Direktur Utama BRI Sunarso menilai, pembentukan layanan Bank Emas sebagai langkah strategis yang akan berdampak positif pada likuiditas pembangunan di Indonesia. Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya menguntungkan korporasi, tapi juga masyarakat.
Sunarso menambahkan, pelaku emas tidak hanya berasal dari korporasi besar, tetapi juga masyarakat kecil yang perlu difasilitasi agar dapat mengelola emasnya dalam sistem keuangan formal.
“Dengan adanya bullion bank, masyarakat ada pilihan layanan terkait emas. Masyarakat bisa menabung emasnya dengan setor rupiah, dapat saldonya nanti dalam gram. Bisa juga setor emas dalam gram, saldonya tetap dalam gram,” kata Sunarso, dirilis humas melalui WAGroup BRI X Jurnalis, Sabtu (1/3/2025).
Selain itu, bullion bank juga memungkinkan masyarakat untuk memperoleh pembiayaan berbasis emas.
“Kalau punya emas, bisa dititipkan. Kalau yang butuh emas, bisa kredit emas. Nanti mengembalikannya juga dalam bentuk emas,” imbuh Sunarso.
Menurut Sunarso, Bank Emas berdampak positif untuk memonetisasi potensi emas yang selama ini belum masuk ke sistem keuangan formal. Emas yang sebelumnya hanya disimpan secara pribadi dapat dioptimalkan untuk meningkatkan likuiditas dalam perekonomian nasional.
“Itu kalau kita monetisasi, menjadi sumber likuiditas pembangunan. Dan bagi BRI, ini adalah sumber pertumbuhan baru,” ujar Sunarso.
Selain layanan utama seperti tabungan, deposito, dan kredit emas, Sunarso juga membuka peluang pengembangan produk turunan atau derivatif emas.
“Kalau emas ini disekuritisasi, maka itu akan menjadi likuid. Ini penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.
BRI turut memfasilitasi transaksi dalam ekosistem bullion bank, baik secara langsung maupun melalui anak usahanya, Pegadaian.
“Lewat BRI langsung enggak? Ada yang lewat BRI langsung karena kan kita fasilitasi dengan BRImo transaksinya. Tapi kemudian kan lewat Pegadaian. Di Pegadaian nanti yang akan punya potensi pertumbuhan, dan itu nanti akan support pertumbuhannya BRI,” ujarnya.
Dengan layanan bullion bank ini, Sunarso optimistis sektor keuangan nasional dapat lebih berkembang, sekaligus memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengakses layanan berbasis emas.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengatakan, pemerintah ingin mengundang masyarakat agar menggunakan layanan Bank Emas karena saat ini terdapat 1.800 ton emas yang dimiliki masyarakat dan berada di luar sistem keuangan formal.
“Ada yang di bawah bantal, ada di toilet, di balik batu bata, dimasukin dalam situs. Ini realitas,” ujar Erick Thohir. (hms/smr)