Oleh Hamka Suyana *)
semarak.co-Setiap kejadian yang akan terjadi di alam semesta, sebelum tiba waktunya menjadi fakta, akan didahului dengan kemunculan pratanda atau tanda-tanda atau isyarat yang bersifat implisit atau masih tersembunyi.
Sehingga dibutuhkan pengetahuan khusus untuk menangkap dan membacanya. Tentang kemunculan pratanda dan perlu menangkap dan membacanya, sudah diperintahkan Allah secara implisit sebagaimana firman-Nya:
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّلْمُتَوَسِّمِيْنَۙ
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang memperhatikan (dengan saksama) tanda-tanda (itu). (Al-Ḥijr [15]:75)
Tidak terkecuali, sebelum tiba waktunya garis nasib Anies Baswedan berhak menjadi Presiden RI ke-8, sebaliknya Prabowo Subianto berpratanda akan bernasib seperti Pilpres 2014 dan Pilpres 2019, serta akhir kekuasaan Joko Widodo akan panen Tabungan Energi Negatif (TEN), sudah muncul pratandanya, jauh waktu hitungan tahun yang telah silam.
Kemunculan pratanda bahwa Anies Baswedan paling potensial menjadi Presiden RI ke-8, sedangkan Prabowo Subianto berpratanda akan gagal lagi mewujudkan ambisinya menjadi presiden, sudah saya tulis narasinya sejak Agustus 2022 hingga saat ini sehingga jumlahnya mencapai berpuluh judul.
Kini giliran menuliskan lanjutan kemunculan pratanda Presiden Joko Widodo yang berpeluang besar akan memasuki panen raya masa pencairan Tabungan Energi Negatif (TEN), dengan melihat pratanda fenomena implisit pelaksanaan upacara kenegaraan Peringatan Detik-Detik Proklamasi Tahun 2022, 2023, dan 2024.
1.Kemunculan pratanda di halaman Istana Merdeka, tanggal 17-8-2022.
Pemandangan ganjil yang menghapus suasana hikmad nuansa seremonial, terjadi pada upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 2022 di halaman Istana Merdeka, Jakarta.
Pada saat itu, ditampilkan sebuah acara hiburan yang belum pernah dilakukan pada peringatan hari bersejarah oleh para presiden yang pernah memimpin Indonesia.
Suasana hikmad upacara bersejarah lenyap ketika ditampilkan penyanyi bocil siswa SD dengan judul lagu “Aja Dibanding-bandingke”, yang artinya “Jangan dibanding-bandingkan”.
Istana memilih penyanyi cilik yang membawakan lagu bernuansa ungkapan keresahan hati, bisa dimaknai sebagai kemunculan pratanda suasana kebatinan Presiden Joko Widodo.
Kemungkinan, alam perasaan Presiden Joko Widodo sedang mengalami pergulatan batin yang hebat, disebabkan kemunculan analogi matahari kembar kepemimpinan nasional.
Secara eksplisit, Joko Widodo memang berkuasa sebagai presiden, tetapi aura atau pamor kepemimpinannya sudah pudar, kalah pamor dengan kepemimpinan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan yang semakin cemerlang.
Pergulatan batin akibat kalah persaingan pamor kepemimpinan menjadikan Presiden Joko Widodo sangat gusar. Sehingga, dengan sifat seperti dunia anak-anak yang masih buta hukum dan norma, berusaha memadamkan pamor cemerlang kepemimpinan Anies Baswedan dengan berbagai macam cara.
Itulah makna kemunculan pratanda pada upacara memperingati semangat perjuangan dan pengorbanan demi meraih kemerdekaan, justru menyuguhkan hiburan berupa lagu cengeng yang mengungkapkan aroma kecewa dan sakit hati.
2.Kemunculan pratanda di halaman Istana Merdeka, tanggal 17-8-2023.
Ada 2 macam kejadian pada upacara peringatan kenegaraan Detik-Detik Proklamasi di halaman Istana Merdeka Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2023 yang bisa dikatagorikan sebagai kemunculan pratanda.
Pertama; Presiden Joko Widodo yang bertindak sebagai inspektur upacara mengenakan pakaian raja mirip dengan pakaian Raja Mataram, Amangkurat I. Entah pertimbangan apa Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian lengkap, mirip dengan pakaian kebesaran Raja Amangkurat I.
Seorang raja yang dicatat dalam sejarah sebagai raja yang kejam. Para ulama dan tokoh Islam beserta keluarganya, berjumlah antara 5 ribu sampai 6 ribu orang, ditangkap dan dikumpulkan di alun-alun kemudian dibunuh. Terhadap keluarga sendiri pun sangat kejam. Mertua dan adiknya dibunuh.
Raja Amangkurat I tercatat dalam sejarah memindahkan Istana Kerajaan dari Kerta ke Pleret, yang memicu konflik yang berujung pemberontakan.
Ada kemiripan jejak sejarah antara kedua penguasa tersebut, yaitu sama-sama bertindak kejam terhadap rakyatnya. Dan, sama-sama memutuskan pemindahan Istana yang menimbulkan masalah.
Kedua; tidak ada yang tahu, siapakah yang punya ide dan usul lagu “Rungkad” dinyanyikan pada upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi tanggal 17 Agustus 2023 di halaman Istana Merdeka.
Mungkinkah Presiden Joko Widodo tidak menyadari bahwa di dalam lagu “Rungkad” tersimpan pesan atau isyarat buruk pada penggalan liriknya berbunyi, “Rungkad entek-entekan” yang artinya “Tumbang sampai ke akar akarnya.”
- Kemunculan pratanda di halaman Istana IKN tanggal 17-8-2024.
Pembangunan IKN Nusantara di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim dilatarbelakangi oleh ambisius hawa nafsu Presiden Joko Widodo. Padahal, jika membangun infrastruktur, apa pun jenisnya, yang hanya mengikuti hawa nafsu dan mengabaikan saran kebaikan, maka akan menjadi medan energi vibrasi negatif yang selalu memancarkan keburukan.
Permukaan bumi, yang secara kasat mata hanya berupa hamparan tanah tidak bernyawa, tetapi sesungguhnya, setiap jengkal tanah dan air (sungai, danau dan laut), ada pengaruhnya terhadap garis nasib, manusia yang berada di atasnya.
Andaikata bisa dilihat, sesungguhnya pada setiap jengkal tanah dan air yang terhampar di bumi, mirip Layar Sentuh Android yang penuh dengan simbol menu pilihan aplikasi. Dan, setiap simbol merupakan pintu masuk untuk eksplorasi aplikasi yang tersimpan di dalam pesawat android.
Dengan mengacu pada teori di atas, kawasan IKN, bisa diibaratkan bagaikan layar sentuh android takdir bagi para pejabat dan konglomerat yang hadir pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI, tanggal 17 Agustus 2024. Tanpa disadari, mereka telah menginjak bumi, menyentuh layar android takdir “APES” atau celaka yang akan terjadi di kemudian hari.
Pratanda mulai menjadi fakta. Kejadian “apes” di luar dugaan yang sangat mengejutkan dan mengecewakan Presiden Joko Widodo pasca melaksanakan upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI di halaman Istana IKN tanggal 17 Agustus 2024.
– Pada tanggal 20-8-2024, atau 3 hari pasca upacara di IKN, Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan Putusan No 60 dan 70. Dampak langsung yang dialami Kaesang Pangarep (anak Presiden Joko Widodo) tertutup peluangnya untuk maju menjadi calon wakil gubernur karena kurang umur.
– Pada tanggal 22-8-2024 terjadi gerakan moral berupa unjuk rasa secara spontan yang dilakukan para mahasiswa dan masyarakat di berbagai kota seluruh Indonesia yang menuntut pembatalan pengesahan UU Pilkada oleh DPR. Tuntutan mereka berhasil.
– Memasuki bulan September, Gibran Raka Buming Raka (anak Presiden Joko Widodo sebagai Cawapres Terpilih) diterpa badai dahsyat akibat terungkapnya jejak digital akun Fufufafa yang menghina keluarga Prabowo Subianto, menghina PKS, dan menghina Nabi Muhammad.
Gelombang penolakan pelantikan Gibran Raka Buming Raka sebagai Wakil Presiden bagaikan tsunami dahsyat. Bahkan Imam Besar Habib Rizieq Shihab (HRS) dengan lantang menyerukan “Ganyang Fufufafa, batalkan rencana pelantikan Gibran sebagai Wapres”
Jika melihat pratandanya, “nasib APES” akan menjadi teman sehari-hari Jokowi. “Rungkad entek-entekan”. Pengaruh kekuasaannya akan tumbang sampai ke akar akarnya. Ambisi membangun dinasti berpratanda akan rungkad entek-entekan.
Wallahu a’lam bishshowab
*) Pengamat Kemunculan Pratanda
Taman Sasyuik, 20-9-2024