By Tony Rosyid *
semarak.co-Pilgub DKI kurang lebih tinggal setahun lagi. Anies Baswedan akan maju lagi? Kemungkinan iya, tapi bisa juga tidak.
Jika tidak nyagub, Anies bisa fokus menuntaskan program-programnya di DKI, sembari mempersiapkan diri untuk pilpres 2024. Jarak akhir jabatan gubernur DKI dengan pendaftaran pilpres sekitar 9-10 bulan. Gak lama. Oktober 2022 berakhir, agustus 2023 pendaftaran pilpres.
Siapa penantang Anies? Belum ada yang muncul. PDIP sebagai partai pemenang, baik di tingkat nasional (128 kursi) maupun di DKI (25 kursi) belum juga punya calon yang kelihatan. Begitu juga partai-partai lain.
Apakah Risma akan dicalonkan di pilgub DKI 2022? Dengan catatan, 2022 ada pilkada. Melihat gelagatnya, ada kemungkinan. Operasi Risma di sejumlah wilayah di DKI diduga dalam rangka persiapan di pilgub DKI.
Sampai-sampai, Risma harus menemukan gelandangan di Jl. Thamrin. Padahal, sejak tahu 1950-an, konon katanya jalan Thamrin bebas dari gelandangan. Kok Risma datang dari Surabaya ke Jakarta bisa menemukan gelandangan disitu? Ajiiiib! Sulit membayangkan jika tidak melibatkan timses.
PDIP harus realistis. Mengukur secara cermat elektabilitas Risma jika ingin dimajukan ke DKI. Sebab, popularitas tak identik dengan elektabilitas.
Beda Risma, beda Jokowi. Tahun 2012-2014, secara politis, Jokowi memang rising star. Gagasan mobil Esemka dianggap terobosan spektakuler. Lepas terealisir atau tidak, itu soal lain.
Penampilan sebagai “wong cilik” dengan gaya blusukan di tengah para birokrat yang dikesankan elitis, telah berhasil menghipnotis publik. Strategi yang tepat untuk saat itu. Saat ini, tentu berbeda situasinya. Setiap zaman punya performennya sendiri.
Apalagi, nama Risma dua tahun terakhir ini cenderung distigmakan negatif. Sejak isu terkait bisnis anaknya, pelaporannya terhadap seorang ibu rumah tangga di Bogor yang dituduh menghinanya, serta blusukannya di DKI mendapat respon kurang positif di mata publik.
PDIP harus mengemas Risma lebih cerdas lagi jika menginginkan mantan Walikota Surabaya ini ikut berkompetisi di pilgub Jakarta 2022. Satu-satunya cara yang paling efektif adalah membuat terobosan-terobosan yang spektakuler di kemensos. Di kemensos inilah, Risma punya panggung.
Risma harus mampu membuat terobosan program out of the box. Untuk ini, belum kelihatan gagasan dan program yang spektakuler dari Risma. Kalau cuma mengganti bansos ke Bantuan Langsung Tunai (BLT), itu hal biasa.
Bahkan, sangat biasa. Program klasik, bahkan mensos-mensos sebelumnya juga melakukannya. Apalagi hanya ketemu gelandangan. Jika Risma punya program dan terobosan spektakuler di kemensos, dan program itu sukses, ini akan jadi poin positif untuk modal bertarung di pilgub DKI.
Jika hanya uplak uplek dengan gelandangan di DKI, Risma akan sulit mengumpulkan modal sosial untuk ikut kompetisi di pilgub DKI. Disisi lain, Anies adalah tokoh nasional, bahkan internasional. Pada tahun 2010, oleh majalah Foresight Jepang, Anies dinobatkan sebagai satu dari 20 tokoh yang akan sangat berperan dalam perubahan dunia.
Anies disandingkan dengan Vladimir Putin (Perdana Menteri Rusia), Hugo Cavez (Presiden Venezuela), Rahul Gandi (Sekjen Indian Nasional Kongres India), David Milliband (Menlu Inggris), dan Paul Ryan (Anggota Hous Of Representatuve AS). (viva.com 10/4/2010). Tentu, ini sangat membanggakan buat Indonesia.
Integritas Anies tak diragukan. Setidaknya, Jakarta mendapat WTP dari BPK setiap tahunnya. Juga tiga penghargaan dari KPK. Di mata publik, ini fakta yang tak bisa dibantah. Apalagi soal kapasitas Anies. Tak terhitung lagi penghargaan yang diraih Pemprov DKI dibawah kepemimpinan Anies. Tingkat nasional maupun internasional.
Banyak gagasan Anies yang out of the box. Soal kecerdasan dan gagasan, Anies memang gak banyak padanannya. Baru kali ini Gubernur Jakarta dijuluki Gubernur Indonesia. Saat ini, Anies juga menjadi ketua umum Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) periode 2019-2023.
Dilihat dari integritas, cara merumuskan gagasan, pola komunikasi dan kemampuan berkolaborasi, serta ketenangan dalam menyelesaikan setiap masalah, Anies sangat terlihat kesiapan dan kematangannya.
Nama besar Anies, membuat semakin tidak mudah bagi langkah Risma. Kecuali jika Anies tidak mencalonkan diri di pilgub DKI, dan hanya fokus tuntaskan amanah di DKI, sambil persiapan pilpres 2024. Itupun masih ada Sandiaga Uno dari Gerindra. Belum lagi jika Gibran, putra Jokowi, ikut didorong maju di pilgub DKI.
Jika Anies tidak nyagub, kemungkinan Sandiaga Uno akan didorong untuk nyagub. Tak mudah bagi Risma, pendatang baru dari Surabaya ini, untuk menghadang Sandiaga Uno. Sandiaga Uno punya jaringan dan pengalaman lama di DKI.
Kalau Gerindra-PKS gabung lagi di pilgub DKI akan makin berat bagi Risma. Sebab, Medan politik di Jakarta sangat berbeda dengan Surabaya. Secara umum, pemilih Jakarta lebih rasional dibanding dengan daerah lain. Waktu tinggal setahun lagi Ibu Risma, manfaatkan seefektif mungkin! Jangan salah strategi.
Jakarta, 19 Januari 2021
*) Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
sumber: WAGroup Keluarga Alumni HMI MPO