PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) terkena dampak lesunya penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) sektor perbankan, pada pembiayaan sekunder perumahan. Penyaluran pembiayaan sekunder perusahaan pelat merah ini hanya tumbuh 3,5% jika dibanding secara tahunan atau year on year (yoy). Dari segi kinerja, SMF membukukan laba bersih mencapai Rp 213,78 miliar per Juni 2017. Ini naik 29% secara yoy. Laba tertopang pendapatan yang meningkat 23% menjadi Rp 575,22 miliar.
Seperti diketahui, kinerja BUMN spesialis pembiayaan sekunder perumahan ini sangat bergantung dari kredit bank. Bank telah menjadi klien utama dari penyaluran pembiayaan sekunder yang menjadi bisnis inti SMF. Saat ini, SMF telah bermitra dengan dua bank konvensional yakni Bank BTN dan Bank Mandiri. Mitra bank syariah ada enam dan sebelas Bank Pembangunan Daerah (BPD). Selain itu, perusahaan juga menggandeng tujuh multifinance.
Direktur SMF Heliantopo mengatakan, per Juni 2017 penyaluran pembiayaan SMF untuk perumahan mencapai Rp 4,25 triliun. Atau naik dari Juni Rp 4,19 triliun per Juni 2016. Pertumbuhan yang tipis ini karena lesunya penyaluran KPR di sektor perbankan yang berimbas pada SMF. Di sisi lain untuk menambah jumlah mitra bank tidaklah mudah, khususnya menjaring bank swasta.
“Saat bank menahan diri untuk menyalurkan kredit. Kami juga tidak bisa memaksa target pertumbuhan bisnis,” terang Heliantopo dalam paparan kinerja perusahaan, di gedung SMF, kawasan Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (14/7).
Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo mengakui kesulitan perusahaannya merambah bank swasta adalah karena perbedaan karakter nasabah yang dibiayai. Bank swasta saat ini lebih fokus pada nasabah KPR dengan nilai di atas Rp 750 miliar. Sementara SMF membidik bank penyalur KPR dengan nilai di bawah Rp 750 miliar dengan segmen masyarakat menengah ke bawah. “Perbedaan segmen inilah yang menjadi kendala. Selain juga karena bank swasta kemungkinan mendapat dana lebih murah,” kata Ananta.
Soal pendanaan yang lebih murah, Ananta menegaskan bahwa bunga yang ditetapkan SMF kepada mitranya tetap kompetitif. Ia menyebut rata-rata bunga yang diberikan di bawah 10%. Atas pencapain tersebut SMF optimis potensi pembiayaan lebih besar akan terjadi pada tahun 2017. Sebab BUMN spesialis penyalur pinjaman KPR ini membidik Bank Pembiayaan Daerah (BPD) dan lembaga keuangan lain lebih banyak lagi. “BPD memiliki keunggulan dengan pangsa pasar yang menjangkau PNS dan BUMD. Kami ingin pembiayaan perumahan di daerah lebih optimal lagi,” tukasnya.
Selama ini SMF kerjasama dengan BPD yakni penyedian standard operasional prosedur (SOP) KPR sebagai standar dalam penyaluran KPR bagi BPD. Selain BPD, multifinance juga menjadi sasaran SMF. Per Juni SMF telah menyalurkan pinjaman kepada 3 multifinance. “Akan ada 24 BPD yang disasar untuk menjadi mitra SMF tahun ini, dengan memprioritaskan BPD yang berasal ke wilayah timur Indonesia. Per Juni 2017 total penyaluran SMF ke BPD telah mencapai Rp 2 triliun, adapun tiga BPD dengan penyaluran pembiayaan tertinggi SMF ke BPD Kalimantan Selatan (Kalsel), BPD Jawa Tengah dan BPD Sumatra Utara,” rincinya.
Secara kumulatif pembiayaan SMF per Juni mencapai Rp 32,64 triliun naik 33,5% dari Rp 24,44 triliun per Juni 2016. Adapun komposisinya yakni untuk pembiayaan perumahan sebesar Rp 24,29 triliun dan sekuritisasi Rp 8,15 triliun.
SMF telah menyalurkan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 74,56% per Juni dari target tahun 2017 sebesar Rp 5,7 triliun. Pembiayaan SMF telah mencapai Rp 4,25 triiliun sampai semester 1. “Tahun ini minat berbagai institusi penyalur KPR untuk memperoleh pendanaan semakin meningkat. Hal tersebut turut mendongkrak penyaluran pembiayaan SMF sepanjang semester satu,” klaim Ananta. (lin)