Wacana koalisi besar yang sempat didengungkan seusai acara buka puasa bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan ketua-ketua umum (ketum) partai politik (parpol) April 20243 perlahan mulai hilang. Wacana koalisi besar meredup seusai PDIP mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) disusul PPP.
semarak.co-Pengamat politik dari Universitas Paramadina Khoirul Umam mengatakan, saat ini posisi Jokowi sudah berbeda. Beberapa waktu lalu Jokowi masih mencoba mengawinkan PDIP dan partai-partai lain di lingkungan Istana. Hal itu coba dilakukan Jokowi dengan komposisi capres Ketua umum Prabowo Subianto
Umam merasa, itu pula yang menjadi alasan ketika panen raya di Kebumen, narasi yang dimunculkan bukan Ganjar-Prabowo melainkan Prabowo-Ganjar. Tetapi, Umam melihat, ketika upaya-upaya pengepungan lima partai terhadap PDIP dijawab langsung Megawati Soekarnoputri, Jokowi terkesan kelimpungan.
Desain Jokowi menggabungkan kekuatan PDIP dan lima partai lain tidak tercapai. Oleh karena itu, Umam berpendapat, saat ini Jokowi sedang mencoba menegosiasi ulang, mencoba melakukan kompromi mengawinkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Atau, mencoba komposisi terbalik Prabowo dan Ganjar.
“Kalau itu tidak berhasil, karena bagaimanapun kalau komposisi Ganjar-Prabowo, maka elektabilitas Gerindra berpotensi mengalami koreksi besar yang signifikan,” kata Umam kepada republika, Rabu (10/5/2023) dilansir melalui laman berita msn.com, Kamis (11/5/2023).
Ia menilai, jika Gerindra berpikir ulang kemungkinan besar mereka tidak akan mengambil opsi itu. Apalagi, jika dicermati banyak partai-partai yang kemarin mendengungkan koalisi besar marah atas kondisi tersebut. “Marahnya, konteksnya, ternyata kesaktian Pak Jokowi tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya,” ujarnya.
Apalagi, ketika diveto Megawati, jelas Jokowi tidak bisa melakukan apa-apa. Konon, Umam mengungkapkan, Prabowo begitu marah sampai bersumpah membangun koalisi yang sangat kuat untuk menghadapi PDIP di 2024. “Yang bisa dilakukan Jokowi sekarang menjadi deadlock breaker, apakah memungkinkan, tentu, tapi tidak mudah karena ada ego politik yang sangat besar,” kata Umam.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengakui bahwa koalisi besar akan sulit terealisasi. Karena, menurutnya, untuk menyamakan pandangan dari tiga partai politik besar tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang panjang.
“Tidak mudah mencari titik temu bagi partai partai yang ketua umumnya memang memiliki potensi besar untuk masuk di presiden maupun cawapres,” ujar Jazilul lewat pesan suara, Senin (8/5/2023).
Saat ini, PKB bersama Partai Gerindra sudah menjalin kerja sama politik lewat Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Keduanya juga bersepakat untuk menjalin komunikasi dengan partai politik lain guna mendulang kekuatan lebih besar.
“Jadi PKB kira-kira ya apa mendinamisir keadaan supaya dinamika seninya itu memang presisi hasilnya. Apalagi nanti disepakati ada koalisi besar. Kalau sekarang memang dengan Gerindra kerja samanya, namun kerja sama itu juga dibolehkan untuk merangkul partai-partai yang lain,” kata Jazilul yang juga Wakil Ketua MPR.
Mantan ketua umum Partai Golkar yang juga Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Muhammad Jusuf Kalla alias JK menyampaikan pandangannya terkait wacana pembentukan koalisi besar. Menurut JK, itu merupakan ide yang bagus, meskipun realisasinya akan tidak mudah.
“Dalam praktik politiknya itu tentu tidak mudah untuk menyatukan semuanya. Ide ini bagus, tapi pelaksanaan secara riilnya tentu membutuhkan suatu upaya yang keras,” ujar JK di kediamannya, Jakarta, Kamis malam (4/5/2023).
Ia sendiri memiliki pandangannya sendiri terkait pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Mantan wakil presiden dari Jokowi itu menilai, kontestasi mendatang akan diikuti tiga atau empat pasangan capres dan calon wakil presiden (cawapres). “Kita lihat saja saat saya sekarang bahwa terbentuk arah pandang, apakah itu tetap empat atau tiga calon itu akan terjadi,” ujar JK.
Di bagian lain Ketua Majelis Pertimbangan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy menyebut KIB berpotensi bubar jika PAN dan Golkar tak ikut mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024. Menurut Rommy, KIB dipastikan akan bubar jika sudah tidak saling sepaham terkait pengusungan capres cawapres.
Untuk diketahui, PPP pada saat ini sudah resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres 2024 bersama PDIP. Bahkan, partai berlambang Ka’bah itu telah resmi membangun kerja sama politik dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri tersebut.
“Nah tentu kalau dilihat di situ, selalu saya katakan apakah KIB itu bubar atau tidak, kapan KIB ini akan bubar? KIB akan bubar atau auto bubar, mana kala Golkar atau PAN tidak mengikuti PPP,” kata Rommy dalam acara Gaspol! Kompas.com yang ditayangkan di YouTube, Rabu malam (10/5/2023) dilansir laman berita msn.com.
