KAMI SENANG MENDAKI BUKIT-BUKIT ROHANI
kami senang
mendaki bukit-bukit rohani
sepanjang dua puluh enam tahun
keluar dari air dosa
kolam baptisan
bertubuh lumut
hitam legam
kadangkala kaki kami
sering terjebak
dalam panas membara
api belerang
berbau kecacatan
sperma tunggal
kami senang mendaki bukit-bukit rohani
dalam rumah sengketa
yang dihuni ratusan kecoa
pecahan kaca di atas kepala
bacaan mantera
dalam tanah
berakar sampah perzinahan
berhamburan kesedihan
kepanikan tertinggal
di atas meja surat perkawinan
rajin ibadah
disodorkan pelayanan
kadang telanjang kemarahan
pada bangunan yang telah ditahbiskan
tanpa papan nama
dalam kota tua
dekat terminal bus ledakan bom ransel
nyaris mencuri nyawaku
yang kian terluka parah
kini telah kehilangan
jabatan orang lewi
maupun roh semangat
dibanting di atas tanah berkarat
kami senang mendaki bukit-bukit rohani
mengalir dari puncak gunung berapi
ada di sekitar kehidupan
masa dewasa pandai berpuisi ria
sampai kami menjadi
manusia yang tumbuh subur
dipeluk kitab suci
setiap pagi
sungguh
kami senang mendaki
bukit-bukit rohani
Jakarta, Minggu 11 Februari 2024
SEPI KAPAN MENCAIR
sunyi merayap
sepi tiarap
hening berharap
hidup nyaris kiamat
aku bertanya lagi,
tetapi pertanyaanku yang membeku
membentur jidat para pejabat
tak mau lagi berjabat erat
ketika berita kusebar
makin berkarat
ketika siaran kudendangkan
makin melarat
dengarlah,
oi, para pewarta
oi, para pujangga
di ujung otot usia menua
di muara ibu negeri
hijrah tumpah ruah
sepi
kapan mencair
akankah sampai
tiba
nyawa kita turun ke liang bumi
orang-orang mati
tak punya lagi
pengharapan
kepastian
Jakarta, Rabu, 31/1/2024
PERKAWINAN MEMBUSUK
perkawinan ini makin membusuk-
dipahat dengan air liur amarah berkepanjangan
dibenturkan suara jeritan ratusan hewan buas
yang muncul tiba-tiba
karena selalu ada kabar
kemurtadan hari kemarin
lalu segera dimasaknya
bumbu dan menu perkawinan
dalam dapur perapian
tempat para pendekar iblis
bertarung mau turun
ke dunia paling sunyi
nyaris menjelma menjadi seekor matahari terbenam
bintang-bintang berguguran
hari ketujuh jadi pesakitan
disiram air keras
sekeras hatinya yang kian
membatu
setelah melewati aliran-aliran sungai penghakiman
maka perkawinan harus menghadap pengadilan
semoga ada pasukan balatentara dari langit
yang mau jadi pembela
sehingga nama kita jangan sampai terhapus
dari kitab kehidupan
dari ayat-ayat suci hapalan
dari Tuhan yang masih kendali perkawinan
Jakarta, Senin, 22-1-2024
BERSAKSI
melalui layar zoom-
basah ditelan hujan malam
engkau masih di kamar mandi
mengguliti tulang-tulang tubuhmu
yang makin mencair
sebelum disampaikan khotbah tentang nubuatan
akhir zaman terlupakan
kuceritakan penderitaan
makin berkepanjangan
satu untuk para pahlawan iman
satu lagi untuk jamaah serabutan
aku tetap kelaparan
“seribu penyakit menular harus ditebar dalam rumah persinggahan, lihatlah tiap malam rembulan batuk darah minta suntikan obat-obatan dari rumah sakit orang miskin,” teriaknya dari atas tikar yang penuh dendam dan kebohongan
aku harus segera meditasi
kembali ke gua-gua kesunyian
mengais barang-barang loakan
lantaran anakku yang gagah perkasa
senantiasa berpesan penuh kemarahan
jangan ada lagi perkakas logam yang dijual
atau perangkat elektronik dijejer
di jantung kiri dan etalase kematian
datanglah kepada Tuhan Yesus, pesanmu
sebab dari bukit hambalang
deru angin sangat kencang
semua diselesaikan
satu siksaan
kapan berakhir
hari-hari tak punya kepastian
Jakarta, Senin 12 Februari 2024
PUISIKU BERLARILAH
puisiku
berlarilah
menuju matahari sorehari
yang bersinar dengan amarah
kemarau panjang
kering
mengerikan
meledakkan gunung batu
memangkas bukit rohani
sampai daun-daun ikut berguguran
di atas ranjang
ia sering menjilati masa lalunya
yang purba
sekarang ia menjelma
jadi perempuan
dikutuk ular berbisa
cemburu membuta
bila meneteskan airmata
diurai tali-tali maut
mau menjemput
Jakarta, Senin, 5 Februari 2024
TANAH TAK BERBUAH
pada hari ketujuh
amarah sudah disiram
bahan bakar kecemasan
ditusuk dari tulang-tulang tubuhmu
menjelma jadi kepanikan
yang kian lapar
kita harus segera berangkat
menuju rumah ibadah
menyenangkan
tepat waktu
damai dan tenang
langsung kutebang
pohon percakapan
untuk orang-orang paling terhina
janda melarat ataukah anak-anak yatim piatu
yang lahir pada tiang bangunan kepelesiran
setelah itu ada kudengar
kata-kata kasar sang mahaguru
khatam ayat-ayat suci bertebaran
tak berjarak
penuh dendam
nyaris bergumul
airmata berdarah-darah
berhari-hari kata batin
jadi suatu pikiran penyesalan
paling memalukan
terkapar sampai di atas ranjang
lalu manusia rohaniku
terkubur rapi
di hamparan tanah
tak bertumbuh
tak berbuah
bahkan kini sampai membusuk
bau racunnya terus menyebar
ke pangkuan ibunda
dan perempuan lansia
masihkah kita
jadi pasangan sehati
dengan nama baptis
tercatat pada kitab kehidupan
semoga saja
Jakarta, Selasa 21 Februari 2023
MEDITASI BATU
pada akhirnya
kutikam pertarungan
berulangkali
tanpa belati tajam
amarah manusia lama
meledak dari lautan
paling dalam
maka harus kuakhiri
dengan meditasi batu
untuk menabur suara ilahi
di tanah yang berbuah
tanpa harus melirik
tabiat orang lain
karena aku wajib
menjadi manusia baru
Jakarta, Selasa 21 Februari 2023
BIODATA:
Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada Juli 1977. Setelah itu karya puisinya sejak 1980 sampai 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta tayang (dipublish) di 192 media online/website dan majalah digital baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke negara Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India. Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi Tunggal. Saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.
Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW), Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta (KSJ), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan, Forbes TIM, dan Sastra Semesta.
Sering diundang baca puisi, khususnya di PDS.HB.Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Bekerja sebagai wartawan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. (smr)