Oleh Abdul Bari *
semarak.co-Sebagai seorang leader sudah menjadi tanggung jawab saya untuk mengembangkan sumber Daya Manusia. Namun kemudian timbul pertanyaan di benak saya yang cukup mengganggu saya belakangan hari terakhir.
Sebagai seorang leader, apakah saya sudah cukup membantu tim di bawah saya untuk mencapai kesuksesan, setidaknya kesuksesan dalam karier mereka masing-masing. Selama ini, yang saya pahami, saya selalu berusaha sekuat tenaga untuk mendorong tim yang saya pimpin untuk terus menjadi pribadi yang memiliki growth mindset.
Saya memberikan mereka akses terhadap pengetahuan dan keleluasaan untuk mereka memberikan ide-ide dan masukan bagi kemajuan perusahaan. Banyak project mereka telah tangani beberapa tahun terakhir ini. Namun kembali saya bertanya kepada diri saya sendiri, apakah itu cukup untuk membekali mereka untuk memperoleh kesuksesan dan menjadi orang hebat?
Dengan kondisi tersebut, saya pun berinisiatif melakukan diskusi dengan teman-teman sejawat dan juga senior saya yang sudah saya anggap sebagai mentor pribadi. Tujuan saya ingin mendapatkan feedback dan masukan mengenai pengembangan SDM yang selama ini saya lakukan.
Dua buah kata lalu terceletuk dalam diskusi tersebut. Kata yang selama ini mungkin tidak pernah terpikirkan oleh saya ketika membangun dan mengembangkan SDM di dalam tim. Kata tersebut ialah “Shifting Paradigm” dan “Positive Attitude”
Lewat diskusi tersebut saya sadar bahwa tim saya berasal dari latar belakang yang berbeda satu sama lain. Mereka juga memiliki paradigma yang berbeda satu sama lain karena memang dibesarkan dengan latar belakang berbeda, nilai-nilai yang berbeda, pengalaman yang berbeda, lingkungan yang berbeda dan pola asuh yang berbeda satu sama lain.
Paradigma seperti fenomena gunung es. Kita bisa melihat seseorang secara jelas perilaku atau tindakan seseorang dari luar. Namun apa yang terlihat dari luar sebenarnya refleksi dari paradigma yang secara sadar (conscious) dan tidak sadar (unconscious) dianut.
Paradigma lah yang biasanya mempengaruhi seseorang ketika mengambil keputusan. Paradigma berisi seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan seseorang dalam memandang sebuah realitas.
Sederhananya, Paradigma ialah cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan memengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif)
Stephen Covey pernah berkata “Kalau mau perubahan kecil dalam hidup, ubahlah perilaku. Tapi kalau menghendaki perubahan besar, ubahlah paradigma”. Apa yang dikatakan Covey bisa jadi benar. Orang-orang hebat memang punya paradigma yang berbeda dengan kalangan pada umumnya.
Namun dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk mendikte mengenai apa paradigma yang benar maupun yang salah. Karena pada dasarnya, menurut Thomas Kuhn tidak ada yang sifatnya “kebenaran mutlak atau tunggal” yang ada hanya cara pandang baru atau shifting paradigm dalam melihat sebuah realitas.
Kuhn mengatakan bahwa dalam upaya memahami realitas dunia yang begitu luas, manusia membangun suatu paradigma yang dianggap paling tepat dan akurat untuk menjelaskan realita (normal science).
Tetapi oleh karena realita pada hakikatnya memiliki sifat selalu berubah secara konstan dan pengalaman manusia pun heterogen, maka seringkali ditemukan adanya fenomena-fenomena baru yang tidak sesuai dengan paradigma yang ada (anomali). Fenomena-fenomena yang berkontradiksi dengan paradigma akhirnya terakumulasi menjadi sebuah antitesis terhadap paradigma tersebut (crisis).
Akhirnya, manusia dan kalangan ilmuwan pun mengkonstruksi atau merekonstruksi sebuah paradigma baru yang lebih relevan untuk memahami realita dunia (new paradigm). Perubahan dari satu sudut pandang ke dalam sudut pandang lainnya inilah yang dinamakan ‘Shifting Paradigm’
Kembali kepada aspek pengembangan tim, dari diskusi tersebut akhirnya saya sadar bahwa membimbing seseorang untuk memperoleh kesuksesan juga dipengaruhi bagaimana melakukan perubahan paradigma kepada masing-masing individu. Kesuksesan seseorang bisa dikatakan 95% berasal dari paradigma, 5% lagi dari strategi.
Selama ini metode pengembangan SDM yang saya lakukan memang belum sampai mengeksplorasi paradigma apa yang dimiliki oleh masing-masing individu dalam tim. Padahal perubahan paradigma ini menjadi aspek penting. Dengan mendorong perubahan paradigma, kita dapat mengetahui sudut pandang yang baru dan mempunyai konsep baru untuk kemajuan diri kita dan juga lingkungan sekitar.
Meski terdengar mudah, melakukan perubahan paradigma bukan hal yang serta merta atau mudah dilakukan. Perubahan memang selalu tidak mudah, namun pada akhirnya itu akan sepadan dengan hasilnya.
