Puisi-puisi Karya Pulo Lasman Simanjuntak

Pulo Lasman Simanjuntak saat membaca puisi karyanya di satu kesempatan. Foto: dokpri

KAMI SENANG MENDAKI BUKIT-BUKIT ROHANI

kami senang

Bacaan Lainnya

mendaki bukit-bukit rohani

sepanjang dua puluh enam tahun

keluar dari air dosa

kolam baptisan

bertubuh lumut

hitam legam

 

kadangkala kaki kami

sering terjebak

dalam panas membara

api belerang

berbau kecacatan

sperma tunggal

 

kami senang mendaki bukit-bukit rohani

dalam rumah sengketa

yang dihuni ratusan kecoa

pecahan kaca di atas kepala

bacaan mantera

dalam tanah

berakar sampah perzinahan

berhamburan kesedihan

 

kepanikan tertinggal

di atas meja surat perkawinan

rajin ibadah

disodorkan pelayanan

kadang telanjang kemarahan

pada bangunan yang telah ditahbiskan

tanpa papan nama

dalam kota tua

dekat terminal bus ledakan bom ransel

nyaris mencuri nyawaku

yang kian terluka parah

 

kini telah kehilangan

jabatan orang lewi

maupun roh semangat

dibanting di atas tanah berkarat

 

kami senang mendaki bukit-bukit rohani

mengalir dari puncak gunung berapi

ada di sekitar kehidupan

masa dewasa pandai berpuisi ria

sampai kami menjadi

manusia yang tumbuh subur

dipeluk kitab suci

setiap pagi

 

sungguh

kami senang mendaki

bukit-bukit rohani

Jakarta, Minggu 11 Februari 2024

 

SEPI KAPAN MENCAIR

sunyi merayap

sepi tiarap

hening berharap

hidup nyaris kiamat

 

aku bertanya lagi,

tetapi pertanyaanku yang membeku

membentur jidat para pejabat

tak mau lagi berjabat erat

 

ketika berita kusebar

makin berkarat

ketika siaran kudendangkan

makin melarat

 

dengarlah,

oi, para pewarta

oi, para pujangga

di ujung otot usia menua

di muara ibu negeri

hijrah tumpah ruah

 

sepi

kapan mencair

akankah sampai

tiba

nyawa kita turun ke liang bumi

orang-orang mati

tak punya lagi

pengharapan

kepastian

Jakarta, Rabu, 31/1/2024

 

PERKAWINAN MEMBUSUK

perkawinan ini makin membusuk-

dipahat dengan air liur amarah berkepanjangan

dibenturkan suara jeritan ratusan hewan buas

yang muncul tiba-tiba

karena selalu ada kabar

kemurtadan hari kemarin

 

lalu segera dimasaknya

bumbu dan menu perkawinan

dalam dapur perapian

tempat para pendekar iblis

bertarung mau turun

ke dunia paling sunyi

 

nyaris  menjelma menjadi seekor matahari terbenam

bintang-bintang berguguran

hari ketujuh jadi pesakitan

disiram air keras

sekeras hatinya yang kian

membatu

 

setelah melewati aliran-aliran sungai penghakiman

maka perkawinan harus menghadap pengadilan

 

semoga ada pasukan balatentara dari langit

yang mau jadi pembela

sehingga nama kita jangan sampai terhapus

dari kitab kehidupan

dari ayat-ayat suci hapalan

dari Tuhan yang masih kendali perkawinan

Jakarta, Senin, 22-1-2024

 

BERSAKSI

melalui layar zoom-

basah ditelan hujan malam

engkau masih di kamar mandi

mengguliti tulang-tulang tubuhmu

yang makin mencair

sebelum disampaikan khotbah tentang nubuatan

akhir zaman terlupakan

 

kuceritakan penderitaan

makin berkepanjangan

satu untuk para pahlawan iman

satu lagi untuk jamaah serabutan

aku tetap kelaparan

 

“seribu penyakit menular harus ditebar dalam rumah persinggahan, lihatlah tiap malam rembulan batuk darah minta suntikan obat-obatan dari rumah sakit orang miskin,” teriaknya dari atas tikar yang penuh dendam dan kebohongan

 

aku harus segera meditasi

kembali ke gua-gua kesunyian

mengais barang-barang loakan

lantaran anakku yang gagah perkasa

senantiasa berpesan penuh kemarahan

jangan ada lagi perkakas logam yang dijual

atau perangkat elektronik dijejer

di jantung kiri dan etalase kematian

 

datanglah kepada Tuhan Yesus, pesanmu

sebab dari bukit hambalang

deru angin sangat kencang

semua diselesaikan

satu siksaan

kapan berakhir

hari-hari tak punya kepastian

Jakarta, Senin 12 Februari 2024

 

PUISIKU BERLARILAH

puisiku

berlarilah

menuju matahari sorehari

yang bersinar dengan amarah

kemarau panjang

kering

mengerikan

 

meledakkan gunung batu

memangkas bukit rohani

sampai daun-daun ikut berguguran

 

di atas ranjang

ia sering menjilati masa lalunya

yang purba

 

sekarang ia menjelma

jadi perempuan

dikutuk ular berbisa

cemburu membuta

 

bila meneteskan airmata

diurai tali-tali maut

mau menjemput

Jakarta, Senin, 5 Februari 2024

 

TANAH TAK BERBUAH

pada hari ketujuh

amarah sudah disiram

bahan bakar kecemasan

ditusuk dari tulang-tulang tubuhmu

menjelma jadi kepanikan

yang kian lapar

 

kita harus segera berangkat

menuju rumah ibadah

menyenangkan

tepat waktu

damai dan tenang

 

langsung kutebang

pohon percakapan

untuk orang-orang paling terhina

janda melarat ataukah anak-anak yatim piatu

yang lahir pada tiang bangunan kepelesiran

 

setelah itu ada kudengar

kata-kata kasar sang mahaguru

khatam ayat-ayat suci bertebaran

tak berjarak

penuh dendam

nyaris bergumul

airmata berdarah-darah

 

berhari-hari kata batin

jadi suatu pikiran penyesalan

paling memalukan

terkapar sampai di atas ranjang

 

lalu manusia rohaniku

terkubur rapi

di hamparan tanah

tak bertumbuh

tak berbuah

 

bahkan kini sampai membusuk

bau racunnya terus menyebar

ke pangkuan ibunda

dan perempuan lansia

 

masihkah kita

jadi pasangan sehati

dengan nama baptis

tercatat pada kitab kehidupan

semoga saja

Jakarta, Selasa 21 Februari 2023

 

MEDITASI BATU

pada akhirnya

kutikam pertarungan

berulangkali

tanpa belati tajam

 

amarah manusia lama

meledak dari lautan

paling dalam

 

maka harus kuakhiri

dengan meditasi batu

untuk menabur suara ilahi

di tanah yang berbuah

 

tanpa harus melirik

tabiat orang lain

karena aku wajib

menjadi manusia baru

Jakarta, Selasa 21 Februari 2023

 

BIODATA:

Pulo Lasman Simanjuntak, dilahirkan di Surabaya 20 Juni 1961. Menulis puisi pertama kali berjudul IBUNDA dimuat di Harian Umum KOMPAS pada Juli 1977. Setelah itu karya puisinya sejak 1980 sampai 2024 telah dimuat di 23 media cetak (koran, suratkabar mingguan, dan majalah) serta tayang (dipublish) di 192 media online/website dan majalah digital baik di Indonesia maupun di Malaysia.

Karya puisinya juga telah dipublikasikan ke negara Singapura, Brunei Darussalam, Republik Demokratik Timor Leste, Bangladesh, dan India. Karya puisinya juga telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi Tunggal. Saat ini tengah persiapan untuk penerbitan buku antologi puisi tunggal ke-8 diberi judul MEDITASI BATU.Selain itu juga puisinya terhimpun dalam 27 buku antologi puisi bersama para penyair seluruh Indonesia.

Saat ini sebagai Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), anggota Sastra ASEAN, Dapur Sastra Jakarta (DSJ) Bengkel Deklamasi Jakarta (BDJ) Sastra Nusa Widhita (SNW), Pemuisi Nasional Malaysia, Sastra Sahabat Kita (Sabah, Malaysia), Komunitas Dari Negeri Poci (KDNP), Taman Inspirasi Sastra Indonesia (TISI), Kampung Seni Jakarta (KSJ), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia, Sastra Reboan, Forbes TIM, dan Sastra Semesta.

Sering diundang baca puisi, khususnya di PDS.HB.Jassin,  Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Bekerja sebagai wartawan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. (smr)

Pos terkait