Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia DKI Jakarta (PWI Jaya) menggelar orientasi wartawan angkatan pertama di gedung Sasana Krida markas PWI Jaya, kawasan Duta Merlin, Jakarta Pusat, Sabtu (6/7/2019).
Program perdana pengurus periode 2019-2024 ini meloloskan 48 dari total 70 peserta untuk ikut orientasi wartawan yang bertujuan mencari para pewarta berkualitas dan memahami tugasnya sebagai seorang wartawan profesional.
Sekretaris umum PWI Jaya Kesit Budi Handoyo mengatakan, mereka yang tidak lolos hanya karena masalah administrasi. Ada 14 berkas pendaftar yang dikembalikan karena tidak terpenuhinya persyaratan yang ada, salah satunya sisi badan hukumnya bukan pers.
“Biasanya pada pelaksanaan Orientasi Wartawan sebelumnya peserta normalnya dibatasi hanya berjumlah 40 orang, namun karena antusiasme peserta pendaftar yang melebihi target, maka setelah dilakukan pemeriksaan berkas secara detail, hanya 48 peserta yang lolos,” papar Kesit yang sekaligus pemateri sesi ketiga berisi pedoman penulisan berita.
Acara ini memang menjadi ajang PWI Jaya untuk merekrut anggota-anggota baru sekaligus memperbarui anggota lama yang kartu anggotaannya sudah hilang atau tidak aktif lagi.
“Nah kami tidak mengedepankan kuantitas, tapi kualitas. Makanya dibatasi hanya 40 peserta. Sekarang 48 orang karena antusiasme terhadap pengurus baru ini begitu besar, jadi kami apresiasi,” ungkap Kesit didampingi Ketua PWI Jaya Sayyid Iskandarsyah.
Adanya orientasi ini, kutip Kesit, diharapkan seluruh anggota PWI Jaya bisa memahami peran, hak dan tanggungjawabnya saat menjalankan tugas sebagai wartawan di mana pun bertugas.
Termasuk menjunjung tinggi nilai organisasi ini. “Orientasi ini memastikan marwah organisasi PWI sebagai rumah bersama bagi para wartawan profesional untuk menyampaikan berita sesuai kode etik jurnalistik,” papar Kesit, pengamat sepak bola.
Dalam acara orientasi ini peserta dibekali dengan berbagai materi. Mulai sesi pertama tentang penjelasan pedoman dasar/pedoman rumah tangga PWI. Sesi kedua materi Penerapan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) UU No. 40/1999 tentang Pers Pedoman Pemberitaan Media Siber dan Pedoman Pemberitaan Ramah Anak pada Karya Jurnalistik oleh Ketua Komisi Kompetensi PWI Pusat, Kamsul Hasan.
Pada sesinya, Kesit mengatakan dalam sebuah berita harus memenuhi unsur 5W (Who, What, Why, Where dan When) + 1 H (How). Menulis berita, dasarnya bagi wartawan dalam menjalankan tugas dan fungsinya, wartawan harus bisa menulis dan memahami Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Banyak sekali yang harus dipahami di dalam dunia wartawan. “Dalam sebuah berita ada tiga unsur, pertama Judul, kedua Lead dan ketiga Body,” tandasnya.
Ketua PWI Jaya, Sayyid Iskandarsyah mengatakan, orientasi ini digelar dalam rangka mewujudkan insan pers yang profesional dan bermartabat. “Demi meningkatkan gagasan kualitas wartawan profesional, saya berharap dalam acara ini dapat menjadi pelajaran ilmu bagi kita semua. Jadi tidak ada lagi wartawan tak mengerti kode etik jurnalistik,” ucap Sayyid dalam sambutannya.
Wakil Ketua Bidang Kesejahteraan PWI Jaya Tb Adhi menanggapi peserta yang memiliki pengalaman lengkap sebagai wartawan di media cetak, online, radio dan televisi juga meliput sejumlah ajang olahraga dan umum baik di dalam maupun luar negeri. “Banyak wartawan begitu kritis saat ini, terlihat dari tujuh penanya usai materi dibawakan,” kata Tb Adhi pada sesinya.
Kamsul Hasan mengatakan, selama meliput lebih banyak membahas soal materi hukum. “Saya wartawan yang juga orang hukum sehingga saya boleh katakan, wartawan jangan menganggap apa yang diinfokan polisi itu sudah benar, tapi harus di teliti dan direcek lagi,” jelasnya.
Kamsul Hasan yang menyatakan banyak sekali menemukan pelanggaran pada sejumlah media mainstream hampir setiap harinya. Wartawan senior Poskota memaparkan secara detail rambu-rambu hukum bagi para wartawan dalam menjalankan tugas Jurnalistiknya.