Sektor pariwisata bisa menjadi alternatif sumber pendapatan nasional di tengah gejolak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Akselerasi sektor pariwisata pada 2012 sampai 2017 berada di angka 1,22 dengan laju tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional dibanding sektor lainnya.
Pengembangan infrastruktur pariwisata adalah hal penting yang tak cuma jadi pekerjaan bagi pemerintah, tapi harus melibatkan pihak-pihak lain seperti pebisnis, akademisi, dan komunitas. nfrastruktur bukan sekadar soal jalan raya atau bandara, tapi meliputi akomodasi, rumah makan hingga pendidikan pada SDM agar kompeten dalam mengelola pariwisata.
Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Panky Tri Febiansyah memaparkan soal elastisitas nilai tukar terhadap pariwisata dalam Media Briefing “Tantangan Pengembangan Infrastruktur Pariwisata di Tengah Gejolak Nilai Tukar” di Gedung Widya Graha LIPI, Jakarta, Rabu (17/10).
“Hubungan antara rupiah melemah dengan jumlah wisatawan asing yang semakin banyak, dengan asumsi para turis memang mencari tempat lebih murah untuk berlibur,” ujar Panky dalam ulasannya.
Ketika nilai rupiah melemah terhadap dolar AS, justru Indonesia menjadi tempat yang lebih menggiurkan untuk melepas penat karena wisatawan bisa lebih diuntungkan karena segala hal jadi serba murah. “Mengapa tidak coba ambil peluang, dorong agar banyak wisatawan mancanegara masuk,” ujarnya.
Berdasarkan data, kutip Panky, angka elastisitas perubahan nilai tukar terhadap kunjungan wisatawan mancanegara mencapai 0,7059. Artinya, ketika nilai rupiah terhadap dolar AS turun Rp100, ada peluang jumlah wisatawan akan bertambah jadi 70 ribu orang. (lin)