Melalui video yang diunggah akun Facebook Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Selasa (18/7), Ketua umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto berbicara soal kondisi Negara dan Tanah Air. Dimulai dari Prabowo menceritakan alasan dia terjun ke dunia politik. Ia menyatakan, bukan jabatan dan kekuasaan yang menjadi incaran dan target utama, melainkan ingin melihat bangsa yang sudah berpuluh-puluh tahun merdeka ini benar-benar dapat merasakan kemerdekaan yang sebenarnya.
“Sebagai mantan seorang prajurit, saya terjun ke politik karena kegusaran hati, melihat keadaan bangsa ini yang terus menerus digerogoti kekayaan alamnya oleh komprador dan bangsa asing, panggilan hati untuk terus mengabdi untuk rakyat Indonesia dan memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia,” kata Prabowo dalam video itu.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon menilai keinginan pemerintah yang ingin menetapkan ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20-25 persen hanya memunculkan calon tunggal. Ia menduga pemerintah berniat menjegal Prabowo yang berencana maju kembali saat Pilpres 2019.
“Jangan ini dijadikan alat untuk menjegal Pak Prabowo. Menurut saya yang ada sekarang itu pemerintah sedang berusaha untuk menjegal Pak prabowo untuk menjadi calon dan ini tidak masuk akal,” kata Fadli di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (17/7).
Fadli menyatakan, dugaannya ini bukan tanpa alasan. Sebagai Wakil Ketua Umum Gerindra, ia melihat gelagat pemerintah bersikeras untuk menetapkan presidential threshold sesuai keinginannya karena telah berhitung koalisi partai di pemerintahan. Apalagi ditambahkan olehnya, basis pencalonan Pemilu 2019 dilakukan berdasarkan data suara pemilu sebelumnya.
“Masalahnya mereka memakai threshold yang lama, yang sudah basi. Pemilu 2014 yang sudah dipakai, Pilpres 2014. Secara logika akal sehat sudah tidak masuk akal. Kecuali dia tidak serentak,” ujarnya. (viv/swa/lin)
Opini dilansir swamedium.com
Saya Menyesal Memilih Prabowo
Ya, hari ini dengan sangat menyesal saya harus jujur, mengakui sebuah pengakuan yang selama ini saya tutup-tutupi, bahwa sebenarnya SAYA MENYESAL MEMILIH PRABOWO.
Ya, SAYA SANGAT MENYESAL.
Saya menyesal, karena tidak percaya pada ucapan orang-orang bahwa Prabowo itu sangat otoriter, penculik sadis, Orde Baru Jilid Dua.
Saya saat itu sangat tidak percaya.
Namun hari ini, saya BENAR-BENAR MENYESAL, karena ternyata semua itu terbukti dengan sejelas-jelasnya.
Lihatlah fakta hari ini:
– Ormas Islam dibubarkan
– Pembacok sadis diperlakukan seperti artis, sementara korban kejahatan justru difitnah dan dicaci-maki.
– Aroma PKI semakin terasa.
– Media sosial diblokir
– Tokoh nasional disiram air keras
– Dan masih banyak kejadian sadis lainnya.
Semua itu terjadi di era Presiden Prabowo.
Ternyata memang benar. Prabowo akan menjadikan Indonesia sebagai Orde Baru Jilid Dua.
Bahkan faktanya, era Prabowo jauh lebih sadis ketimbang Orde Baru. Masa ormas dibubarkan dengan sangat sewenang-wenang dan media sosial katanya mau diblokir semua? Sungguh era Prabowo adalah rezim paling otoriter sepanjang masa!
Saya sungguh menyesal. Kenapa dulu saya tidak memilih Jokowi saja? Jokowi yang merakyat dan membela rakyat, jujur serta sangat amanah, sangat menepati janji, yang tidak akan berhutang ke luar negeri, yang tidak akan bagi-bagi kekuasaan, yang akan buyback Indosat, yang akan meneruskan kebiasaan blusukan setiap hari, yang tidak akan memanfaatkan fasilitas negara untuk mengajak seluruh keluarga jalan-jalan ke luar negeri, yang akan menghentikan kontrak Freeport, yang akan menjamin kebebasan berbicara bagi seluruh rakyat Indonesia, yang akan membawa Indonesia kepada kejayaan dan kegemilangan yang sungguh luar biasa!!!
Duhai!
Betapa indahnya jika Jokowi jadi presiden, dan itu semua terwujud.
Tiba-tiba saya sangat MERINDUKAN WANDA HAMIDAH.
Medan, 15 Juli 2017
Jonru Ginting
NB: Saya tidak akan lagi meminta teman-teman untuk join dengan Channel Resmi saya di Telegram yang username-nya @jonruginting itu. Sebab Telegram pun sekarang sudah diblokir sama pemerintahan Prabowo. Benar-benar rezim yang sangat sadis!!!
(Berita baiknya, yang diblokir cuma versi web. Untuk mobile application masih bisa dipakai. Alhamdulillah…) (*)
*Penulis adalah trainer menulis, aktigis dakwah dan pegiat media sosial