Tingkat pengangguran lulusan SMK sekitar 11,2 persen atau 1,7 juta jiwa, sedangkan lulusan pendidikan tinggi sekitar 5,9 persen atau 950.000 jiwa. Jadi artinya mereka ini merupakan pengangguran terdidik.
semarak.co -Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa meminta kampus tidak lagi mencetak lulusan yang nantinya menjadi pengangguran terdidik.
Karena itu, Suharso mengajak perguruan tinggi untuk melakukan refleksi sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkontribusi pada pembangunan bangsa. Perguruan tinggi hendaknya menjadi pusat pengetahuan, motor penggerak lahirnya inovasi-inovasi baru.
“Kami mengundang Universitas Pertamina, untuk bekerja sama dengan universitas kelas dunia. Saya kira Universitas Pertamina mampu menjadi perguruan tinggi yang memiliki keunggulan di bidang energi baru dan terbarukan,” terang Suharso dalam orasi ilmiah pada Dies Natalis Universitas Pertamina ke-4 di Jakarta, Selasa (4/2/2020).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kutip Suharso, mengalami peningkatan dari 68,9 pada 2014 menjadi 71,39 pada 2018. Begitu juga dengan tingkat pengangguran terbuka, yang mana pada 2019 turun tipis menjadi 5,28 persen.
Untuk lapangan kerja yang tercipta pada 2019 sebanyak 2,51 juta. Selama lima tahun (2015-2019), lapangan kerja yang tercipta mencapai 11,88 juta, melebihi target 10 juta lapangan kerja.
“Penciptaan kesempatan kerja terus didorong melalui investasi padat pekerja di sektor bernilai tambah tinggi dan sumber pertumbuhan baru, penumbuhan kewirausahaan, peningkatan ekspor dan penguatan rantai pasok,” ucapnya.
Ke depan, lanjut Suharso, pembangunan sumber daya manusia (SDM) fokus pada kebutuhan keterampilan industri masa depan yakni kemampuan kognitif, kemampuan sistem, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan proses, dan kemampuan teknis.
“Dalam hal ini, perguruan tinggi memiliki peran dalam penyiapan sumber daya manusia berkualitas, berdaya saing, dan berkarakter,” jelasnya.
Rektor Universitas Pertamina Prof Akhmaloka mengatakan, sejak didirikannya Universitas Pertamina pada empat tahun yang lalu, kampus itu memiliki semangat dalam membangun SDM yang berkualitas dan berkontribusi membangun ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memiliki dampak besar bagi kemajuan bangsa dan negara.
“Dalam membangun SDM yang unggul, perguruan tinggi harus tampil di garda terdepan. Perguruan tinggi adalah institusi yang memiliki kapasitas dan kapabilitas yang mumpuni dalam mencetak SDM yang kompetitif, inovatif, dan berkarakter yang mampu bersaing di tingkat global,” kata Akhmaloka.
Universitas Pertamina didirikan pada 11 Februari 2016 dan diresmikan Menristekdikti waktu itu, Prof Mohamad Nasir dan Direktur Utama PT Pertamina waktu itu Dwi Soetjipto. “Proporsi terbanyak bonus demografi hendaknya lulusan dari pendidikan vokasi,” saran Akhmaloka di tempat yang sama.
Indonesia sedang menyongsong bonus demografi, lanjut dia, beberapa lembaga survei asing memprediksi Indonesia akan sejajar dengan Tiongkok dan Amerika Serikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia pada 2045.
Dia menambahkan bonus demografi harus dipersiapkan dan dikembangkan mulai sekarang. Akhmaloka menjelaskan bonus demografi semestinya proporsi terbanyaknya diisi oleh lulusan program studi vokasi yang memiliki kualifikasi untuk bekerja dan berkontribusi di tengah masyarakat.
“Akan tetapi, tidak berarti kita meniadakan SDM unggul dari kalangan akademisi dan peneliti. Memang diperlukan kalangan pekerja terampil yang pada tahun 2030 diprediksi akan menjadi jumlah mayoritas penduduk Indonesia, namun tentu harus ada pula kalangan yang memiliki kemampuan akademik untuk melakukan penelitian dan inovasi teknologi baru,” terang Akhmaloka.
Mantan Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) itu melanjutkan revitalisasi pendidikan vokasi perlu menjadi arus utama pendidikan tinggi. SDM unggul yang memiliki keterampilan siap kerja dihasilkan melalui pendidikan vokasi.
“Kami mengapresiasi arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang kini memiliki dua Direktorat Jenderal (Ditjen) yang fokus di pendidikan tinggi, yaitu Ditjen Dikti dan Ditjen Vokasi. Ditjen Vokasi akan fokus menangani program studi dalam bidang vokasi (kejuruan), baik SMK maupun perguruan tinggi,” tambahnya.
Dalam hal penyiapan SDM, Universitas Pertamina turut serta dalam menyiapkan generasi unggul. Pada tahun 2045, lebih dari 60 persen penduduk Indonesia akan tergolong usia muda.
Dalam tataran teknis, Universitas Pertamina berkolaborasi dan bersinergi dengan pemerintah dan industri agar perencanaan program, desain kurikulum, dan standar pendidikan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.
“Dalam proses studi, kami mendorong mahasiswa untuk berprestasi tidak hanya di bidang akademik, namun juga non akademik. Tercatat, ada 216 prestasi yang diraih mahasiswa Universitas Pertamina sepanjang 2019,” tutup Akhmaloka. (net/lin)