Sudah dua bulan sejak lima tokoh mantan anggota Front Pembela Islam (FPI) dibebaskan, tapi beda perlakuan dengan Habib Rizieq Shihab (HRS) yang masih mendekam di penjara karena kasus pelanggaran protokol kesehatan Covid-19.
semarak.co-Habib Rizieq dan seorang lagi, yaitu Habib Hanif Alatas, menantunya HRS yang juga ditahan sebagai akibat rangkaian kasus kerumunan sampai sekarang belum juga bebas.
Adapun lima orang yang sudah dibebaskan Rabu (6/10/2021) atas kasus kerumunan pada acara Maulid Nabi sekaligus pernikahan anak Habib Rizieq di Petamburan, Jakarta Pusat, Sabtu 14 November 2020 ialah ustadz Haris Ubaidillah, ustadz Ahmad Sobri Lubis, ustadz Habib Ali Alwi Alatas, Habib Idrus Al-Habsyi, dan ustadz Maman Suryadi.
Sebagai panitia, kelima orang tersebut didakwa bersalah karena membantu dalam mempersiapkan sarana dan prasarana dengan menyiapkan tenda, panggung, dan lainnya. Belum dibebaskannya Habib Rizieq Shihab itu membuat koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak) Lieus Sungkharisma mengaku tak habis pikir dan menilai betapa tidak adilnya kita.
“Saya bersyukur atas dibebaskannya kelima tokoh FPI itu. Tapi saya juga sedih karena Habib Rizieq masih tetap ditahan. Padahal dalam rangkaian kasus tersebut, Habib Rizieq dihukum hanya karena dia mengaku sehat,” ujar Lieus dalam keterangannya kepada Kantor Berita Politik RMOL yang kemudian dilansir Kamis, 23 Desember 2021, 00:53 WIB.
Atas situasi Lieus sangat prihatin. Betapa tidak adilnya perlakuan yang diterima Habib Rizieq. Kelima tokoh bekas anggota FPI yang bebas tersebut divonis penjara selama delapan bulan dikurangi masa tahanan, akibat kasus kerumunan saat perayaan Maulid Nabi dan pernikahan putri Habib Rizieq di Petamburan tak lama setelah Habib Rizieq pulang dari Arab Saudi.
Dalam rangkaian kasus itu pula Habib Rizieq ditahan. Herannya, ketika kelima orang itu dibebaskan, kenapa Habib masih tetap ditahan? “Toh dakwaan yang ditimpakan kepadanya masih dalam rangkaian kasus yang sama. Saya merasa ada perlakuan yang tidak adil terhadap Habib Rizieq,” keluh Lieus.
“Saya melihat sebagai tokoh besar yang berhasil mempersatukan jutaan umat Islam, Habib Rizieq terlalu sering dizalimi. Karena itulah ia merasa perlu memberi penghargaan pada Habib Rizieq sebagai tokoh pemersatu umat,” demikian ulas Lieus lagi.
Adapun penghargaan untuk Habib Rizieq Shihab diserahkan Lieus melalui kelima tokoh FPI tersebut. “Kita akan berbincang dulu dengan kelima tokoh FPI tersebut di studio Podcast Refly Harun. Apapun anggapan orang, bagi saya Habib Rizieq lebih dari sekedar Imam Besar FPI. Beliau adalah pemimpin umat yang justru sangat cinta NKRI,” tutup Lieus.
Turut tanda tangan memberikan dukungan Rocky Gerung yang menganggap Habib Rizieq Shihab sebagai tokoh muslim yang mengerti bahwa bangsa Indonesia hanya bisa diasuh dengan kemajemukan. Itu disampaikan Rocky Gerung usai menandatangani sebuah plakat penghargaan untuk Habib Rizieq Shihab atas perjuangannya dalam menggalang persatuan umat demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Penandatangan plakat itu dilakukan atasnama Masyarakat Peduli NKRI. Rocky didampingi aktivis Tionghoa, Lieus Sungkharisma yang disiarkan di akun Youtube Lieus Sungkarisma Official pada Kamis (16/12/2021). “Saya barusan tanda tangan dukungan terhadap Habib Rizieq bersama, yang sudah tanda tangan ada Natalius Pigai, Rizal Ramli, Refly Harun,” ujar Rocky seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Minggu, 19 Desember 2021, 19:20 WIB.
Menurut Rocky, tanda tangan dukungan tersebut akan terus bertambah karena hal tersebut semacam penghargaan pada perjuangan Habib Rizieq, yaitu keinginan untuk menghasilkan kembali Indonesia yang majemuk. “Habib Rizieq pikiran politiknya majemuk. Walaupun dia adalah tokoh muslim, tapi dia mengerti bahwa bangsa ini hanya bisa diasuh dengan kemajemukan,” kata Rocky.
Rocky pun teringat dengan pernyataan yang disampaikan oleh pemenang hadiah Nobel tahun 2021 ini di Bidang Hak Asasi Manusia dan Perdamaian yang bernama Maria Ressa, seorang perempuan asal Filipina. Dia menerangkan kenapa dia bertahun-tahun hanya peduli dengan Hak Asasi Manusia (HAM).
“Karena bagi dia, dia lihat sejarah itu, penghakiman orang, orang dimusuhi tanpa dasar itu, itu membangkitkan semacam spirit bagi dia bahwa dunia hanya bisa beradab kalau betul-betul kita hargai Hak Asasi Manusia,” pungkas Rocky. (net/mol/smr)