Sawah Ladang Sudah Habis Dijual, Tinggal Tunggu Dijajah

meteran listrik PLN. foto: indopos.co.id

Oleh Ahmad Daryoko *

semarak.co-Untuk kelistrikan, ibaratnya sawah ladang yang ada di Jawa-Bali (wilayah yang “empuk dan gurih”) sudah habis dijual ke Aseng/Asing dan Taipan 9 Naga. Hanya sisa pembangkit PLN 28.151,42 MW yang “mangkrak” dan sudah “ngantre” untuk dijual ke PT. BA dll. Dan bila tidak habis dijual secara “strategic sales” ke PT. BA dll, bisa juga dijual sebagai “besi tua” secara eceran ke pedagang besi tua Madura.

Bacaan Lainnya

Sedang ritail PLN yang recehan maupun yg besar sudah dijual Dahlan Iskan ke Taipan 9 Naga. Ritail besar dijual dlm bentuk bulk/blok/”whole market” seperti SCBD, Meikarta, Central Park, PIK ke Tommy Winata, James Riady dll. Sedang yang “recehan” Dahlan Iskan dan Taipan 9 Naga mendirikan pabrik TOKEN dan menjual voucher nya ke Alfamart, Indomart serta mini market yang lain !

Adapun jaringan Transmisi dan Distribusi Jawa-Bali sudah di sewakan ke Kartel Liswas (persatuan pengusaha pembangkit dan ritail Jawa-Bali) untuk membawa listrik dari pembangkit ke konsumen (lewat jaringan ritail). Artinya para oknum pejabat negara ini mumpung berkuasa kemudian jualin asset negara untuk kepentingan Oligarkhi.

Setelah kelistrikan dikuasai Aseng/Asing tentunya harga listrik “aslinya” sudah sangat mahal (mana ada Aseng/Asing bekerja untuk rakyat? Yang ada mereka “merampok” kelistrikan adalah untuk berbisnis dan mencari untung sebesar besarnya bersama Oligarkhi “Peng Peng” JK, Luhut BP, Dahlan Iskan, Erick Tohir).

Sehingga untuk nombok harga/tarip listrik yang sudah mahal tersebut Negara berhutang ke LN dengan jaminan sumber daya alam lain yang belum terjual (dan lama2 tentu habis) guna memberi subsidi ke rakyat, sehingga tarip listrik terlihat masih murah (Padahal, sekali lagi aslinya sudah sangat mahal).

Kesimpulan:

Rezim ini mengelola Negara dengan Ideologi “Pragmatisme”! Asset Negara dijual untuk memecahkan permasalahan dengan cara “gampangan”. Sambil para oknum “Peng Peng” diatas ikut merampok asset negara untuk dimiliki secara pribadi!

Karena asset sudah dijual maka untuk memenuhi kebutuhan rutin (contoh kelistrikan) di tutup dengan cara cara subsidi agar kelihatan Negara masih hadir, tetapi dengan cara berhutang ke LN. Namun dipastikan cara ini tidak mungkin akan selamanya.

Karena Negara pemberi hutangan (dalam hal ini China) dalam keadaan dan jumlah hutang tertentu, kelak akan berbalik “menerkam” Indonesia (seperti di Tibet dan Srilangka). Dan terjajahlah Indonesia!

Ingat saat ini China memberikan bantuan ke Indonesia tidak hanya berwujud hutang (Uang). Tetapi mereka dari 2015 mulai mendatangkan ratusan ribu TKA tiap bulannya mulai tenaga kasar dan kuli (ditengarai juga sebagai tentara “Tar Tar”) persis saat menguasai Tibet dan Srilangka.

Artinya cara cara “Pragmatis” dalam pengelolaan Negara saat ini sangat berbahaya! Memang terlihat semuanya lancar. Bahkan di CNN pagi, Selasa 8 Nopember 2022 ada presentasi dari pakar keuangan dari BCA yang mengatakan “Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi sangat pesat diantara Negara2 di Dunia!”

Namun siapa yang menjamin angka2 yang dipresentasikan “genuine”? Hanya Satu Kata, Lawan “Ideologi” Pragmatisme Dalam Pengelolaan Negara!!

Magelang, 8 Nopember 2022.

 

sumber: WAGroup Dakhwa Islam & Kesehatan2 (postSelasa8/11/2022/evie)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *