Indonesia telah berkomitmen penuh untuk mendorong pencapaian 17 tujuan, 169 target dan 241 indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) melalui beberapa langkah utama.
Di antaranya penerbitan legal basis yang kuat, yakni Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagai dasar penyusunan Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah TPB/SDGs, pengarusutamaan TPB/SDGs dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Hingga penetapan Peraturan Gubernur terkait Rencana Pelaksanaan TPB/SDGs di 15 provinsi, yakni Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Dalam perjalanan mencapai tujuan TPB/SDGs yang meliputi pembangunan manusia, ekonomi, dan lingkungan, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan. Di bidang sosial ekonomi, sejumlah isu penting terkait TPB/SDGs.
Di antaranya pertumbuhan ekonomi, gejala deindustrialisasi, diversifikasi ekonomi, hingga penurunan tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, di bidang lingkungan, perubahan iklim dan kualitas air dan udara menjadi perhatian khusus, sementara di bidang tata kelola hukum, konstelasi geopolitik dan volatilitas ekonomi global serta kualitas regulasi adalah beberapa isu utama.
“Untuk mencapai tujuan TPB/SDGs dengan sebaik-baiknya, Indonesia mengedepankan prinsip pelaksanaan dengan inklusivitas, yakni melibatkan baik unsur pemerintah maupun non pemerintah seperti pelaku usaha, filantropi, organisasi masyarakat, juga akademisi dan perguruan tinggi agar semakin banyak masyarakat yang terlibat,” tegas Bambang dalam Kuliah Umum bertajuk “Perguruan Tinggi dan Percepatan Pencapaian TPB/SDGs” di Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (12/02).
Peran perguruan tinggi dalam mencapai TPB/SDGs di antaranya memberikan pengetahuan, inovasi dan solusi untuk TPB/SDGs, menciptakan pelaksana TPB/SDGs saat ini dan yang akan datang, mendemonstrasikan bagaimana mendukung, mengadopsi dan mengimplementasikan TPB/SDGs dalam tata kelola, operasionalisasi dan budaya, serta mengembangkan kerja sama kepemimpinan antar sektor untuk memandu dalam merespons TPB/SDGs.
Secara bersamaan, lanjut dia, TPB/SDGs juga berperan membantu perguruan tinggi dalam meningkatkan kebutuhan TPB/SDGs terkait pendidikan, memberikan definisi yang komprehensif dan global bagi perguruan tinggi yang bertanggung jawab, menawarkan kerangka kerja untuk mencapai tujuan, menciptakan skema baru pendanaan, hingga mendukung kolaborasi dengan mitra internal dan eksternal yang baru.
“Saya berharap Tridarma Perguruan Tinggi yaitu penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat dapat berkontribusi langsung terhadap upaya pencapaian TPB/SDGs di Indonesia,” ujar Bambang dalam rilis Humas Kementerian PPN/Bappenas, Rabu (13/02).
Kampus sangat berperan dalam pencapaian TPB/SDGs dan harus bisa menjadi pusat unggulan (center of excellence) di bidang keilmuan sesuai dengan kompetensi intinya (core competence), mengarusutamakan SDGs dalam proses pendidikan/pengajaran, menjadi mitra pemerintah pusat dan daerah serta pemangku kepentingan lainnya dalam melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan TPB/SDGs, serta memberi rekomendasi dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) TPB/SDGs.
Indonesia dapat mengambil best practices kontribusi perguruan tinggi dalam pencapaian tujuan TPB/SDGs dari empat kampus di kawasan Australasia, yakni Monash University, Macquarie University, Victoria University of Wellington, dan University of Technology Sydney.
Keempat kampus tersebut telah bekerja sama dengan Sustainable Development Solution Network (SDSN) Australia/Pacific untuk menyusun guidelines yang mengatur strategi Getting Started with the SDGs in Universities.
Selain itu, keberhasilan Royal Institute of Technology Sweden (RITS) yang menghasilkan salah satu center of excellence dengan produk bernama Data Act Lab juga patut dijadikan inspirasi. Data Act Lab menghasilkan platform kolaborasi online atau goal tracker untuk memonitor perkembangan dan pencapaian indikator dalam masing-masing tujuan TPB/SDGs di Swedia.
“Indonesia juga harus menjadi yang terdepan dalam mendorong kolaborasi antara perguruan tinggi dan TPB/SDGs, salah satunya melalui pendirian SDGs Center. SDGs Center Universitas Hasanuddin yang saya resmikan hari ini, diharapkan mampu untuk memetakan seluruh aktivitas kampus yang sudah sejalan dengan TPB/SDGs,” imbuhnya.
Termasuk pengarusutamaan TPB/SDGs dalam mata kuliah dan Kuliah Kerja Nyata (KKN), mengembangkan kapasitas internal kampus dan membangun rasa kepemilikan terhadap TPB/SDGs, identifikasi prioritas, peluang, dan gaps dalam pelaksanaan TPB/SDGs, serta memastikan internalisasi TPB/SDGs ke dalam strategi, kebijakan dan rencana kerja universitas dapat terus berjalan,” tutur Menteri Bambang.
SDGs Center Universitas Hasanuddin juga berperan untuk mendukung inisiasi serta pembangunan jejaring kerja sama SDGs Centers pada perguruan tinggi lainya di Indonesia Bagian Timur. Hingga Februari 2019, SDGs Center sudah berdiri di tujuh kampus, yaitu Universitas Padjajaran, Universitas Hasanuddin, Universitas Mataram, Universitas Jember, Universitas Bengkulu, Institut Pertanian Bogor, dan Institut Teknologi Bandung. (lin)