Polling Tidak Pesanan seperti Lembaga Survei, Hanya Capres Anies Baswedan yang Mampu Berantas Korupsi

Tangkapan layar youtube Ahli pakar hukum dan tata negara Refly Harun dalam channel youtube pribadinya melakukan polling tentang capres 2024. Foto: internet

Dalam channel Youtube pribadinya, ahli dan pakar hukum tata negara Refly Harun membuat polling dari 3 calon presiden (capres), yaitu Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto soal siapa capres yang punya komitmen dan mampu untuk memberantas korupsi.

semarak.co-Dalam live youtube yang diunggah Rabu 10 Mei 2023, Refly mengatakan, hasil polling dari Refly Harun (RH) channel tentu perlu ada disclaimer-disclaimer tertentu. Tapi polling ini pastinya jauh lebih jujur dibanding survei yang bisa di kotak-katik.

Bacaan Lainnya

“Apalagi kalau seandainya surveinya itu ada pesanan, kalau polling Insya Allah apa adanya. Dan pertanyaannya pun tidak mengarah. Nanti kita akan buat, ya, siapa yang bisa lebih mensejahterakan,” ujar Refly Harun seperti dilansir zonapriangan.pikiran-rakyat.com, Rabu 10 Mei 2023, 13:42 WIB dikutip dari pencarian google.co.id.

Menurut Refly Harun, tidak mesti harus Anies Baswedan yang menang tapi bisa jadi yang lain. Untuk menjadi smart voters, karena kalau smart voters pemilunya cerdas, pemilihnya cerdas serta sebenarnya presiden yang cerdas akan menang.

Refly membuat polling dengan satu pertanyaan, siapa capres yang paling berkomitmen mau dan mampu memberantas korupsi? Jadi tidak hanya komitmen tidak hanya kemauan tapi juga mampu untuk memberantas korupsi. Sejak kemarin Selasa (9/5/2023), sudah 96 ribu yang voting dan Refly Harun pakai regulasi kalau sudah 100 ribu votters, akan ditutup.

Siapa capres yang paling berkomitmen mau dan mampu memberantas korupsi jawaban dari hasil Polling RH Channel adalah capres Anies Baswedan sebesar 88%, disusul Prabowo Subianto 7%, dan kemudian Ganjar Pranowo 5%.

“Jadi dalam polling ini menempatkan Anies Baswedan sebagai yang paling dianggap berkomitmen mau dan mampu memberantas korupsi. Kenapa begitu kita paham bahwa pemberantasan korupsi di era Jokowi ini tidak hanya jalan di tempat, tapi malah mundur,” beber Refly.

Kalau kita misalnya patokannya adalah IPK indeks persepsi korupsi, kata Refly, maka pada akhir masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Presiden Jokowi dibekali angka IPK indeks persepsi korupsi dalam angka 34, bukan sebuah skor yang menggembirakan karena masih menempatkan kita sebagai negara korup.

“Jadi rangenya itu angka 0 sampai 100. Semakin kecil angkanya maka termasuk dalam kriteria semakin korupsi. Kemudian seperempat kedua, dari angka 26 sampai 50 itu negara korup, Indonesia termasuk di dalamnya. Lalu 51 sampai 75, negara tidak korup bersih. kemudian 76 ke atas sampai 100 negara yang sangat tidak korup,” terang dia.

Menurut Refly, hal ini penting untuk dipolingkan, maka pertanyaannya adalah siapa capres yang paling berkomitmen mau dan mampu memberantas korupsi jawabannya adalah Anies Rasyid Baswedan. Untuk sementara waktu polling masih diikuti oleh 96 ribu Vote.

“Saya hanya ingin bahwa kita punya alternatif sumber yang bisa menjelaskan secara substantif, iniloh keunggulan calon-calon dibandingkan lainnya dan kita tahu polling seperti ini tidak bisa kita rekayasa, apa adanya saja. Dan kita pun tidak tahu siapa yang memilih tidak tahu dimana demografinya bisa saja di luar negeri,” katanya.

Tapi kita hanya bagaimana menjaring pendapat, Refly mengungkapkan para pendukung capres jangan baper. “Silahkan anda masing-masing bikin polling tapi polling yang kayak begini yang sejujurnya, tidak direkayasa,” ungkap Refly yang mantan Komisaris Utama sebuah BUMN.

Seandainya angka Anies pollingnya kecil, yaitu justru tantangan bagi Anies dan timnya untuk ke memperbaiki performancenya. Tentu polling yang dibuat yang akan kita tanyakan adalah hal-hal yang berguna, apalagi nanti kita akan rumuskan. Capres yang mau dan mampu memberantas korupsi itu adalah hal yang berguna, karena itulah tantangan kita bagaimana melakukan pemberantasan korupsi.

Refly kembali mengungkapkan soal lembaga survei. Survei itu sering sekali digunakan sebagai alat legitimasi jangan sampai survei di depan, lalu kecurangan menyesuaikan hasil survei tersebut. Karena survei itu by design, artinya mulai dari responden dipilih, mulai dari pertanyaan juga bisa dibikin sedemikian rupa dan lain sebagainya.

“Tapi kalau polling seperti ini memang belum tentu representatif menggambarkan. Bisa saja nanti ada polling lain dengan pertanyaan yang sama yang menang Ganjar atau Prabowo. Karena polling itu ya tentu walaupun tidak representati mau diapain, tapi yang jelas jujur memotret realitas sesungguhnya dan tidak direkayasa hasilnya apa adanya,” jelas Refly. (net/zon/smr/gle)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *