PT PP mencatatkan pendapatan konsolidasi sebesar Rp 11,5 triliun, hingga 31 Agustus 2017 atau tumbuh sebesar 19 persen secara year-on-year dibanding pencapaian per delapan bulan 2016, sebesar Rp9,7 triliun. Posisi keuangan dan realisasi kontrak baru hingga akhir September 2017 ini dari kontribusi Divisi Konstruksi dan EPC di induk perusahaan mencapai sebesar 76,2 persen dari total pendapatan konsolidasi PTPP, sebelum eliminasi. Sedangkan 23,8 persen sisanya disumbangkan entitas-entitas anak PTPP.
Direktur utaa PT PP Tumiyana mengatakan, perseroan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp836 miliar diperiode yang sama tahun ini, dibanding pencapaian sebesar Rp530 miliar, per delapan bulan 2016. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 58 persen secara year-on-year. Pencapaian ini terutama didorong kemampuan operasional perseroan. Di mana laba usaha PTPP selama delapan bulan 2017 ini berhasil mencapai Rp1,3 triliun. Sebagai catatan, perseroan mencatat laba usaha per semester I-2017 sebesar Rp889 miliar.
“Perseroan akan terus mengejar keunggulan operasional untuk menjaga baik pertumbuhan pendapatan maupun kualitas laba di tengah pasar konstruksi yang kompetitif,” tulis Tumiyana dalam rilisnya, Minggu (1/10).
Posisi keuangan yang sehat dan kuat, rinci Tumiyana, terlihat per 31 Agustus 2017, posisi kas dan setara kas termasuk Investasi Jangka Pendek Perseroan mencapai Rp5,7 triliun dengan total Utang Berbunga (Interest Bearing Debt) sebesar Rp7,9 triliun dan modal sebesar Rp11,9 triliun. Dengan demikian, rasio gearing dan net gearing per 31 Agustus 2017 masing-masing mencapai 0,66x dan 0,18x.
“Perseroan berkomitmen untuk menjaga kesehatan keuangan dan leverage tetap terkendali. Sehingga PTPP dapat terus tumbuh dalam koridor keuangan yang sehat. Selain itu, penilaian dari pihak ketiga, misalnya lembaga rating, juga menunjukkan kekuatan keuangan perseroan. PTPP memiliki rating korporasi serta Obligasi dan Medium-Term Notes (MTN) Single A Plus (“A+”) dengan outlook “Stabil” dari Lembaga Rating Pefindo, upgrade (lebih baik) dari tahun-tahun sebelumnya Single A (“A”). Perbaikan rating ini menunjukkan tingkat kesehatan dan kekuatan keuangan Perseroan dari pihak yang independen,” ujar Tumiyana dalam rilis perseroan.
Adapun dari pencapaian kontrak baru, sampai akhir September 2017, perseroan berhasil mencapai Rp31,9 triliun atau tumbuh sebesar 40,5 persen dibanding Rp22,7 triliun yang dicapai pada periode yang sama tahun sebelumnya. “Pencapaian kontrak baru sebesar 78,6 persen dari total target perseroan selama 2017 menunjukkan PTPP tetap on the right track,” ujar Tumiyana.
Kontribusi kontrak baru tersebut masing-masing berasal dari induk usaha sebesar Rp28,1 triliun dan anak perusahaan sebesar Rp3,8 triliun. Beberapa proyek yang berhasil diraih PTPP selama bulan September. Di antaranya: Bandar Udara Kulonprogo Yogyakarta sebesar Rp6,5 triliun, Transmart Bali Rp497 miliar, dan Jalan Tol Gempol-Pasauruan Rp423,5 miliar,” rincinya.
Dari sisi komposisi kepemilikan (project owner) perolehan kontrak baru sampai akhir September
2017 didominasi BUMN sebesar 60,8 persen, disusul swasta 28,9% dan pemerintah 10,2%. Dengan perolehan kontrak proyek Bandara Yogyakarta di September 2017, komposisi kontrak baru perseroan berdasarkan tipe pekerjaan terdiri dari Gedung (29,6%), Pelabuhan dan Bandara (28,5%), EPC (22,5%), Jalan dan Jembatan (16,5%), dan Irigasi (2,6%). “Eksposur PTPP terhadap proyek pemerintah tidak signifikan. Sedangkan dari sisi tipe pekerjaan, kontrak baru yang diraih sangat terdiversifikasi, sehingga portofolio kontrak baru ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dan mendorong profitabilitas Perseroan yang lebih baik,” tutupnya. (lin)