PLUT Jembrana Pengembang UMKM, Pacu Inovasi di Tengah Pandemi Covid-19

Salah satu kegiatan bantuan kepada UMKM di kantor PLUT Jembrana Bali. foto: istimewa

Usia Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM Kabupaten Jembrana, Bali  masih seumur bayi atau satu tahun. Walaupun baru lahir, PLUT Jembrana mampu menorehkan berbagai jejak untuk mengembangkan UMKM di sekitarnya.

semarak.co– Kabupaten Jembrana mungkin tidak sepopuler daerah lain di Bali dalam hal wisata. Tapi untuk komoditas pertanian dan perikanan, Jembrana adalah juaranya. Jembrana penghasil ikan laut terbesar di Bali dan Jembrana juga penghasil kakao terbaik di Bali.

Bacaan Lainnya

Ikan lemuru merupakan salah satu jenis ikan hasil tangkapannya yang terbesar untuk bahan baku sarden. Ton-ton ikan lemuru hasil tangkapan nelayan diserap pabrik pengolahan ikan sarden, namun selalu ada ikan lemuru yang  tidak terserap karena tidak memenuhi standar pabrik. Ikan yang tidak terserap itu seringkali akhirnya terbuang.

Bagi sejumlah perempuan di Desa Perancak, Jembrana ikan sisa tersebut ternyata menjadi peluang usaha. Ikan lemuru diolah menjadi ikan kering dalam kemasan, mirip daging dendeng. Namanya pun dinobatkan Bedetan Ikan Lemuru (di Jembrana disebut ikan kocing). Bedetan dalam bahasa Indonesia artinya dendeng.

Adalah PLUT Jembrana yang melakukan pendampingan terhadap para perempuan Desa Perancak tersebut untuk menjadikan ikan lemuru sebagai peluang usaha.

Konsultan PLUT Jembrana Irwan mengatakan, usaha itu bermula tiga bulan lalu, saat para perempuan yang adalah ibu rumah tangga ingin menambah penghasilan keluarga di tengah pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19.

Sebanyak 25 perempuan tergabung membentuk kelompok yang disebut Kelompok Usaha Ibu-Ibu Perancak.

“Kami melakukan pendampingan kepada para ibu-ibu tersebut untuk memulai usahanya, mulai dari memberikan motivasi, pelatihan dan membantu perijinan usahanya,” kata Irwan dalam rilis yang diterima semarak.co, Sabtu (11/7/2020).

Usaha yang dimulai dari nol tersebut dibantu PLUT Jembrana dengan memberikan pelatihan mulai dari cara  berproduksi yang higienis, cara membuat kemasan, cara pemasaran. Perijinan usaha juga diupayakan, seperti IUMK, dan saat ini sedang dalam proses untuk mendapat PIRT.

“Karena ini usaha yang baru dirintis, kami memberikan pelatihan bagaimana produksi berkualitas sekaligus tahan lama dalam kemasan, bagaimana membuat kemasan yang aman dan higienis,” jelas Irwan.

Tidak luput, pembiayaan yang menjadi faktor penting berjalannya usaha  turut difasilitasi PLUT Jembaran. Hasilnya, bantuan hibah dari CSR PLN sebesar Rp 60 juta dan Dana Desa diperoleh mendukung usaha ibu-ibu tersebut.

Pasar ternyata menyambut produksi Bedetan Ikan Lemuru tersebut.Bahkan, ketika kemasannya masih polos pun, masih uji coba pasar, permintaan langsung tinggi. “Pandemik ini membuat cara konsumsi masyarakat berubah. Orang senang dengan ikan kering yang tinggal dimasak, sebab sudah ada rasanya,” kata Irwan.

Saat ini, Bedetan Ikan Lemuru mulai masuk ke minimarket di sekitar Jembrana.Menurut Irwan, Bupati Jembrana bahkan ingin  menjadikannya sebagai oleh-oleh khas Jembrana sebab produksi ini hanya ada di Jembrana.

