http://wartakota.tribunnews.com/2017/04/03/survei-sdi-4920-persen-warga-jakarta-pilih-anies-sandi-di-putaran-kedua
https://news.detik.com/berita/d-3473802/survei-lsi-denny-ja-anies-sandi-514-ahok-djarot-427
https://kumparan.com/ananda-wardhiati-teresia/survei-median-elektabilitas-anies-sandi-49-8-ahok-djarot-43-5.

https://news.detik.com/berita/d-3472570/survei-smrc-anies-cuma-unggul-1-dari-ahok
https://tirto.id/survei-indikator-anies-sandi-menang-tipis-dari-ahok-djarot-cmNV
http://metro.news.viva.co.id/news/read/905844-panwaslu-bubarkan-bagi-sembako-di-apartemen-kalibata-city

Namun tentu ada juga yang mengutip untuk pro ahok, seperti link-link berikut:

http://www.tribunnews.com/metropolitan/2017/04/17/hasil-survei-charta-politika-ahok-djarot-unggul-survei-indikator-pasangan-anies-sandi-yang-menang
http://www.jitunews.com/read/56781/inilah-hasil-survei-terbaru-fsi-terkait-pilkada-dki-putaran-dua

Berikut data Survei Pilgub DKI Jakarta yang dihimpun dari berbagai sumber:

Median:
Ahok Djarot 43,5 Persen
Anies-Sandi 49,8 Persen

LSI (Denny JA):
Ahok-Djarot 42,7 Persen
Anies Sandi 51,4 Persen

SDI:
Ahok-Djarot 42,2 Persen
Anies Sandi 49,2 Persen

Polmark Indonesia:

Ahok-Djarot 41,1 Persen
Anies Sandi 49,1 Persen

Survei Pol Tracking:
Ahok-Djarot 35,0 Persen
Anies Sandi 49,9 Persen

Indikator Politik Indonesia:

Ahok-Djarot 43,3 Persen
Anies Sandi 52,4 Persen

Lembaga Survei Politik Indonesia (LSPI):

Ahok-Djarot 44,1 Persen
Anies Sandi 49,8 Persen

SMRC

Ahok-Djarot 46,9%
Anies Sandi 47,9%

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *