Alat pelindung diri (APD) kini banyak dibutuhkan oleh tenaga medis sebagai perlengkapan garda terdepan melawan wabah virus corona jenis baru atau COVID-19 dan beberapa kelompok masyarakat berinisiatif membuatnya untuk menutupi kekurangan yang terjadi saat ini, termasuk Tulip Craft.
semarak.co -Unggahan di Twitter dari akun @lbeautyk_ menuliskan bagaimana rumah produksi konveksi di Bogor itu memproduksi 10 ribu baju pelindung yang akan disumbangkan untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang membutuhkan.
“Hallo, saat ini rumah produksi konveksi kami insya Allah akan memproduksi baju coverall yang akan disumbangkan melalui IDI Bogor dan disalurkan ke berbagai RS yang membutuhkan. Target kami 10.000 dan mungkin, bahkan bisa lebih,” tulis Linda Kurniasari sang pemilik akun yang memposting pada Senin lalu (23/3/2020).
Inisiatif untuk menjahit baju coverall itu diprakarsai pemilik Tulip Craft bernama Iis Rahmawati karena melihat minimnya ketersediaan baju APD bagi tenaga medis yang harus merawat pasien COVID-19, kata Linda ketika dihubungi wartawan di Jakarta, Jumat (27/3/2020).
“Untuk 10.000 baju pelindung kita bagikan gratis, kita dedikasikan untuk tenaga medis Indonesia. Sebelumnya Tulip Craft tidak membuka donasi, semua biaya pembuatan 10 ribu APD ditanggung Tulip Craft,” kata Linda.
Sampai hari ini Jumat (27/3/2020), data yang masuk untuk menerima bantuan itu sekitar 192 rumah sakit, klinik dan puskesmas yang ditargetkan selesai pekan depan dan mulai didistribusikan.
Selain itu, menurut Linda, dalam setiap baju pelindung yang dikerjakan tersemat doa agar bermanfaat bagi keselamatan dokter dan tenaga medis yang menggunakannya.
Usaha dari Tulip Craf itu juga menuai pujian dari selebritas Anji yang membalas sebagai komen di bawah unggahan tersebut, “Besar pahalamu, Mbak. Saya lihat banyak yang sudah merekomendasikan RS yang membutuhkan bantuan. Sehat selalu ya.”
Berbeda dengan pengusaha konveksi di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Pulogadung, Jakarta Timur yang menangkap peluang pasar dengan memproduksi APD tenaga medis ini untuk dijual karena sesuai pesanan.
“Awalnya saya ngerjain pesanan dari Kementerian Kesehatan, begitu selesai langsung saya publish ke internet dan banyak pemesan datang,” kata Riswan, pengusaha konveksi di konveksinya Jakarta Timur, Jumat sore (27/3/2020).
Produk tersebut digarap untuk memenuhi kebutuhan tenaga medis di Jakarta yang saat ini tengah dilanda kekurangan stok APD di beberapa rumah sakit yang melayani COVID-19. Hingga kini, Riswan mengaku sudah memproduksi APD sebanyak 8.000 setel.
Riswan bersama sejumlah pegawainya berinisiatif untuk memproduksi APD seiring tingginya permintaan konsumen. Pesanan datang dari berbagai instansi rumah sakit, Puskesmas, hingga komunitas.
APD yang diproduksi juga sesuai standar Kementerian Kesehatan. “Saya pikir sebaiknya memang harus diteruskan karena tujuannya untuk bangsa kita juga,” kata Riswan.
Ada dua jenis APD yang diproduksi, yakni yang bisa dicuci berulang kali dan APD yang hanya untuk sekali pakai. roduk APD seperti hazmat dibanderol harga sesuai arahan Kemenkes Rp45 ribu per setel untuk yang sekali pakai, dan Rp75 ribu untuk bisa dicuci berulang. “Untuk ukuran ada M, L, XL, sama double XL,” ujar Riswan.
Pengusaha Sandiaga Salahuddin Uno mengajak pemerintah untuk menggalakkan produksi APD buatan Indonesia karena pengusaha di negeri ini mampu memproduksi APD sendiri untuk kebutuhan penanganan medis di Tanah Air.
“Saat ini, adalah saat yang tepat untuk memberikan dukungan penuh (menggalakkan) produksi nasional terutama untuk sektor kesehatan seperti APD tersebut. Ayo kita dorong pengusaha anggota Kamar Dagang Industri (Kadin) produksi sendiri. Kita punya kok kemampuan,” kata Sandi, sapaan akrab Sandiaga Salahuddin Uno lewat konferensi pers digital di Jakarta, Kamis (26/3/2020).
