Rakyat Palestina Senang Kekalahan Trump, Isyaratkan Pembatalan Boikot Politik

Presiden Palestina Mahmoud Abbas menghadiri pertemuan secara daring dengan faksi-faksi Palestina di Ramallah, Tepi Barat, Kamis (3/9/2020) untuk membahas mengenai kesepakatan Israel dan Uni Emirat Arab untuk menormalisasi hubungan. Foto: internet

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengucapkan selamat kepada presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden dalam sebuah pernyataan, Minggu (8/11/2020), yang mengindikasikan bahwa Palestina akan membatalkan boikot politik selama tiga tahun terhadap Gedung Putih AS.

semarak.co-Seperti diketahui, Abbas telah memutus semua urusan politik dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump menyusul keputusan pemimpin AS itu pada 2017 untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar AS ke sana.

Bacaan Lainnya

“Saya mengucapkan selamat kepada Presiden terpilih Joe Biden atas kemenangannya sebagai Presiden Amerika Serikat untuk periode mendatang,” kata Abbas melalui pernyataan yang dikeluarkan kantornya di Kota Ramallah, Tepi Barat seperti dilansir Reuters, Minggu (8/11/2020).

Pernyataan resmi itu melanjutkan, “Saya berharap dapat bekerja sama dengan presiden terpilih dan pemerintahannya untuk memperkuat hubungan Palestina-Amerika dan untuk mencapai kebebasan, kemerdekaan, keadilan, dan martabat bagi rakyat kami.”

Tindakan-tindakan Trump yang melanggar kebijakan AS selama puluhan tahun, telah membuat Israel senang tetapi membuat marah Palestina yang mengklaim Yerusalem timur sebagai ibu kota masa depan dan menganggap dukungan Trump untuk Israel merusak tujuan kenegaraan mereka sendiri.

Boikot Abbas populer di kalangan masyarakat Palestina yang merayakan kekalahan Trump di jalanan. Namun meski kontak keamanan dengan Washington berlanjut di belakang layar, pimpinan Palestina merasa semakin terisolasi.

Utamanya setelah Israel menandatangani perjanjian dengan negara-negara Teluk Arab untuk menormalisasi hubungan. “Pada hari-hari sebelum pemilihan, lingkaran dalam Abbas bertemu untuk membahas apakah mereka harus melanjutkan kontak politik dengan Gedung Putih jika Biden menang,” ujar seorang pejabat Palestina.

Bassam Al-Salhe, seorang anggota senior Organisasi Pembebasan Palestina yang dipimpin Abbas, mengatakan pada Minggu bahwa boikot itu terutama terkait dengan apa yang disebutnya sebagai kebijakan permusuhan dari pemerintahan Trump.

“Ketika Biden mengumumkan bahwa ini akan berubah dan dia mengumumkan selama kampanye pemilihannya tidak akan ada alasan untuk boikot,” ujar Al-Salhe.

Biden mengatakan dia akan mengembalikan pendanaan ke Tepi Barat dan Gaza yang sebelumnya ditarik Trump, termasuk bantuan yang diberikan melalui Badan Pembangunan Internasional AS dan badan-badan PBB.

Biden pada masa lalu menentang pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki. Ia juga dan menyuarakan dukungan untuk solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, sebuah formula yang akan mewujudkan pendirian negara Palestina pada masa depan yang hidup berdampingan dengan Israel.

Namun, dia kemungkinan tidak akan membalikkan keputusan mengenai Yerusalem dan kedutaan. Biden juga telah menyambut pemulihan hubungan Israel dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Sudan bahkan ketika Palestina mengutuk tindakan itu.

Di antara warga Palestina yang paling terpukul oleh Trump adalah kalangan pengungsi. Trump pada 2018 memutuskan untuk memotong semua pendanaan AS sebesar lebih dari USD300 juta (sekitar Rp4,2 triliun) per tahun kepada UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina.

“Kekalahan Trump adalah keuntungan bagi kami, bagi rakyat Palestina, karena dia telah menjual perjuangan Palestina. Sejak dia menjabat sampai dia pergi, dia berusaha menghapus identitas Palestina,” kata Anwar Abu Amira (38), seorang pengungsi di Kamp Pantai Gaza.

Analis politik Gaza Hani Habib mengatakan kemenangan Biden akan mendorong Abbas untuk kembali terlibat dalam negosiasi dengan Israel, sebuah langkah yang telah lama diserukan oleh komunitas internasional.

Dia mengatakan langkah itu mungkin mempersulit upaya Abbas untuk berdamai dengan saingan utamanya di dalam negeri, gerakan Islam Hamas, meskipun Habib mengatakan Biden tidak akan segera menyentuh masalah itu.

“Dalam hal kebijakan luar negeri, Biden memiliki masalah yang jauh lebih penting dan mendesak daripada konflik Israel-Palestina seperti Iran, NATO, dan aliansi dengan Eropa,” ujarnya.

Kepergian Presiden Amerika Serikat Donald Trump dari Gedung Putih akan melegakan rakyat Palestina di bawah pendudukan Israel, kata para pemimpin Palestina, Minggu (8/11/2020) yang dilansir anadolu.

Utusan khusus Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Shaath, mengatakan kepada Anadolu bahwa pemerintahan Trump adalah yang terburuk bagi rakyat Palestina. Anggota senior Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi, menyerukan penyesuaian ulang dari AS.

“Bagi kami, ini sebuah keuntungan dari lengsernya Trump. Namun, kami tidak memperkirakan akan ada perubahan strategis yang esensial dalam sikap Amerika terhadap perjuangan Palestina,” ia melanjutkan.

Sekretaris Jenderal Inisiatif Nasional Palestina (PNI), Mustafa Barghouti, merasa senang dengan hasil pemilu AS. Menurutnya, Trump merupakan peradaban presiden Amerika terburuk yang ditemui di zaman modern.

“Trump merusak hubungan dan politik internasional. Apa yang disebut ‘Kesepakatan Abad ini’ merupakan hal terburuk yang dilakukannya bagi rakyat Palestina,” katanya.

Gerakan Mujahidin, bagian dari perlawanan Palestina, turut mengomentari hasil pemilu AS dan menyebutkan kejatuhan Trump sama dengan ambruknya seluruh sistem yang mengkhianati rakyat mereka sendiri dan Palestina.

Israel menduduki wilayah Palestina, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza pada 1967. Rakyat Palestina menginginkan wilayah-wilayah itu menjadi bagian dari pembentukan negara Palestina pada masa depan. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *