Rencana Manusia Versus Rencana Allah, Siapa yang Menang?

Hamka Suyana. foto: arbaswedan

Oleh Hamka Suyana *)

semarak.co-Tanggal 20 Oktober 2024 adalah tanggal istimewa yang dinantikan oleh seluruh rakyat karena menurut aturan konstitusi, merupakan momentum pergantian kepemimpinan nasional. Apakah Presiden dan Wapres Terpilih, akan resmi memimpin Indonesia atau justru akan berujung pada kegagalan.

Bacaan Lainnya

Sebelum diuraikan tentang kemunculan pratanda garis nasib mereka, perlu kiranya saya sampaikan pemahaman tentang proses terjadinya Garis Tangan. Garis tangan kehidupan seseorang,  terjadi karena 2 faktor yaitu:

  1. “Faktor Langit” adalah istilah untuk menyebutkan mutlaknya kekuasaan Allah yang mencapai 90% dari total penyebab kejadian.
  2. “Faktor Bumi” adalah istilah untuk menyebutkan usaha maksimal kemampuan manusia yang mencapai 10% dari total penyebab kejadian.

Rencana dan usaha maksimal kemampuan manusia akan SUKSES jika bersinergi atau selaras antara faktor bumi dengan faktor langit, yang dalam bahasa agama disebut mendapat izin Allah.

Namun, rencana dan usaha maksimal kemampuan manusia akan GAGAL jika bertentangan antara faktor bumi dengan faktor langit, yang dalam bahasa agama disebut tidak diizinkan Allah.

Sejak seorang manusia merencanakan sesuatu untuk meraih “cita-cita” hingga garis finish ikhtiar yang dilakukan, pasti melibatkan dua kemampuan pikiran yaitu :

  1. Aktivasi Pikiran Sadar (PS) yang berkemampuan 10% s.d. 12% dengan pusat pengendali otak kiri dan totalitas kemampuan yang bersangkutan.
  2. Aktivasi Pikiran Bawah Sadar (PBS) yang berkemampuan 88% s.d. 90% yang berpusat pada fungsi Otak Kanan yang digerakkan langsung oleh Allah, tanpa disadari oleh yang bersangkutan.

Berdasarkan teori di atas, maka akan berakhir SUKSES atau GAGAL sudah terbangun sejak awal melakukan ikhtiar. Bagi yang endingnya SUKSES, sejak mengawali ikhtiar, selama menjalani proses hingga ending atau finish, sudah memilih koridor atau jalur menuju sukses, karena terjadinya sinergitas antara Pikiran Sadar dengan Pikiran Bawah Sadar.

Begitu pula sebaliknya. Bagi yang endingnya GAGAL, maka tanpa disadari, ia “memilih” koridor atau jalur yang berstart pada “lintasan” kegagalan, akibat bertolak belakangnya antara Pikiran Sadar dengan Pikiran Bawah Sadar.

Dengan mengacu pada pemahaman di atas yang dikaitkan dengan pratanda yang sudah bermunculan dari alam bawah sadar Presiden dan Wapres Terpilih, maka berpotensi besar akan berujung kegagalan.

Tanda-tandanya antara lain, semakin mendekati hari pelantikan, alam bawah sadar atau alam perasaan Presiden Terpilih diwarnai sakit hati dan marah besar kepada Wakil Presiden Terpilih. Padahal antara Presiden dengan Wapres bisa diibaratkan hubungan antara suami dengan istri.

Apa yang terjadi dalam rumah tangga yang akan dibangun, jika jejak digital si istri terbukti menghina sang suami? Pastilah cinta akan sirna berganti dengan amarah dan dendam.

Seseorang yang sedang dilanda sakit hati, amarah, dan dendam karena harga dirinya dihina, cenderung akan mengikuti gejolak hawa NAFSU, jauh dari bisikan jernihnya suara NURANI.

Semakin mendekati tanggal 20 Oktober 2024, merupakan hari-hari yang “menyiksa” batin sang Presiden Terpilih karena “duri hinaan” yang dilontarkan sang Wapres Terpilih sangat menyakitkan hati.

Sang Presiden Terpilih sudah berada di tubir jurang kegagalan karena efek domino dari garis nasib yang akan dialami Wapres Terpilih. Ia akan gagal sebelum pelantikan atau tumbang setelah dilantik, niscaya akan menyeret Sang Presiden Terpilih, untuk bersama-sama “menikmati” kegagalan. Sejarah kelam Pilpres 2024 sudah mencatat dengan tinta merah.

Presiden Terpilih bisa mendapatkan tiket legalitas konstitusi dinyatakan sebagai pemenang oleh KPU karena jasa besar “Sang Bapak” yang sedang pegang kekuasaan, yang dengan otoritas yang dimiliki, mampu mensetting kemenangan 58% setahun sebelum pelaksanaan Pilpres.

Hadiah settingan kemenangan 58% dari Sang Bapak, diperuntukkan bagi Sang Anak atau Wapres Terpilih, bukan diperuntukkan bagi Presiden Terpilih. Itu maknanya, Sang Bapak tidak mungkin akan tinggal diam. Apabila Wapres Terpilih berakhir kegagalan, maka nasib yang sama pun akan ditimpakan pula kepada Sang Presiden Terpilih.

Fenomena kemunculan pratanda yang tidak terduga berupa meledaknya jejak digital hinaan Wapres Terpilih kepada Presiden terpilih, bisa dimaknai sebagai pratanda Qur’ani ayat 54 Ali Imran sedang berproses menuju pembuktian janji Allah. Allah berfirman,

وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ  ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ

Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Āli ‘Imrān [3]:54)

Kemenangan Pilpres yang diperoleh dengan melakukan tipu daya, maka mutlak menjadi urusan Allah untuk membalas tipu daya mereka. Wallahu a’lam bishshowab

Taman Sasyuik, 10-10-2024

*) Pengamat Kemunculan Pratanda

Pos terkait