Wakil Ketua Bidang UMKM, Koperasi, dan Ekonomi Kreatif Kadin itu pun mengajak pemerintah ke depan lebih memperhatikan produksi industri nasional di sektor kesehatan.
“Dengan demikian, teman-teman yang memproduksi APD ini mendapat insentif agar kita memiliki kekuatan untuk memiliki produksi dalam negeri yang sangat kita butuhkan sekarang,” kata Sandi, mantan Wakil Gubernur DKI pendamping Anies Baswedan.
Kalau semua APD yang dibutuhkan tenaga medis sebetulnya diproduksi di dalam negeri seperti misalnya masker dan kacamata goggle medis. “Semua APD yang dibutuhkan itu kayak masker, goggle, Indonesia punya kekuatan untuk memproduksi sendiri,” kata Sandi, calon wakil presiden (cawapres) pendamping Prabowo.
Sebuah UKM di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur yang awalnya memproduksi kantong pelembab dan eco-bag untuk kontainer beralih ke pembuatan 10 ribu pakaian APD untuk tenaga medis yang akan disumbangkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bogor.
“Krisis sarana APD yang dialami tim medis dalam penanganan Corona di berbagai daerah, khususnya di Bogor dan Jakarta mendorong kami untuk membantu penyediaan sarana pelindung diri bagi tenaga medis yang berjuang mengobati pasien corona (COVID-19),” tutur Mamik Endarni, kakak kandung Iis Rahmawati yang bertanggung jawab dalam produksi 10 ribu APD tenaga medis itu.
Kebetulan adiknya tinggal di Bogor. Krisis APD yang dialami jajaran tenaga medis di daerah Bogor dan sekitar menginspirasi Iis bersama kakaknya Mamik Endarni untuk menyumbangkan ribuan seragam APD berbahan “polypropilene spunbond” itu untuk tim kesehatan yang melakukan penanganan COVID-19.
“Kebetulan material ‘polypropilene spunbond’ ini di gudang kami banyak, sementara ekspor produk kantong pelembab ‘desiccant’ serta eco-bag ke Amerika, Turki, Jerman dan Brazil saat ini juga masih belum bisa. Jadi kami fokuskan untuk produksi APD ini,” katanya.
Tak hanya dikerjakan pekerjanya yang berjumlah 20 orang di industri rumahan Tulip Craft di RT 04/RW 05 Desa Ketanon, Kecamatan Kedungwaru, plus 60 penjahit lepas, Iis dan Mamik juga menjaring relawan yang bersedia membantu percepatan produksi APD kesehatan tersebut.
Hasilnya, tiga kelompok sukarelawan penjahit bergabung. Mamik berharap produksi 10 ribu APD untuk tenaga medis yang menangani pasien COVID-19 itu bisa rampung dalam kurun sepekan ke depan. “Kebutuhannya sangat mendesak. Semakin cepat selesai akan semakin bagus,” ujarnya.
Kendati saat ini fokus memproduksi APD untuk IDI Bogor, Mamik mengatakan pihaknya tidak akan mengabaikan kebutuhan APD sejenis untuk tim kesehatan yang menangani pasien terkait Covid-19 di Tulungagung.
“Kami tentu juga akan fikirkan itu (bantuan APD untuk tenaga medis pelaksana penanganan pasien corona di RSUD dr. Iskak Tulungagung dan puskesmas-puskesmas penyangga di bawahnya) setelah target bantuan 10 ribu APD untuk IDI Bogor selesai dan terkirim,” ujarnya.
Dijelaskan, bahan spunbond polypropylene yang digunakan untuk pembuatan baju APD tenaga medis itu merupakan material non-woven, sama seperti yang digunakan dalam “disposable masker” yang biasa dipakai sehari-hari.
Sampel baju APD ini telah di konsultasikan dan dietujui dengan IDI kota Bogor, baik Model dan bahan material yang di gunakan. Pihaknya rela mengeluarkan biaya tambahan untuk upah jahit bagi relawan yang membantunya.
Tentunya, dengan pedoman jahit yang ditetapkan, yakni kebersihan, kerapihan jahit, dan ketepatan menjahit. “Awalnya mau berkontribusi dalam menghadapi pademi Covid-19. Setelah berfikir terdapat stok bahan baku yang ada, lantas kami (tulip craft) inisiatif untuk membuat APD. Setelah contoh diterima pihak IDI, mereka menerima,” katanya.(net/lin)