Meski demikian, Rommy mengaku optimistis salah satu parpol di KIB akan ikut bergabung dengan PPP mengusung Ganjar. Dalam hal ini, ia melihat kemungkinan PAN ikut mengusung Ganjar. Hal itu dilihat dari kedekatan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dengan Jokowi dalam beberapa waktu terakhir, terlepas dari jabatan Zulkifli Hasan sebagai Menteri Perdagangan (Mendag).
Bahkan, PAN kerap menyebut nama Ganjar untuk dipasangkan dengan Menteri BUMN Erick Thohir, yang digadang-gadang ingin diusung menjadi kandidat RI-2. “Pak Zul (Ketum PAN Zulkifli Hasan) sudah menyebut berkali-kali, Ganjar-Erick, Ganjar-Erick, malah sudah satu paket. Ya kan lengkap,” kutip Rommy.
“Artinya tidak berlebihan kalau kami berasumsi moga-moga PAN bergabung dengan PDI-P PPP. Sementara Golkar, hingga kini masih terus memperjuangkan agar Ketua Umumnya Airlangga Hartarto dapat ikut berkontestasi di Pilpres 2024,” imbuh Rommy.
Sehingga, partai berlambang pohon beringin itu masih melakukan manuver dengan mendekati sejumlah parpol. Seperti yang terlihat saat Airlangga bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beberapa waktu lalu.
Demokrat sendiri telah membangun koalisi dengan Partai Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal capres. Di sisi lain, hubungan Golkar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang telah berkoalisi dengan Partai Gerindra, kian menguat.
Kedua partai itu sebelumnya telah sepakat untuk memotori pembentukan koalisi besar. Dalam hal ini, Rommy mengaku mendapat informasi dari Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar sekaligus utusan tim pemenangan koalisi besar Nusron Wahid bahwa Golkar ingin mengusung Prabowo berpasangan dengan Airlangga.
“Bahkan tadi ketika podcast Pak Nusron mengatakan sekarang ini kemungkinan yang lebih besar ya Prabowo-Airlangga. Itu yang sedang diperjuangkan,” tutur Rommy dilansir laman berita msn.com, Kamis (11/5/2023) dari tribunPalu.com/kompas.com.
Di bagian lain, Romahurmuziy alias Rommy tak menampik bahwa partai-partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi tengah bergerilya mendekati Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mengusung Anies Baswedan sebagai capres di Pilpres pada pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Rommy mengakui bahwa elite-elite partai politik yang menggagas pembentukan koalisi besar terus menjalin komunikasi dengan Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang ketiganya tergabung dalam Koalisi Perubahan dengan capresnya Anies Baswedan.
“Kan semua baru tahap pacaran, belum juga tunangan, apalagi pernikahan. Jadi ini masih bisa pergeseran-pergeseran koalisi ini berlangsung sampai Oktober 2023 saat jadwal pendaftaran calon presiden nanti,” kata Romy dalam acara Gaspol! Kompas.com, Rabu (10/5/2023) dilansir msn.com.
Romy mencontohkan, belakangan Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Luhut Binsar Pandjaitan berkomunikasi dengan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh. Lalu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mendekati “trah Cikeas”, di antaranya AHY.
Sementara, mantan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra yang diisukan hendak merapat ke PPP Sandiaga Uno belakangan melakukan pendekatan ke PKS. Romy meyakini, selama pendaftaran capres-cawapres belum dimulai, peta politik masih dapat berubah sekalipun koalisi partai-partai politik telah terbentuk.
Menurut Romy, pendekatan partai pendukung pemerintah ini bagian dari upaya menjalankan perintah Jokowi. Sebelumnya, Romy berkata, Presiden berpesan ke para ketua umum partai pendukung pemerintah untuk menjaga hubungan baik dengan para elite parpol oposisi.
“Presiden juga memberi semacam endorsement agar para ketua umum tolonglah tunjukkan kalau kita ini meskipun berbeda calon, berbeda koalisi, tapi komunikasi itu tetap terbangun sehingga kemudian para ketua umum kan masing-masing saling silaturahmi,” katanya.
Terlepas dari itu, Romy mengungkap, Jokowi sedianya ingin agar kontestasi Pemilu 2024 berlangsung mudah dan murah. Oleh karenanya, diharapkan hanya ada dua pasang calon presiden (capres). Pasalnya, jika calon presiden dan wakil presiden lebih dari dua pasang, besar kemungkinan pemilu digelar dua putaran.
Selain mahal dan prosesnya panjang, dikhawatirkan pemilu dua putaran akan menimbulkan keterbelahan yang lebih besar di masyarakat. “Kalau dua paslon ini kan masyarakat tidak berlama-lama terbelah. Tapi kalau tiga paslon ini kan yang pertama belahan jadi 3,” ulasnya sambil menambahkan.
“Kemudian nanti belahan yang kalah dan tidak masuk ronde final dia akan terbelah lagi entah menjadi dua atau mungkin satu kelompok. Jadi terlalu lama kontestasi itu menghabiskan perhatian publik dan energi bangsa hal ini,” tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menyebut bahwa Koalisi Perubahan untuk Persatuan banyak mendapat gangguan. Dia mengklaim, koalisi yang dibentuk NasDem bersama Demokrat dan PKS itu banyak diganggu karena punya nilai jual.
“Jawaban yang paling sederhana dan common sense karena dia berharga. Coba kalau enggak ada harga untuk apa diganggu? Karena dikhawatirkan, karena ada sesuatu yang diperlukan. Coba kita tidak punya values, tidak punya harga, siapa mau datang?” ujar Surya di program Ni Luh Kompas TV, Senin (8/5/2023). (net/msn/rep/kpc/tbc/smr)