Bermulai dari Pelatihan Kewirausahaan

Secara nasional, perkebunan kakao di Jembrana memang terbilang kecil tapi kiprahnya sudah mendunia. Melalui Koperasi Kerta Semaya penghasil kakao berkualitas telah membawa produksinya ke berbagai negara di dunia.

Yang menarik, perkebunan kakao yang tersebar di berbagai desa di Jembrana menjadi sumber ekonomi para penduduknya.Sejumlah ibu-ibu bahkan juga melirik kakao untuk jadi  potensiusaha.

Bermula dari pelatihan kewirausahaan yang kerap dilakukan PLUT Jembrana, 20 ibu rumah tangga mulai membentuk kelompok usaha Cokelat Candi Kesuma, di Desa Candi Kesuma. Inisiatif ini disambut PLUT Jembrana dengan melakukan pendampingan.

“Sama seperti ikan lemuru, kelompok usaha cokelat ini juga mulai dari nol. Semua dimulai dari awal, dari tidak ada ruang produksi, tidak punya legalitas, mereka hanya punya niat dan tekad,” kata Irwan.

Lantas PLUT Jembrana intensif melakukan pendampingan, dimulai dari mengurus perijinan usaha melalui OSS (Online Single Submission),  memfasilitasi PIRT sampai pada pembuatan kemasan yang aman. Anggota kelompok ini tidak semua punya lahan kakao. Untuk bahan baku, mereka mengambil dari kebun kakao sekitar.

Soal pembiayaan, dengan melakukan fasilitasi ke Bank Indonesia dan Dana Desa diperoleh pendanaan yang cukup untuk mendanai usaha tersebut. “Bank Indonesia memberikan bantuan dari ruang produksi dan peralatan,” jelas Irwan.

Baru enam bulan berdiri, kelompok ini sudah menghasilkan produksi 500 bungkus cokelat bubuk dalam sebulan atau setara 250 kg. Pemasarannya sudah menjangkau ke café dan minimarket sekitar Jembrana.

Semangat Kebersamaan

Pimpinan PLUT Jembrana  Ni Putu Niti Yasmini mengatakan sistem pendampingan yang dilakukan PLUT Jembrana dengan azas kebersamaan dengan menjalin komunikasi yang didasari dengan semangat kerja yang tinggi. Sejak berdiri 15 Juli 2019, PLUT Jembrana sudah mendampingi sebanyak 240 UMKM dan 36 koperasi.

“Pendampingan adalah seni mengatasi masalah. Proses pendampingan tidak bisa sebentar, harus intensif dan berulang.  Pendekatan yang baik kepada pelaku usaha. Sebelumnya harus dilakukan pemetaan masalah, apa yang menjadi kebutuhan dari KUMKM tersebut,” kata Niti.

Pendampingan yang dilakukan PLUT antara lain,  proses perijinan melalui OSS untuk pelaku usaha mikro,  fasilitasi proses perijinan PIRT, dengan berkoordinasi dengan OPD terkait, fasilitasi akses permodalan melalui KUR, bersinergi dengan Perbankan, pelatihan kemasan, pelatihan sistem kasir, Public Speaking dan e-commerce.

PLUT Jembrana lebih memprioritaskan menumbuhkan kembangkan wirausaha wirausaha baru, dengan mengadakan kegiatan Start Up tahun 2019 akhir, dan tahun 2020 adalah proses inkubasi Start Up sampai ke tujuan UMKM naik kelas

Dalam kegiatan menumbuh kembangkan wirausaha baru di Jembrana, PLUT Jembrana membangun sistem kemitraan dan kolaborasi antara pengusaha besar dengan kecil, diharapkan mampu mengangkat UMKM kecil bisa tumbuh.

Tahun 2020, PLUT Jembrana focus pada pemetaan potensi desa / kecamatan dengan program One Village One product ( OVOP) dengan mencoba bantuan CSR perusahaan dan pendekatan dengan kepala-kepala desa agar menggagarkan biaya pemberdayaan masyarakat/UMKM dalam APBDes masing-masing. Dengan program ini diharapkan mampu meningkatkan potensi desa. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *