Ritual Mengundang Hujan

Demi kelancaran MotoGP di sirkuit Mandalika, penyelenggara telah mempersiapkan banyak hal untuk acara tersebut, termasuk salah satunya adalah mengendalikan cuaca buruk. Ada dua cara yang dilakukan yakni dengan menyiapkan teknologi modifikasi cuaca dan juga mendatangkan pawang hujan tradisional. Di tengah sesi latihan pembalap MotoGP beberapa hari lalu, seorang pawang hujan tampak berada di lokasi untuk menjaga cuaca tetap baik. Ia adalah Rara Istiati Wulandari. Pada momen ini Rara melakukan sejumlah ritual untuk menjaga cuaca tetap baik selama pertandingan. Foto: brilio.net

Oleh AFM *

semarak.co-Kalau kemarau panjang, lama tidak turun hujan, kekeringan terjadi dimana-mana, disebagian tempat mengadakan ritual-ritual khusus agar hujan segera turun hujan. Di dekat kampung saya, tetangga kabupaten, ada ritual Tari Sintren, yakni tarian yang dilakukan selama 40 hari oleh penari wanita yang masih perawan tinting.

Bacaan Lainnya

Di tempat lain, ada ritual duel main cambuk, sampai darah keluar untuk mengundang hujan dan lain sebagainya. Silahkan buka link ini: https://www.kemenkopmk.go.id/tradisi-minta-hujan-kearifan-lokal-masyarakat-nusantara-yang-bertahan

Kalau di dalam islam, untuk mengundang turunnya hujan ada beberapa amalan yang perlu diamalkan.

Pertama, Perbanyak Istighfar. Allah Ta’ala berfirman:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا. يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا. وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah:

أَيْ إِذَا تُبْتُمْ إِلَى اللَّه وَاسْتَغْفَرْتُمُوهُ وَأَطَعْتُمُوهُ كَثُرَ الرِّزْق عَلَيْكُمْ وَأَسْقَاكُمْ مِنْ بَرَكَات السَّمَاء وَأَنْبَتَ لَكُمْ مِنْ بَرَكَات الْأَرْض وَأَنْبَتَ لَكُمْ الزَّرْع وَأَدَرَّ لَكُمْ الضَّرْع وَأَمَدَّكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ أَيْ أَعْطَاكُمْ الْأَمْوَال وَالْأَوْلَاد وَجَعَلَ لَكُمْ جَنَّات فِيهَا أَنْوَاع الثِّمَار وَخَلَّلَهَا بِالْأَنْهَارِ الْجَارِيَة بَيْنهَا هَذَا مَقَام الدَّعْوَة بِالتَّرْغِيبِ ثُمَّ عَدَلَ بِهِمْ إِلَى دَعَوْتهمْ بِالتَّرْهِيبِ

“Makna-nya, jika kalian bertaubat kepada Allah, meminta ampun kepadaNya dan kalian senantiasa mentaatiNya niscaya Allah akan membanyakkan rizki kalian dan menurunkan air hujan serta kebarokahan dari langit, mengeluarkan untuk kalian barokah dari bumi, menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untuk kalian, melimpahkan air susu perahan untuk kalian, mem-banyakkan harta dan anak-anak untuk kalian, menjadikan kebun-kebun yang di dalamnya bermacam-macam buah-buahan untuk kalian serta mengalirkan sungai-sungai di antara kebun-kebun itu (untuk kalian.” (Tafsir Ibnu Katsir).

Berkata Asy-Sya’bi rahimahullah:

خَرَجَ عُمَر يَسْتَسْقِي فَلَمْ يَزِدْ عَلَى الِاسْتِغْفَار حَتَّى رَجَعَ , فَأُمْطِرُوا فَقَالُوا : مَا رَأَيْنَاك اِسْتَسْقَيْت ؟ فَقَالَ : لَقَدْ طَلَبْت الْمَطَرَ بِمَجَادِيح السَّمَاء الَّتِي يُسْتَنْزَل بِهَا الْمَطَر ; ثُمَّ قَرَأَ : ” اِسْتَغْفِرُوا رَبّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِل السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا

“Bahwasanya Umar keluar untuk memohon hujan bersama orang banyak. Dan beliau tidak lebih dari mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka seseorang bertanya kepadanya, ‘Aku tidak mendengar Anda memohon hujan’. Maka ia menjawab, ‘Aku memohon diturunkannya hujan kepada (Allah) yang menjadikan langit yang dengannya diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat:

Maka aku katakan kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. (QS. Nuh: 10-12).

https://library.islamweb.net/Newlibrary/display_book.php?ID=427&startno=0&start=0&idfrom=752&idto=765&bookid=93&Hashiya=2

Kedua, Shalat Istisqa Dan Berdoa. Berkata Abdullah bin Zaid Al Mazini radhiyallahu anhu:

أن النبي صلى الله عليه وسلم خرج إلى المصلى ، فاستسقى فاستقبل القبلة ، وقلب رداءه ، وصلى ركعتين

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat dua rakaat” (HR. Bukhari no. 1024). Berkata Anas Bin Malik Radhiallahu’anhu:

أن رجلا دخل المسجد يوم الجمعة ، من باب كان نحو دار القضاء ، ورسول الله صلى الله عليه وسلم قائم يخطب ، فاستقبل رسول الله صلى الله عليه وسلم قائما ، ثم قال : يا رسول الله ، هلكت الأموال وانقطعت السبل ، فادع الله يغثنا . فرفع رسول الله صلى الله عليه وسلم يديه ، ثم قال :اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا . قال أنس : ولا والله ، ما نرى في السماء من سحاب ، ولا قزعة ، وما بيننا وبين سلع من بيت ولا دار . قال : فطلعت من ورائه سحابة مثل الترس ، فلما توسطت السماء انتشرت ثم أمطرت . فلا والله ما رأينا الشمس ستا

“Seorang lelaku memasuki masjid pada hari jum’at melalui pintu yang searah dengan daarul qadha. Ketika itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedang berkhutbah dengan posisi berdiri. Lelaki tadi berkata: ‘Wahai Rasulullah, harta-harta telah binasa dan jalan-jalan terputus (banyak orang kelaparan dan kehausan). Mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan!’. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam lalu mengangkat kedua tangannya dan mengucapkan: Allahumma aghitsna (3x). Anas berkata: ‘Demi Allah, sebelum itu kami tidak melihat sedikitpun awan tebal maupun yang tipis. Awan-awan juga tidak ada di antara tempat kami, di bukit, rumah-rumah atau satu bangunan pun”. Anas berkata, “Tapi tiba-tiba dari bukit tampaklah awan bagaikan perisai. Ketika sudah membumbung sampai ke tengah langit, awan pun menyebar dan hujan pun turun”. Anas melanjutkan, “Demi Allah, sungguh kami tidak melihat matahari selama enam hari’” (HR. Bukhari no.1014, Muslim no.897).

Ketiga, Menunaikan Zakat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

… ولم يَمْنعوا زكاة أموالهم إلا مُنعوا القطرَ من السماء، ولولا البهائمُ لم يُمطروا… 

Ketika orang-orang enggan membayar zakat, air hujan akan ditahan dari langit. Andaikata bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya hujan tidak akan pernah turun. (HR. Ibnu Maajah. Hadits hasan dalam Shahih Ibni Maajah).

Sebagian orang di negeri kita ini, mau mengundang hujan turun, pakai ritual yang merusak tauhid dan syariat. Sudah hujan turun, cari lagi ritual untuk menahan hujan yang penuh kesyirikan dan pelanggaran syariat. Padahal hujan adalah rahmat yang mesti disyukuri, bukan ditahan atau ditolak.

Jalan masih panjang, dakwah tauhid dan sunnah mesti terus digencarkan. Negeri ini akan penuh berkah jika mayoritas masyarakatnya bertauhid dan menjalankan syariat. Keyakinan masyarakat jahiliyyah adalah anggapan mereka bahwa bintang jenis tertentu merupakan sebab turunnya hujan❌‼️. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَرْبَعٌ فِى أُمَّتِى مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِى الأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِى الأَنْسَابِ وَالاِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ

“Empat perkara yang ada pada umatku yang merupakan karakteristik jahiliyyah, mereka tidak meninggalkannya, (yaitu) berbangga diri dengan keturunan, mencela nasab, mengaitkan bintang sebagai sebab turunnya hujan dan meratapi orang yang meninggal dunia” (HR. Muslim, no. 2203).

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

هَلْ تَدرُوْنَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟  قَالُوْا: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِيْ مُؤْمِنٌ بِيْ وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِيْ كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِيْ مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ

“Tahukah kamu, apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?” Mereka (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau pun bersabda, “Dia berfirman, ‘Pagi ini di antara hamba-hamba-Ku ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan, ‘Hujan turun kepada kita berkat karunia Allah dan rahmat-Nya, maka dia beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang, sedangkan orang-orang yang mengatakan, ‘Hujan turun kepada kita karena bintang ini atau bintang itu, maka dia kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang’” (HR. Bukhari, no. 1038).

*) penulis hanya mencantumkan inisial.

 

sumber: WAGroup PAMEKASAN GERBANG SALAM (postRabu23/3/2022/wahyumuhammadramadhan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *