Juru bicara (jubir) Kementerian Pertahanan (Kemenhan) RI Dahnil Anzar Simanjuntak, menanggapi pertemuan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dengan juru lobi politik Israel Bahrani Itay Tagner.
semarak.co-Menurut Dahnil, Prabowo hanya sekadar berpapasan dengan Tagner di forum IISS pada Sabtu, 20 November 2021, mereka mengobrol bukan dalam agenda formal atau sesuai agenda yang ditentukan.
Dahnil menanggapi pertemuan tersebut lantaran munculnya rumor liar di luaran terkait hubungan Indonesia dan Israel. Bahkan, pertemuan itu disebut tidak biasa karena mempertemukan pejabat tinggi Israel dan seorang Menhan Indonesia.
“Mas itu papasan dan kebetulan bertemu di forum IISS, di mana Pak @prabowo sebagai pembicara, tidak ada pertemuan formal,” kata Dahnil, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari akun Twitter @Dahnilanzar pada Minggu, 21 November 2021 seperti dilansir repelita.com -2021-11-21,20:10 WIB.
Menurutnya, Prabowo jelas mendukung perjuangan rakyat Palestina dan turut menyuarakan agar Palestina merdeka. “Sikap Menhan terang mendukung perjuangan rakyat Palestina dan Palestina Merdeka, dan penyelesaian konflik dengan jalan damai. Bisa tengok pidato lengkap Pak Menhan,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, utusan Israel untuk Bahrain Itay Tagner tampak berbicara dengan Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto dalam interaksi publik yang jarang terjadi pada Sabtu, 20 November 2021.
Itay Tagner, yang juga juru lobi politik untuk normalisasi hubungan Israel dengan negara lain khususnya Timur Tengah, mengobrol dengan Prabowo di pertemuan antara pejabat dari negara-negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik formal.
Pertemuan antara Itay Tagner dan Prabowo Subianto terjadi di sela-sela konferensi tahunan Manama Dialogue Bahrain. Tidak ada rincian yang diberikan mengenai diskusi dari mereka berdua. Pikiran Rakyat telah mencoba menghubungi pihak Menteri Pertahanan tetapi tidak ada komentar hingga berita ini diturunkan.
Sementara itu, dikutip dari Times of Israel, dikatakan bahwa para pejabat AS pada awal tahun ini menyampaikan pemerintahan Donald Trump sebelumnya telah menempatkan Indonesia dan Mauritania sebagai negara muslim berikutnya yang akan normalisasi hubungan.
Namun, ternyata mereka kehabisan waktu untuk berdiskusi perihal normalisasi hubungan dengan Indonesia dan Mauritania, ditambah Donald Trump tak memenangi pemilihan AS. Dikatakan oleh mereka bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencoba untuk meredam spekulasi normalisasi hubungan antara Indonesia dan Israel pada saat itu.
Jokowi mengatakan kepada Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bahwa negaranya tidak akan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel sampai negara Palestina berdiri. Secara terpisah pada Dialog Manama, ketua Dewan Keamanan Nasional Israel Eyal Hulata bertemu dengan mitranya dari Bahrain.
Mereka bertemu dengan Menteri Luar Negeri negara Teluk, dan juga dihadiri Putra Mahkota Salman bin Hamad Al Khalifa. Konferensi keamanan Manama selama tiga hari diadakan setiap tahun untuk membahas mengenai tantangan keamanan yang mendesak di Timur Tengah.
Dalam konferensi tersebut terdapat lebih dari 300 pejabat senior pemerintah yang berpartisipasi dari 40 negara. “Penasihat Keamanan Nasional Israel bertemu di Manama dengan Putra Mahkota Bahrain dan Perdana Menteri Pangeran Salman. Dia juga bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Bahrain dan Menteri Luar Negeri Bahrain,” kata Barak Ravid, jurnalis Israel.
Mengutip republika.co.id/Ahad 21 Nov 2021 20:33 WIB/Berpidato dalam Forum Dialog The 17th International Institute for Strategic Studies (IISS) Manama Dialogue 2021, Sabtu (20/11/2021), Menhan Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk perdamaian di Palestina.
“Indonesia mendukung resolusi damai yang mencakup solusi dua negara untuk Palestina. Dan Indonesia sangat bersedia melakukan semua yang kami bisa untuk meningkatkan prospek solusi tersebut,” ujar Prabowo dalam forum tersebut, seperti dalam siaran persnya, Ahad (21/11/2021).
Prabowo mengatakan bahwa masyarakat Indonesia mengikuti peristiwa dan perkembangan di Timur Tengah dengan cermat, dan rakyat Indonesia menginginkan adanya perdamaian dan kemakmuran di Timur Tengah. “Konflik dan kekerasan serta kekerasan yang terjadi sangat menyedihkan bagi kita,” kata Prabowo.
Di sisi lain, Prabowo mengatakan bahwa Indonesia senantiasa menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan di Timur Tengah pada sektor kontraterorisme dalam rangka kepentingan keamanan Indonesia Sebab, bukan rahasia lagi bahwa banyak kelompok garis keras Indonesia dipengaruhi oleh kelompok-kelompok berpikiran sama di Timur Tengah.
Ia menyebut, misalnya, hubungan antara Alqaidah dan Jamaah Islamiyah. Dan antara ISIS dan afiliasinya di Indonesia, Jamaah Ansharut Daulah (JAD). “Kami memantau dengan sangat cermat, dan kami menjaga hubungan baik dengan rekan-rekan di Timur Tengah di sektor kontraterorisme. Secara umum, kami terus mengawasi komplikasi keamanan regional,” ujarnya.
Prabowo melanjutkan bahwa Indonesia juga di saat yang sama berupaya agar ekstremisme tidak tumbuh subur demi terwujudnya perdamaian di Tanah Air dengan cara menghadirkan keadilan dan kemakmuran bagi warganya.
“Saya percaya bahwa ekstremisme, dan radikalisme akan tumbuh subur ketika ada kemiskinan, ketika ada ketidaksetaraan, ketidakadilan. Ketika rakyat kehilangan harapan, ketika warga miskin tidak mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, ketika mereka merasa ditinggalkan oleh yang berkuasa, ini adalah lahan subur bagi radikalisme, dan ekstremisme,” jelasnya.
“Ketika ada keadilan, ketika terjadi demokrasi yang nyata, ketika ada akuntabilitas para pemimpin, ketika ada perlakuan yang sama di mata hukum, semua faktor ini akan membuat para penyebar paham ekstremis dan radikal tidak relevan. Ini adalah keyakinan saya,” lanjutnya. (net/rep/pel/smr)
sumber: pikiran rakyat dicopas dari repelita.com di WAGroup Keluarga Alumni HMI MPO/republika.co.id di ANIES GUBERNUR DKI