Pencapaian hari ini yang kita miliki tidak terlepas dari paradigma yang tertanam dalam benak masing-masing. Paradigma yang stagnan membuat kita menjalani hidup dengan cara yang sama seperti biasanya, hari demi hari, tahun demi tahun, dan tidak menyadari seberapa dekat sebenarnya kita dengan terobosan.
Lalu pertanyaannya apakah bisa kita mengubah paradigma? Jawabannya tentu saja bisa. Bob Proctor, salah satu penulis yang cukup vokal mengenai shifting paradigm, mengatakan bagian terbesar atas usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan paradigma tersebut ialah adalah positive attitude.
Orang-orang hebat memutuskan bagaimana mereka akan hidup dan mengeluarkan energi positif di dalam diri masing-masing untuk memberikan nilai lebih kepada hidup mereka dan lingkungan di sekitar.
Alih-alih memposisikan diri sebagai korban, mereka menjalani hidup dengan penuh percaya diri dan yakin akan kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan segala tantangan dan rintangan.
Satu-satunya batasan dalam hidup adalah batasan yang kita berikan pada diri kita sendiri. Maka itu jangan sampai kita diperbudak paradigma, tanpa pernah menggali paradigma-paradigma baru. Sehingga kemudian jika karier kita stuck, keuangan kita tidak banyak berubah, mungkin waktunya kita untuk memikirkan apakah paradigma yang kita miliki saat ini masih relevan?
Dari diskusi yang telah dilakukan saya semakin sadar bahwa orang-orang sukses bersedia melakukan apa yang membuat mereka tidak nyaman untuk kepentingan pertumbuhan. Kemauan keras seseorang mengembangkan diri adalah kunci untuk mendapatkan perubahan menjadi lebih baik.
Tipe orang yang dapat melakukan perubahan paradigma ialah mereka yang memiliki growth mindset atau pola pikir yang meyakini bahwa kemampuan atau kualitas seseorang bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan dapat diubah melalui upaya, kerja keras dan latihan terus menerus.
Seseorang yang memiliki growth mindset akan berusaha keluar dari zona nyaman. Meskipun pada tahap awal mereka merasa dalam zona ketakutan atau fear zone, mereka tidak akan menyerah dan putus asa.
Mental positive attitude yang mereka miliki akan membawa mereka merasa tertantang mengatasi ketakutan mereka hadapi dengan mempelajari skill-skill baru yang diperlukan. Pada tahap Learning zone perlahan mereka bisa menghadapi tantangan dan masalah yang ada sehingga bisa berada di zona pertumbuhan (growth zone) dengan membuat tujuan, sasaran dan objektif-objektif baru.
Hal ini menjadikan mereka menjadi pribadi yang tidak berpuas diri dan selalu menuntut adanya kemajuan. Bagi mereka yang memiliki growth mindset tidak pernah ada kata istirahat atau menyerah, karena pada dasar ‘the best is never rest’.
Beruntung saya saat ini bekerja di lingkungan yang sangat mendukung saya untuk menjadi pribadi yang memiliki growth mindset. Lingkungan di sekitar saya selalu mendorong saya memiliki curiosity dalam melakukan self development dan juga pengembangan tim secara keseluruhan.
Banyak sekali pembekalan-pembekalan dan pelatihan yang inspiratif dan bermanfaat yang saya telah dapatkan selama di PT Jamkrindo. Diskusi yang telah saya lakukan bersama rekan-rekan juga mentor saya menyadarkan saya untuk tidak melupakan aspek shifting paradigm dalam pengembangan SDM.
Selain memastikan bahwa seluruh tim memahami betul pentingnya memiliki mental growth mindset, dan positive attitude, saya juga harus mendorong mereka ke langkah yang lebih jauh yaitu Shifting Paradigm.
Karena shifting paradigm inilah yang akan melahirkan inovasi dan terobosan-terobosan baru, yang tidak hanya bermanfaat bagi pengembangan diri seseorang namun juga kepada organisasi secara keseluruhan.
Namun, karena paradigma lebih banyak ditemukan di dalam Subconscious mind yang yang meliputi long term memory, emosi, kreativitas, kebiasaan-kebiasaan, intuisi, hubungan spiritual dan lainnya, maka itu ke depan untuk melakukan pengembangan tim saya harus mulai meningkatkan porsi investasi waktu saya untuk melakukan diskusi terbuka dengan masing-masing individu di dalam tim.
Diskusi terbuka inilah yang nantinya akan berujung pada penggalian-penggalian paradigma sebagai ajang bertukar pikiran satu sama lain. Jujur saya sangat antusias dan tertarik untuk mengetahui dan mengelaborasi mengenai shifting paradigm ini. Apa yang saya tulis mungkin belum detail dan komprehensif.
Ke depan saya akan mencari tahu lebih dalam melalui diskusi-diskusi lanjutan yang saya lakukan bersama, rekan kerja, dan mentor saya serta pendalaman riset. Saya juga sangat antusias adanya serial podcast yang telah disiapkan khusus oleh segenap tim di internal kami untuk menularkan semangat shifting paradigma. Serial podcast tersebut dapat disaksikan dalam akun Youtube PT Jamkrindo.
*) penulis adalah Sekretaris Perusahaan PT Jamkrindo/Dosen Universitas Mercu Buana (UMB)
sumber: kumparan.com/ 11 Mei 2021 14:15 dari penulisnya (post Selasa, 12/5/2021)