Reklamasi Ancol Okay

Zeng Wei Jian. foto: helmiadamchannel.com

by Zeng Wei Jian

semarak.co– Akhirnya Gubernur Anies Baswedan mengakui “Perluasan Daratan” itu ya reklamasi. Euphemism & Jualan Agama. Modus TGUPP. Berantakan. Dikiranya semua orang itu tolol.

Bacaan Lainnya

Ahoker nyantai. Ngga keberatan dengan Reklamasi Ancol. Ngga berarti mereka dukung. Ada tidaknya reklamasi, it does not matter.

Di mata Ahoker, Gubernur Anies Baswedan adalah representasi dari golongan hard-liner, rasis & radikal. Apa pun program bagus yang dirilis Anies Baswedan ngga mengubah tipologi politik.

Kecaman kraz justeru datang dari Lawyer Ali Lubis. Ada 13 diktum. Baginya Kepgub 237/2020 bersifat misterius. Punya potensi diskriminatif rasial. Terakhir Ali Lubis berpesan: Jangan Politisasi Salah Satu Agama hanya demi Ambisi Pribadi.

Anggota DPRD Gilbert Simanjuntak & Basri Baco sama kaya Ali Lubis. Keras mengkritik Reklamasi Ancol Gubernur Anies Baswedan. Ngutip dugaan kepentingan cukong. Dagangan terakhir Anies Baswedan adalah soal ilusi “Keberpihakan”.

Formula E itu demi kepentingan semua lapisan. Anak borjuis bisa ngebut-ngebutan. Eksis. Pamer kekayaan orang tua. Rakyat kecil bisa dagang kacang rebus & air mineral di radius 2 kilometer di luar arena.

Ali Lubis ngga usah bingung soal “Dasar Hukum” legalisasi proyek. Ini diskresi. Modus Ahok. Sah secara aturan. Sambil jalan, Revisi Perda RDTR diajukan. Kongkalikong dengan DPRD.

Ali Lubis benar saat mempertanyakan pengelolaan 95% lahan. Gubernur Anies Baswedan pun benar. Reklamasi Ancol beda dengan Reklamasi 17 pulau Ahok.

Proyek Ancol diserahkan ke BUMD Pembangunan Jaya Ancol. Grup Ciputra menguasai 17% sahamnya. Ngga disebut-sebut dalam penjelasan terakhir Gubernur Anies Baswedan.

Lahan dikuasai negara. Pengelolaannya nanti dikasi kepada Cukong. Modusnya Hak Pengelolaan Lahan (HPL) berjangka waktu 20 tahun. Pembahasan DPRD akan menentukan HGB dan Hipotik.

Kapitalisme membuat segalanya. Value diciptakan oleh market transactions. Social costs & ecological impacts does not matter.

Reklamasi Ancol ngga ada urusannya dengan upaya menciptakan people’s better life index. Rakyat cukup disogok dengan rumah ibadah & museum. Karena ngga mungkin kan, seorang warga bedeng bernama Edot Daeng Ratte memperoleh HPL Reklamasi Ancol. Pastinya dia-dia lagi. Mulai dari Jusuf Kalla sampai Aguan.

 

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *